Trauma Bullying, Siswa Bekasi Ingin Pindah Sekolah?

Admin

18/06/2025

3
Min Read

On This Post

BEKASI, MasterV – Seorang siswa dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) di wilayah Pondok Gede, Kota Bekasi, kini berjuang melawan trauma mendalam. Hal ini disebabkan ia menjadi korban perundungan yang dilakukan oleh empat orang temannya di dalam ruang kelas pada hari Jumat, 16 Mei 2025.

Menurut penuturan A, ibu dari siswa tersebut, sang anak menjadi lebih pendiam dan tertutup sejak kejadian perundungan itu.

"Sudah pasti trauma. Anak saya memang pendiam, tapi sekarang jadi lebih sering murung," ungkap A pada hari Sabtu, 7 Juni 2025.

Tidak hanya trauma, siswa malang ini juga diliputi rasa takut setiap kali hendak berangkat sekolah. Ia khawatir akan bertemu kembali dengan para pelaku yang telah merundungnya.

Rasa takut itu begitu besar hingga korban mengungkapkan keinginan untuk pindah sekolah, dengan harapan dapat menghindari interaksi dengan para pelaku.

"Karena takut, dia ingin pindah sekolah. Apalagi tiga pelaku masih bersekolah di sana," jelas A.

Menanggapi kasus ini, Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, menyatakan komitmennya untuk mengirimkan tim psikolog. Tim ini bertugas memberikan bantuan pemulihan mental bagi korban dan juga pelaku.

"Kami akan berupaya melakukan pendampingan psikologis terhadap korban dan pelaku. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kembali rasa percaya diri serta menghilangkan trauma yang ada," kata Tri.

Proses pemulihan mental ini direncanakan berlangsung lebih dari 15 sesi pertemuan, mengingat usia para siswa yang masih tergolong anak-anak.

"Karena mereka masih di bawah umur, maka pemulihan mental membutuhkan waktu yang tidak singkat. Diperlukan lebih dari 15 kali pertemuan," terangnya.

Tri juga menginstruksikan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi untuk turun tangan memberikan pendampingan. Selain itu, keluarga korban juga mendapatkan tawaran pendampingan hukum.

"Saya sudah meminta KPAD untuk turut memberikan pendampingan dan edukasi. Kami juga menawarkan pendampingan hukum kepada keluarga korban," tambahnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, seorang siswa SDN di Pondok Gede, Kota Bekasi, diduga kuat menjadi korban perundungan oleh empat orang temannya.

Peristiwa yang terjadi pada hari Jumat, 16 Mei 2025 ini mengakibatkan korban, yang berusia 10 tahun, mengalami memar di beberapa bagian tubuhnya serta pergeseran tulang pada bagian pundaknya.

"Pinggangnya memar biru, di paha juga (memar). Menurut diagnosa dokter, ada pergeseran tulang di bagian pundaknya akibat pukulan dari para pelaku," tutur ibu korban, A.

Insiden ini bermula pada tanggal 15 Mei 2025, ketika A mengingatkan putranya untuk menghindari teman-teman yang sering melakukan pemalakan.

Keesokan harinya, korban mengikuti saran ibunya dengan menolak ajakan empat temannya untuk bertemu. Penolakan ini memicu kemarahan para pelaku, dan salah seorang dari mereka langsung menampar korban.

Dalam kondisi ketakutan, korban kemudian dibawa oleh keempat pelaku ke ruang kelas yang terletak di lantai atas sekolah.

Sesampainya di sana, dua pelaku bertindak mengunci pintu, sementara dua pelaku lainnya melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap korban.

"Ada dua orang yang memukul di dalam kelas itu," ujar A.

Usai kejadian tersebut, korban segera melaporkan apa yang dialaminya kepada orang tuanya. A pun segera melaporkan kejadian ini kepada pihak sekolah.

Pihak sekolah kemudian berinisiatif memfasilitasi mediasi antara keluarga korban dan keluarga pelaku. Hasil dari mediasi tersebut menyepakati bahwa masalah ini akan diselesaikan secara kekeluargaan. Keluarga pelaku juga berjanji untuk menanggung biaya pengobatan korban.

Namun, beberapa hari setelah mediasi, A mengungkapkan kekecewaannya karena janji tersebut belum ditepati. Hingga saat ini, biaya pengobatan anaknya yang diperkirakan mencapai sekitar Rp 400.000 hingga Rp 500.000, serta biaya ortopedi, belum dilunasi.

"Belum dibayarkan, jumlahnya sekitar Rp 400.000-Rp 500.000, dan itu belum termasuk biaya ortopedi," jelasnya.

A berharap agar keluarga pelaku bersedia bertanggung jawab untuk menanggung seluruh biaya pengobatan anaknya, yang saat ini hanya membutuhkan terapi untuk menyembuhkan kondisi tulangnya.

"Dia hanya perlu terapi agar tulangnya kembali seperti semula karena dia masih kecil. Intinya, saya hanya ingin ada tanggung jawab dari mereka," pungkasnya.