Bicara Pariwisata Kesehatan, Menkes Perkirakan Potensi PDB Capai 84 Miliar Dollar AS

Admin

26/06/2025

4
Min Read

On This Post

JAKARTA, MasterV – Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin bicara soal potensi membangun pariwisata kesehatan di dalam negeri, sehingga menjadi peluang bagi investor yang mau berinvestasi.

Apalagi, Budi Gunadi memperkirakan potensi Produk Domestik Bruto (PDB) dari pariwisata kesehatan tersebut mencapai sebesar 84 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 1.362 triliun (dengan nilai tukar Rp 16.200).

Hal itu disampaikan Menkes dalam International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), Kamis (12/6/2025), dikutip dari Antaranews.

Dalam perhitungannya, Budi Gunadi memaparkan bahwa usia rata-rata Indonesia adalah sekitar 70 tahun. Lalu, mereka menggunakan sampai 140 dollar AS atau setara Rp 2,3 juta per tahun untuk kesehatan. Sehingga, pengeluaran total sebesar 40 miliar dollar AS atau sekitar Rp 648 miliar.

Namun, Menkes memperkirakan bahwa angka tersebut akan terus meningkat tiap tahunnya karena populasi yang semakin menua.

Kemudian, Budi Gunadi menggunakan Malaysia sebagai asumsi perhitungan untuk Indonesia.

Menurut dia, setiap penduduk mengeluarkan rata-rata 400 dollar AS atau sekitar Rp 6,5 juta untuk kesehatan per tahunnya. Lalu, usia harapan hidupnya rata-rata 76 tahun. Sehingga dikalikan 280 juta penduduk, potensinya ada sekitar 84 miliar dollar AS.

"1 persen GDP (PDB) itu berarti 15 miliar. Jadi, 84 miliar (dollar AS) itu hampir enam persen dari peningkatan PDB dalam sektor layanan kesehatan saja,” kata Menkes.

Oleh karena itu, dia menyoroti perlunya menciptakan pariwisata kesehatan domestik untuk memanfaatkan potensi tersebut. Sebab, banyak uang warga Indonesia yang dipakai untuk layanan kesehatan di luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat.

Bahkan, Menkes menyebut, warga negara Indonesia (WNI) menghabiskan sekitar 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp162,3 triliun untuk mendapatkan layanan kesehatan di luar negeri tersebut.

"Antara 1 atau 2 juta warga Indonesia setiap tahun yang pergi ke luar negeri. 10 miliar dollar AS itu hampir 1 persen dari total GDP,” ujar Budi Gunadi.

Dalam kesempatan itu, Menkes juga mengungkapkan bahwa pariwisata kesehatan itu bisa dibangun di Bali, Labuan Bajo atau Batam. Sehingga, masyarakat Indonesia akan lebih tertarik mengeluarkan uangnya untuk berobat di dalam negeri.

"Jadi, mereka bisa menggunakan uangnya bukan saja untuk melihat atau menikmati pantai atau lukisan, atau budaya untuk berlibur, tapi juga untuk mendapatkan layanan kesehatan,” kata Budi Gunadi.

Tak hanya WNI, Menkes menyebut, pembangunan pariwisata kesehatan di lokasi strategis bisa menarik warga negara asing.

"Mari kita maju bersama-sama karena menyatukan layanan kesehatan dan pariwisata, kita bisa membangun negara Indonesia yang lebih kuat dan lebih sehat dan juga negara yang lebih maju," ujarnya.

Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pada 2024, PDB Indonesia mencapai Rp 22.139 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 20.892 triliun.

Kolaborasi dengan Kemenpar

Sementara itu, Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana mengungkapkan bahwa kementeriannya sudah berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyusun panduan wisata kesehatan yang tertuang dalam tourism guidline.

Dalam International Conference of Infrastructure (ICI) 2025, Widiyanti menyebut, pembangunan infrastruktur di suatu daerah berpotensi untuk mendukung pengembangan layanan wisata tematik seperti kesehatan dan kebugaran.

"(Pembangunan) infrastruktur juga membuka frontier baru dan juga membuka pariwisata tematik baru yang permintaannya sedang tumbuh hingga kini, termasuk kesehatan dan kebugaran," kata Widiyanti Putri Wardhana, Kamis, dikutip dari Antaranews.

Widiyanti menyampaikan bahwa peluang besar tersebut membuat Pemerintah Indonesia membangun Sanur Special Economic Zone di Bali dan Batam International Health and Tourism Special Economic Zone di Kepulauan Riau.

Menpar mengungkapkan, Sanur Special Economic Zone dibeberkan telah mengamankan investasi sebesar Rp 4,25 triliun sampai dengan hari ini. Tetapi, diharapkan memberikan pemasukan pada pendapatan negara lebih dari Rp 20 triliun pada tahun 2045.

Kemudian, Batam International Health and Tourism Special Economic Zone diharapkan dapat memberikan kontribusi sebesar 1,03 persen atau sekitar Rp 18,8 triliun pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Batam, dan menyediakan mata pencaharian bagi lebih dari 105 ribu pekerja

"Berbagai zone ekonomi khusus ini dirancang untuk memberikan layanan kesehatan dan integrasi dalam setting pariwisata. Jika dikembangkan dengan baik, maka mereka bisa membantu atau meningkatkan pembelanjaan domestik,” ujar Widiyanti.

Lebih lanjut, Widiyanti mengatakan saat ini wisatawan mancanegara sangat memperhatikan aspek kesehatan dan lebih senang jika sekaligus mendapatkan pengalaman terkait budaya, tradisi dan alam dari negara yang dikunjungi.

"Indonesia mempunyai semua yang diperlukan untuk bersaing dalam industri pariwisata kesehatan," katanya.

Menurut Menpar, pemerintah sudah memiliki beberapa projek yang melibatkan mitra bisnis dari negara lain seperti Jepang, untuk mendapatkan investor yang dapat membantu mengembangkan pasar yang sedang berkembang.

"Berbagai proyek ini masuk dalam misalnya mencakup spa Indonesia dan juga fasilitas tempat tinggal lansia yang menghasilkan minat besar dari berbagai investor termasuk perusahaan-perusahaan medis,” ujar Widiyanti.