Badan Gizi Nasional (BGN) memiliki target ambisius untuk menjangkau 20 juta penerima manfaat dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada bulan Agustus. Target ini sejalan dengan tren peningkatan yang menggembirakan dalam jumlah penerima manfaat sejak program ini pertama kali diperkenalkan pada tanggal 6 Januari.
Menurut Kepala BGN, Dadan Hindayana, hingga bulan Mei, program MBG telah berhasil menjangkau 4,4 juta individu. Selain itu, sebanyak 1.538 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah didirikan di 38 provinsi di seluruh Indonesia.
"Alhamdulillah, mengingat usia program yang baru 5 bulan, yaitu sampai bulan Mei, kami telah berhasil mendirikan 1.583 satuan pelayanan pemenuhan gizi yang tersebar di 38 provinsi. Ini menunjukkan progres yang signifikan, dengan 4,4 juta penerima manfaat yang telah terlayani," ungkap Dadan dalam BGN Talks Episode 1, yang dikutip dari kanal Youtube BGN pada hari Minggu (1/6/2025).
Dadan menekankan bahwa peningkatan jumlah penerima manfaat program MBG sangat signifikan. Awalnya, saat peluncuran, hanya 190 SPPG yang beroperasi di 26 provinsi, melayani sekitar 400 orang. Mengingat potensi percepatan ini, Dadan optimis bahwa target 20 juta penerima manfaat dapat tercapai pada bulan Agustus.
"Peningkatan dalam 5 bulan terakhir ini sungguh luar biasa. Kami melihat adanya potensi percepatan yang akan terjadi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, kami menargetkan bahwa pada bulan Agustus, kami akan mampu melayani 20 juta penerima manfaat, termasuk ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah mulai dari Paud hingga SMA, serta santri dan siswa dari sekolah keagamaan lainnya," jelas Dadan.
Lebih lanjut, Dadan menjelaskan bahwa dampak positif program MBG sudah mulai dirasakan di lapangan. Salah satu indikatornya adalah peningkatan tingkat kehadiran siswa di sekolah.
Dadan menjelaskan bahwa sebelum program MBG dijalankan, tingkat kehadiran siswa di sekolah berkisar antara 70-75%. Namun, dengan adanya program MBG, tingkat kehadiran siswa telah meningkat secara signifikan menjadi 95%.
"Kami mendengar cerita inspiratif dari Papua, di mana seorang nenek mengalami kesulitan membangunkan cucunya untuk pergi ke sekolah. Namun, setelah adanya program makan bergizi, justru cucunya yang membangunkan neneknya karena semangat untuk datang ke sekolah. Ada juga cerita dari Sumba, di mana perjalanan ke sekolah sangat jauh dan siswa seringkali malas datang pada hari Kamis dan Jumat. Namun, sekarang sekolah selalu penuh karena mereka tahu bahwa mereka akan mendapatkan makanan berkualitas. Kesempatan seperti ini jarang sekali mereka dapatkan," tambah Dadan.