Para pejabat tinggi dari Amerika Serikat (AS) dan China telah mencapai kesepakatan terkait kerangka kerja “gencatan senjata” dalam sengketa pembatasan ekspor komoditas tanah jarang oleh China. Walaupun demikian, belum terlihat tanda-tanda bahwa perang dagang yang berkepanjangan ini akan segera mereda.
Dalam perundingan intensif selama dua hari di London, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyatakan bahwa kesepakatan kali ini jauh lebih detail dan mendalam dibandingkan dengan kesepakatan yang dicapai bulan lalu di Jenewa. Seperti yang diketahui, kedua negara telah terlibat dalam perang tarif yang sangat signifikan, bahkan mencapai tiga digit.
Menurut laporan dari Reuters, Rabu (11/6/2026), kesepakatan Jenewa sebelumnya dinilai kurang kuat karena China terus memberlakukan pembatasan terhadap ekspor komoditas mineral penting. Sebagai tanggapan, Presiden AS, Donald Trump, mengambil langkah dengan membatasi ekspor perangkat lunak desain semikonduktor, pesawat, dan berbagai barang lainnya.
Lutnick menjelaskan bahwa kesepakatan yang diraih di London akan menghapus pembatasan ekspor mineral tanah jarang dan magnet dari China. Sejalan dengan itu, AS juga akan menghapus pembatasan ekspor mereka, meskipun Lutnick tidak memberikan detail lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Ia menambahkan bahwa baik China maupun AS akan menyerahkan kerangka kerja tersebut kepada presiden masing-masing untuk mendapatkan persetujuan. “Dan apabila disetujui, kita akan segera mengimplementasikan kerangka kerja ini,” tegas Lutnick.
Kebijakan tarif yang sering berubah-ubah dari Presiden AS, Donald Trump, telah menimbulkan gejolak di pasar global, menyebabkan kemacetan dan kebingungan di pelabuhan-pelabuhan, serta merugikan perusahaan hingga puluhan miliar dolar akibat hilangnya penjualan dan peningkatan biaya.
Bank Dunia, pada hari Selasa, merevisi turun perkiraan pertumbuhan globalnya untuk tahun 2025 sebesar empat persepuluh poin persentase menjadi 2,3%. Bank Dunia menyatakan bahwa tarif yang lebih tinggi dan ketidakpastian yang meningkat menjadi hambatan signifikan bagi perekonomian secara keseluruhan.