AI Jahat Mengintai: Polisi Siaga Hadapi Kejahatan Siber

Admin

11/06/2025

3
Min Read

On This Post

MasterV, Jakarta – Seiring dengan perkembangan pesat yang terjadi pada kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), muncul pula ancaman-ancaman baru yang sama seriusnya.

Teknologi seperti deepfake dan swapface kini menjadi senjata baru yang dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Mereka tidak hanya melakukan pencurian data, tetapi juga memanipulasi identitas dengan tingkat kemiripan yang sangat tinggi, sehingga sulit dibedakan dari yang asli.

Di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Kombes Pol Ade Ady Syam Indradi, yang menjabat sebagai Kabid Humas, terlihat bersandar di kursinya. Ia kemudian membuka catatan mengenai kasus-kasus siber yang telah masuk selama enam bulan pertama tahun 2025.

Tercatat sebanyak 944 laporan telah diterima dalam kurun waktu enam bulan pertama di tahun 2025. Dari jumlah tersebut, dua di antaranya secara eksplisit melibatkan penggunaan AI.

"Terkait dengan penyalahgunaan AI, terdapat 2 Laporan Polisi dimana korban adalah pihak bank. Bank tersebut digunakan oleh para pelaku untuk proses pendaftaran rekening," jelas Ade Ary dalam keterangannya kepada MasterV, pada hari Selasa (3/6/2025).

Ade Ary menjelaskan bahwa para penyidik mengandalkan teknologi khusus untuk mengungkap tindak kejahatan semacam ini, salah satunya adalah dengan menggunakan metode digital forensic.

Namun demikian, hingga saat ini, belum ditemukan fakta yang menunjukkan adanya laporan penipuan yang secara langsung berkaitan dengan pemanfaatan AI.

"Kasus penipuan yang paling banyak terjadi adalah dengan memanfaatkan social engineering. Belum ditemukan adanya fakta yang berkaitan dengan AI. Terkait dengan kejahatan penipuan online, angkanya mencapai 71 persen," ungkapnya.

Fenomena ini menandai sebuah era baru dalam dunia kejahatan siber. Beberapa bentuk teknologi AI telah teridentifikasi digunakan dalam berbagai kasus penipuan. Dua di antaranya, yaitu deepfake dan swapface, menjadi andalan bagi para pelaku penipuan.

"Deepfake adalah sebuah teknologi yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), khususnya machine learning dan deep learning, untuk memanipulasi atau mengganti wajah, suara, atau gerakan seseorang dalam sebuah gambar, video, atau audio. Hasilnya kemudian terlihat dan terdengar sangat meyakinkan, seolah-olah asli," paparnya.

"Sementara itu, swapface adalah sebuah proses atau teknologi yang digunakan untuk menukar wajah seseorang dengan wajah orang lain dalam sebuah gambar atau video. Dengan demikian, wajah seseorang dapat terlihat seolah-olah berada di tubuh orang lain," lanjutnya.

Teknologi ini lazim digunakan dalam berbagai modus penipuan online.

"Modus yang paling banyak ditemukan adalah penipuan online, terutama dengan modus operandi pekerjaan online, investasi bodong, serta penipuan yang berkaitan dengan pinjaman online atau pinjol," jelasnya.

Dalam menghadapi tren baru ini, Polda Metro Jaya mengandalkan Direktorat Siber sebagai unit khusus yang bertugas menangani kasus-kasus kejahatan siber, termasuk yang melibatkan penggunaan AI.

Direktorat Siber Polda Metro Jaya terus berupaya memperkuat kapasitasnya serta menjalin kerja sama internasional. Tujuannya adalah untuk bertukar informasi serta memperkuat jaringan dalam upaya memburu para pelaku kejahatan siber lintas negara.

"Kerja sama yang dilakukan berupa police to Police cooperation yang meliputi peningkatan kapasitas atau capacity building serta pertukaran informasi mengenai pelaku kejahatan penipuan," katanya.

Namun, Ade juga menghimbau agar masyarakat tidak bersikap pasif. Ia menghimbau masyarakat untuk lebih waspada serta cerdas dalam menggunakan teknologi, agar tidak menjadi korban di era digital yang serba cepat dan kompleks ini.

Tips yang diberikan cukup sederhana, yaitu dengan melindungi data pribadi, mewaspadai manipulasi digital, mengaktifkan verifikasi dua langkah, serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang sumbernya belum jelas.

"Yang pertama adalah melindungi data pribadi, mewaspadai deepfake dan manipulasi lainnya, mengaktifkan keamanan tambahan seperti verifikasi dua langkah, serta melakukan pengecekan ulang sebelum melakukan sharing informasi," imbaunya.

Ancaman yang ditimbulkan oleh AI bukan hanya nyata, tetapi juga terus membayangi. Ade Ary kemudian mengutip sebuah adagium yang berbunyi "Crime is a shadow of civilization.”

"Setiap penemuan teknologi terbaru pasti akan memunculkan modus operandi kejahatan yang baru pula," tegasnya.