Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), selaku Ketua Umum Partai Demokrat, menyoroti fakta bahwa Indonesia merupakan produsen nikel nomor satu dunia, namun sayangnya, belum mampu mendominasi pasar global. AHY menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk mengembangkan kemampuan memproduksi baterai dan kendaraan listrik secara mandiri.
Hal tersebut diungkapkan AHY dalam acara peluncuran policy brief yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Strategis (BRAINS) di DPP Demokrat, Jakarta Pusat, pada hari Rabu, 4 Juni 2025. AHY mengawali paparannya dengan menceritakan pengalamannya saat diundang menjadi pembicara di China untuk menyampaikan perspektif strategis.
“Saat itu, saya diminta untuk menyampaikan pandangan strategis mengenai bagaimana kita, sebagai bangsa yang terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dapat mencapai tujuan tersebut,” ungkap AHY dalam sambutannya.
AHY menjelaskan bahwa Indonesia saat ini masih berada dalam kategori negara berpendapatan menengah. Ia menambahkan bahwa pendapatan per kapita Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara berpendapatan tinggi, yaitu hanya sekitar 4.800 dolar Amerika Serikat.
“Indonesia saat ini masih tergolong sebagai negara berpendapatan menengah, karena pendapatan per kapita kita saat ini berada di angka 4.800 dolar AS, sedikit lagi mencapai 5.000 dolar AS. Padahal, untuk masuk ke kategori negara berpendapatan tinggi, minimal dibutuhkan 14 ribu dolar AS. Ini menunjukkan bahwa kita masih perlu bekerja keras,” jelasnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan pendapatan per kapita karena memiliki sumber daya alam yang strategis. AHY kemudian menyoroti posisi Indonesia sebagai produsen nikel nomor satu di dunia.
“Kita adalah produsen nikel nomor satu di dunia, bukan? Kita juga merupakan produsen pangan nomor dua di dunia, dan produsen bauksit nomor lima di dunia. Semua ini termasuk dalam kategori mineral strategis. Namun, jika kita hanya mengekstraksi dan menjualnya, nilainya akan terbatas,” tegasnya.
AHY juga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya hilirisasi. Ia menyoroti betapa krusialnya kemampuan untuk mengelola sumber daya alam secara mandiri.
“Bayangkan jika kita mampu mengolah dan meningkatkan nilai komoditas tersebut berkali-kali lipat. Inilah alasan mengapa Bapak Presiden Prabowo Subianto sangat serius dalam menyukseskan program hilirisasi,” ujarnya.
“Keuntungan justru dinikmati oleh negara-negara yang membeli dengan harga murah, karena mereka memiliki teknologi untuk mengubahnya menjadi bahan-bahan yang sangat penting bagi transformasi ekonomi,” tambahnya.
Sebagai contoh, ia menyoroti pengolahan nikel yang kemudian mendominasi pasar dunia dalam bentuk baterai EV (electric vehicle) dan kendaraan listrik. Padahal, menurut AHY, Indonesia adalah produsen nikel nomor 1 dunia, namun belum mampu mendominasi pasar pengolahan nikel.
“Contohnya, nikel dapat diolah menjadi apa? Baterai untuk kendaraan listrik, EV. Siapa yang saat ini mendominasi pasar EV di dunia? Padahal, sumber nikel nomor satu ada di mana?” tanyanya.
AHY menegaskan bahwa Indonesia harus mampu memproduksi baterai dan kendaraan listrik sendiri. Ia menyatakan bahwa hal ini merupakan tujuan bersama.
“Kita harus bisa membuat baterai, kita harus memiliki produksi kendaraan listrik. Itulah tujuan kita, proyek kita ke depan. Dan masih banyak komoditas lain yang perlu kita tingkatkan nilai tambahnya,” pungkasnya.
Simak Video ‘Bahlil Menghadap Prabowo, Bahas Hilirisasi Nikel-Bangun Kilang DME’: