Abell S1063: Mengintip Masa Lalu Alam Semesta dengan Lensa Kosmik

Admin

08/06/2025

4
Min Read

On This Post

Gugus galaksi ini bukanlah objek biasa. Terletak sekitar 4,5 miliar tahun cahaya di konstelasi Grus, Abell S1063 adalah himpunan galaksi dengan massa yang luar biasa besar—sekitar 100 juta-miliar massa Matahari. Di dalamnya, terdapat 51 galaksi yang telah dikonfirmasi keberadaannya, dan diperkirakan lebih dari 400 galaksi lainnya tersebar di sekitarnya.

Namun, daya tarik utama Abell S1063 bukan hanya terletak pada ukurannya yang mencengangkan, tetapi juga pada kemampuannya untuk membelokkan cahaya—sebuah fenomena yang dikenal sebagai pelensaan gravitasi. Karena massanya yang sangat masif, gugus ini mampu membelokkan serta memperbesar cahaya yang berasal dari galaksi-galaksi jauh yang berada di belakangnya.

“Jika diamati secara lebih mendalam, kumpulan padat galaksi berat ini dikelilingi oleh coretan-coretan cahaya yang berkilauan,” ungkap para astronom dari Webb. “Lengkungan-lengkungan yang terdistorsi inilah yang menjadi fokus utama perhatian kami: galaksi-galaksi samar dari masa lalu alam semesta.”

Lensa Gravitasi

Fenomena pelensaan gravitasi ini dapat diibaratkan sebagai kaca pembesar kosmik. Cahaya dari galaksi-galaksi yang sangat jauh dibelokkan oleh gravitasi kuat yang dihasilkan oleh Abell S1063, sehingga menciptakan lengkungan-lengkungan cahaya yang dapat kita saksikan pada hari ini. Sebenarnya, ini bukanlah fenomena yang baru—gugus ini sebelumnya telah diamati oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble melalui program Frontier Fields, yang memang memiliki tujuan untuk memanfaatkan gugus-gugus galaksi masif sebagai lensa untuk mengintip ke dalam semesta purba.

Saat ini, berkat kemampuan yang luar biasa dari kamera inframerah-dekat milik Webb (Near-Infrared Camera atau NIRCam), para ilmuwan berhasil memperoleh citra terbaru dari Abell S1063 yang sangat memukau. “Citra ini menampilkan lengkungan-lengkungan pelensaan di sekitar Abell S1063,” jelas para peneliti, “yang mengungkapkan galaksi-galaksi latar belakang yang terdistorsi dalam berbagai jarak kosmik, bersamaan dengan banyaknya galaksi samar serta fitur-fitur yang sebelumnya tidak terlihat.”

Citra yang dihasilkan dinamakan sebagai “deep field”, yaitu hasil dari paparan panjang dari satu titik langit dengan tujuan mengumpulkan sebanyak mungkin cahaya dari objek-objek yang paling redup dan jauh—yang biasanya tidak tampak dalam pengamatan biasa. Webb menghabiskan total waktu pengamatan sekitar 120 jam, membidik sembilan panjang gelombang yang berbeda di spektrum inframerah-dekat.

Lantas, apa hasilnya? Inilah pandangan terdalam yang pernah dihasilkan Webb terhadap satu target sejauh ini. Dengan memusatkan kekuatan pengamatan yang sedemikian besar ke lensa gravitasi seperti Abell S1063, para astronom berharap dapat mengungkap beberapa galaksi pertama yang terbentuk di alam semesta awal.

Menjelajahi Masa Lalu

Mengamati galaksi atau bintang yang letaknya sangat jauh sama halnya dengan mengamati masa lalu, sebab cahaya dari bintang-bintang tersebut memerlukan waktu untuk menempuh jarak kosmik sebelum akhirnya sampai ke mata kita.

Cahaya bergerak dengan sangat cepat, sekitar 299.792 kilometer per detik di ruang vakum, yang kita kenal sebagai kecepatan cahaya. Akan tetapi, bahkan dengan kecepatan yang sedemikian tinggi, jarak antargalaksi yang luar biasa luas menyebabkan perjalanan cahaya memakan waktu yang cukup signifikan.

Ketika kita melihat bintang di langit malam, cahaya yang kita lihat sebenarnya berasal dari saat ketika bintang tersebut memancarkan cahaya, yang bisa terjadi jutaan atau bahkan miliaran tahun yang lalu. Misalnya, cahaya dari bintang Sirius, yang merupakan bintang paling terang di langit, memerlukan waktu sekitar 8,6 tahun untuk mencapai Bumi. Ini berarti, saat kita memandang Sirius pada malam hari, kita sedang melihat bagaimana bintang itu tampak pada tahun 2016.

Cahaya yang berasal dari objek yang lebih jauh, seperti galaksi Andromeda yang berjarak sekitar 2,5 juta tahun cahaya, membawa kita lebih jauh lagi ke masa lalu. Cahaya yang kita lihat dari Andromeda pada 1 Juni 2025 sebenarnya dipancarkan pada saat makhluk purba seperti Australopithecus masih hidup di Bumi. Semakin jauh letak bintang atau galaksi tersebut, semakin lama pula cahaya itu menempuh perjalanan, sehingga kita menjadi seperti “pengamat waktu”, yang menyaksikan peristiwa kosmik yang terjadi jutaan atau miliaran tahun yang lalu.

Konsep ini didukung oleh prinsip fisika dasar. Karena tidak ada sesuatu pun yang dapat bergerak lebih cepat daripada cahaya menurut teori relativitas Einstein, informasi dari benda langit hanya dapat sampai kepada kita setelah melalui perjalanan yang sangat panjang. Dengan demikian, mengamati langit sama halnya dengan membuka jendela menuju masa lalu alam semesta.

Melalui pandangan Webb, Abell S1063 bukan sekadar gugus galaksi—ia adalah jendela yang memungkinkan kita untuk melihat masa lalu, ke saat-saat pertama cahaya mulai menembus kegelapan semesta. Sebuah pengingat bahwa, di tengah keheningan angkasa, kita dapat menemukan kisah-kisah tertua yang pernah ada.