Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, didaulat menjadi khatib dalam pelaksanaan salat Idul Adha di Lapangan Hijau Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan. Dalam khutbahnya, Anies menyampaikan pandangannya mengenai kesenjangan sosial serta pesan penting bagi para pemimpin bangsa.
Mengawali khutbahnya, Anies mengisahkan pengorbanan Nabi Ibrahim dan kepatuhannya kepada Allah SWT sebagai esensi dari momen kurban. Anies kemudian menyoroti bahwa kesenjangan yang terjadi saat ini bukanlah semata takdir, melainkan akibat sistem yang belum diperbaiki secara fundamental.
"Kita memperingati kisah kurban Nabi Agung Ibrahim As bersama puteranya Nabi Ismail As, sebuah kisah tentang ketaatan, juga kisah tentang transformasi dari pengorbanan pribadi menyembelih anak menjadi pengorbanan untuk kemaslahatan umat," ujar Anies dalam khutbahnya pada hari Jumat (6/6/2025).
"Di tengah kota-kota kita sekarang, kesenjangan yang terjadi bukan karena takdir, melainkan hasil dari sistem yang dibiarkan berjalan tanpa dikoreksi," tegasnya.
Selanjutnya, Anies menguraikan pedoman yang diterapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab saat menghadapi musim paceklik. Anies mengambil contoh bagaimana Umar bin Khattab mengubah aturan demi mewujudkan kebenaran dan kesejahteraan bagi seluruh umat.
"Kita belajar dari Khalifah Umar bin Khattab yang pada saat paceklik tak hanya memberi bantuan, tak hanya memberi santunan tapi juga mengubah aturan. Tanah yang terlantar diambil dan diberikan kepada yang mau menggarap, bila ada tanah lebih dari 3 tahun tidak dikelola ambil alih berikan kepada yang mau mengerjakan," jelasnya.
Menurut Anies, langkah yang dicontohkan oleh Umar bin Khattab merupakan wujud rekayasa struktural yang tepat. Anies menyebut momen tersebut sebagai reformasi agraria pertama dalam sejarah Islam.
"Mungkin itu adalah reformasi agraria pertama dalam sejarah Islam dan itu contoh nyata yang disebut sebagai rekayasa struktural untuk keadilan. Sebagaimana yang dipesankan dalam Al-Quran bahwa harta tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja, giliran kita sekarang bertanya apa yang siap kita korbankan untuk menghadirkan keadilan?" ungkap Anies.
Capres pada Pilpres 2024 lalu itu menyampaikan pesan khusus kepada para pemimpin di Indonesia terkait pentingnya penetapan kebijakan yang pro terhadap kepentingan rakyat. Anies menekankan bahwa kurban memiliki makna dan keistimewaan tersendiri bagi setiap individu.
"Bagi para pemimpin, bagi mereka yang hari ini berada di pemerintahan, kurban bisa berupa keberanian untuk menetapkan kebijakan yang berpihak pada seluruh rakyat, meski mungkin menghadapi resistensi dari sebagian elite," tuturnya.
"Bagi yang punya kelebihan harta, kurban bisa berupa investasi sosial seperti membangun sekolah, komunitas, menyediakan akses air bersih atau menciptakan lapangan pekerjaan. Dan bagi yang tidak memiliki kelapangan materi dan tidak punya kewenangan, kurban bisa berupa waktu, bisa berupa keahlian mengajar anak-anak di lingkungan, memberikan praktik medis gratis," tambahnya.
Anies berpendapat bahwa esensi dari kurban atau pengorbanan tidak hanya terbatas pada aspek material. Lebih dari itu, yang utama adalah bagaimana tindakan tersebut dapat memberikan manfaat yang besar bagi banyak orang.
"Kita semua sesungguhnya memiliki bekal yang bisa dikorbankan sesuai dengan kemampuan untuk menghadirkan kemaslahatan, keadilan bagi semua. Inilah gerakan politik dan sesungguhnya ketidakadilan adalah bagian dari kemungkaran," pungkasnya.