Analisis butiran serbuk sari mikroskopis mengungkapkan fakta menarik: bunga telah menghiasi bumi ini setidaknya 123 juta tahun lamanya. Ini berarti, keberadaan mereka sekitar 2 juta tahun lebih tua dari perkiraan sebelumnya.
Penemuan ini bukan sekadar mengungkap asal-usul bunga yang memperindah taman kita, tetapi juga menandai keberadaan klade tanaman darat yang paling dominan di planet ini saat ini.
Tumbuhan berbunga (angiospermae) kini telah menyatu erat dengan alam semesta, bahkan seringkali tampak identik dengan tumbuhan secara umum bagi mereka yang bukan ahli botani. Meski konifer tetap memegang kendali di hutan-hutan utara, serta menjadi pohon tertinggi di Bumi, tumbuhan non-berbunga seperti lumut dan pakis hidup di bawah naungan tumbuhan berbunga.
Hampir tiga perempat waktu sejak tanaman pertama kali tumbuh di daratan, tumbuhan berbunga belum muncul sama sekali. Perkembangan serbuk sari mengubah segalanya secara fundamental.
Namun, bahkan inovasi penting sekalipun memerlukan waktu untuk menyebar. Oleh karena itu, dibutuhkan jutaan tahun sebelum tumbuhan angiospermae berkembang cukup luas hingga dapat terlihat jelas dalam catatan fosil.
Penelitian terhadap sedimen pesisir di wilayah yang kini dikenal sebagai Portugal telah menemukan butiran serbuk sari berukuran hanya 0,02 mm. Serbuk sari tertua ini berasal dari sedimen yang berusia 123 juta tahun. Keberadaan butiran serbuk sari ini terdeteksi karena, layaknya mamalia, mereka berpendar di bawah cahaya khusus.
Saat mikroskop pemindai laser confocal diarahkan ke sedimen tersebut, empat butir serbuk sari mungil tampak bersinar dalam sampel yang dikumpulkan dalam radius 27 kilometer.
Analisis mendalam menunjukkan tiga alur kecil pada dinding luar setiap butir, sebuah ciri khas serbuk sari tricolpate yang digunakan oleh lebih dari 70% tumbuhan angiospermae saat ini.
Diperkirakan bahwa butiran-butiran tersebut terbawa aliran sungai menuju hilir dan akhirnya mencapai laut. Analisis isotop strontium pada kulit kerang yang terkubur dalam lapisan yang sama, sebuah metode akurat untuk menentukan umur fosil, mengkonfirmasi usia butiran tersebut.
Butiran serbuk sari tertua sebelumnya ditemukan di Pulau Wight pada tahun 1990, diperkirakan berusia 120,4 juta tahun. Selain ukurannya yang lebih kecil dari butiran serbuk sari Portugis, keduanya memiliki kemiripan yang mencolok. Beberapa butiran serbuk sari lain telah ditemukan, namun penentuan usianya lebih sulit, meskipun kemungkinan sama tuanya.
Apakah wilayah ini merupakan tempat kelahiran tumbuhan angiospermae, ataukah mereka berasal lebih awal di lokasi lain? Jawaban pastinya masih belum diketahui. Yang jelas, penemuan ini membuktikan bahwa bunga pertama memerlukan serangkaian evolusi untuk mencapai dominasi yang kita saksikan saat ini.
“Kemunculan tanaman berbunga mengubah keanekaragaman hayati secara signifikan,” ungkap Profesor Ulrich Heimhofer dari Leibniz Hannover University dalam sebuah pernyataan, seperti yang dilansir Liputanku.
“Namun, di mana dan kapan tepatnya perkembangan ini dimulai masih menjadi teka-teki yang disebut Darwin sebagai ‘misteri yang mengerikan’,” tambah penulis pertama Dr Julia Gravendyck dari Universitas Bonn.
Alasan mengapa Darwin menganggap misteri ini begitu mengerikan adalah karena bunga seolah-olah muncul dari ketiadaan menjadi sangat beragam dalam waktu singkat dalam catatan fosil. Akan tetapi, lapisan-lapisan batuan yang memisahkan ketiadaan dari dominasi tersebut mewakili jutaan tahun, sebuah fakta yang belum diketahui Darwin pada masanya.
Kita juga belum memiliki banyak informasi mengenai jenis tanaman yang memicu inovasi yang mengubah dunia ini, meskipun kemungkinan besar mereka berawal dari yang kecil. Tanaman yang menghasilkan biji-bijian ini adalah eudicot, angiospermae dengan dua daun biji saat berkecambah.
Portugal terletak di garis lintang tengah pada awal Zaman Kapur, seperti halnya saat ini. Oleh karena itu, penemuan ini menimbulkan pertanyaan tentang hipotesis yang menyatakan bahwa tumbuhan berbiji pertama kali muncul di daerah tropis, meskipun para peneliti tetap menganggapnya masuk akal.