MBG: Pasar Investasi Pangan & Peternakan Nasional Baru?

Admin

21/06/2025

3
Min Read

On This Post

JAKARTA, MasterV – Badan Gizi Nasional (BGN) menekankan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan sekadar solusi untuk meningkatkan asupan gizi anak-anak di Indonesia. Lebih dari itu, MBG membuka peluang investasi yang sangat menjanjikan di sektor pangan dan peternakan nasional, menciptakan sebuah pasar baru yang menggiurkan.

"Dana ini berasal dari pajak yang dibayarkan oleh masyarakat, dan kini dikembalikan lagi kepada mereka. MBG menciptakan permintaan pasar yang stabil dan terjamin, karena pemerintah akan secara rutin membeli bahan-bahan pangan setiap harinya," jelas Epi Taufik, seorang Guru Besar IPB yang juga merupakan Tim Pakar Bidang Susu BGN. Pernyataan ini disampaikan dalam acara BGN Talks Episode 2 yang berjudul "Susu, Kunci Gizi Anak Indonesia?" yang disiarkan melalui kanal YouTube resmi BGN pada Senin, 9 Juni 2025.

Epi melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan bahwa ketika 30.000 dapur MBG mulai beroperasi secara penuh, kebutuhan akan produk-produk peternakan akan mengalami lonjakan yang signifikan.

Perkiraannya menunjukkan bahwa setiap dapur akan memerlukan sekitar 300 kilogram daging ayam, 3.000 butir telur, dan 400 liter susu setiap harinya.

“Bahkan, dengan hanya 10.000 dapur yang beroperasi, produksi nasional saat ini mungkin belum mencukupi. Tidak ada satu pun perusahaan besar yang memiliki kapasitas untuk memenuhi seluruh kebutuhan tersebut sendirian,” ungkapnya.

Dengan demikian, MBG menjadi katalisator yang efektif bagi para peternak lokal dan pelaku industri pangan untuk meningkatkan volume produksi mereka.

Bahkan, menurut pandangan Epi, program ini berpotensi menjadi daya tarik yang kuat bagi para investor untuk menanamkan modal di sektor peternakan dan susu.

“Jika sebelumnya mencari investor merupakan tantangan, kini ada pembeli yang jelas dan pasti setiap harinya. Inilah yang oleh Kepala BGN disebut sebagai pasar baru yang sedang berkembang,” terangnya.

Saat ini, Indonesia masih bergantung pada impor sekitar 3,7 juta ton susu per tahun. Angka ini diperkirakan dapat meningkat menjadi lebih dari 8 juta ton seiring dengan berjalannya dan meluasnya implementasi program MBG.

Namun, tujuan jangka panjangnya bukanlah untuk meningkatkan impor, melainkan untuk memperkuat produksi dalam negeri dan mencapai swasembada pangan.

“Pemerintah tidak ingin bergantung pada impor. Sebaliknya, program ini menjadi stimulus bagi para peternak untuk menambah jumlah sapi, membuka lahan peternakan baru, dan meningkatkan kapasitas produksi,” paparnya.

Menurut Epi, MBG juga dipandang sebagai strategi nasional yang krusial untuk menghadapi potensi krisis di masa depan.

Ia menjelaskan bahwa ada dua aspek utama yang menentukan ketahanan suatu negara, yaitu pangan dan energi, terutama dalam menghadapi situasi darurat seperti perang atau pandemi.

“Saat Covid-19 melanda, setiap negara menahan cadangan pangannya. Bahkan jika kita ingin membeli, sulit untuk mendapatkannya. Jika kita memiliki produksi sendiri, kita akan lebih mampu bertahan. MBG adalah salah satu langkah menuju swasembada pangan,” tegasnya.