BYD memicu gelombang persaingan harga di pasar otomotif China. Baru-baru ini, perusahaan tersebut mengambil langkah strategis dengan menurunkan harga beberapa model mobil andalannya.
Penyesuaian harga oleh BYD ini sontak memicu eskalasi persaingan harga yang intens di pasar otomotif China. Fenomena ini bahkan berdampak pada penurunan nilai saham sejumlah produsen mobil lokal. Seperti yang dilaporkan oleh Reuters, BYD secara signifikan memangkas harga lebih dari selusin model yang dipasarkan di China. Contohnya, model hatchback termurah mereka, Seagull, kini ditawarkan dengan harga 55.800 yuan, atau sekitar USD 7.765. Harga ini jauh lebih rendah dibandingkan sebelumnya yang hampir mencapai USD 10.000.
Langkah pemangkasan harga yang dilakukan BYD ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan produsen otomotif lainnya. Muncul kekhawatiran bahwa tindakan ini akan memperdalam perang harga. Produsen yang memiliki posisi keuangan yang lebih lemah harus berupaya keras untuk meminimalkan kerugian akibat penurunan harga yang lebih lanjut.
“Ini mengindikasikan adanya persaingan sengit di akhir tahun ini,” ujar Tu Le, Direktur Pelaksana lembaga penasihat Sino Auto Insights.
“Hal ini berpotensi memicu efek domino yang pada akhirnya memberikan tekanan besar pada pemain yang lebih lemah atau start-up seperti Neta dan Polestar yang saat ini sedang berjuang,” lanjutnya.
Sebelumnya, Chairman Great Wall Motors, Wei Jianjun, telah menyampaikan peringatan tentang kondisi sektor otomotif China yang dinilai tidak sehat. Terutama terkait perang harga yang menekan keuntungan perusahaan dan pemasok. Ia bahkan menyamakan situasi ini dengan kondisi Evergrande, pengembang properti di China yang dilikuidasi tahun lalu setelah mengalami krisis utang yang besar.
“Saat ini, ‘Evergrande’ di industri otomotif sudah ada, meskipun belum sampai pada tahap keruntuhan,” ungkapnya dalam sebuah wawancara dengan Sina Finance.
Pasar mobil listrik China memang diramaikan dengan kehadiran berbagai start-up dalam satu dekade terakhir. Akan tetapi, tidak semua perusahaan mampu bertahan akibat ketatnya persaingan harga yang menyebabkan kerugian yang signifikan. Data dari perusahaan riset Jato Dynamics menunjukkan bahwa dari 169 produsen yang beroperasi di China saat ini, lebih dari separuhnya hanya menguasai pangsa pasar kurang dari 0,1 persen.
Selain perang harga, penjualan mobil bekas dengan jarak tempuh nol juga menjadi perhatian. Praktik ini dianggap sebagai strategi bagi produsen dan dealer untuk mencapai target penjualan mereka.