JAKARTA, MasterV – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp 6.500/kg menjadi fondasi utama kesuksesan dalam mencapai Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang mencapai angka 4 juta ton.
Menurut Amran, pencapaian luar biasa ini tidak terlepas dari visi besar Presiden Prabowo Subianto, yang terus menerus mendorong berbagai inovasi strategis melalui penerbitan Instruksi Presiden (Inpres) yang bertujuan memperkuat produksi dan mempermudah kegiatan pertanian bagi para petani.
“Perhatian Presiden Prabowo terhadap sektor pertanian sangatlah besar. Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen sebesar Rp 6.500/kg serta penghapusan sistem rafaksi menjadi bukti nyata komitmen tersebut. Sekarang, petani dapat menikmati harga jual yang menguntungkan, bahkan di saat musim panen raya,” ujarnya di Jakarta, Jumat (30/5/2025).
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi beras nasional pada periode Januari hingga Mei 2025 diperkirakan mencapai 16,55 juta ton, sebuah peningkatan signifikan sebesar 11,95 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Dahulu, saat panen raya tiba, harga gabah seringkali mengalami penurunan drastis, yang menyebabkan kerugian bagi petani. Namun kini, sebagian besar petani mampu menjual Gabah Kering Panen (GKP) setidaknya seharga Rp6.500 per kg, sesuai dengan HPP, bahkan lebih tinggi. Inilah hasil dari kebijakan yang berpihak kepada petani,” jelas Amran.
Capaian ini juga sejalan dengan kinerja penyerapan oleh Bulog, yang mencatatkan rekor tertinggi dalam 57 tahun terakhir. Hingga akhir Mei 2025, Bulog berhasil menyerap lebih dari 2,4 juta ton beras lokal, sebuah lonjakan lebih dari 400 persen dibandingkan dengan rata-rata penyerapan pada periode yang sama dalam 5 tahun terakhir, yang hanya berkisar sekitar 1,2 juta ton.
“Ini mengindikasikan bahwa produksi dalam negeri tidak hanya mengalami peningkatan, tetapi juga diserap secara masif langsung dari petani. Langkah ini sangat efektif dalam memperkuat cadangan nasional dan menjaga kestabilan harga di tingkat petani,” kata Amran.
Beliau juga memberikan apresiasi khusus terhadap strategi agresif “jemput bola” yang diterapkan oleh Bulog dalam menyerap gabah langsung dari petani.
“Langkah Bulog untuk menjemput hasil panen secara langsung dari petani terbukti sangat efektif. Hal ini tidak hanya memperkuat cadangan beras pemerintah, tetapi juga memberikan kepastian harga dan pasar bagi para petani kita,” tegas Amran.
Pemerintah berhasil mencatatkan tonggak sejarah baru dalam tata kelola pangan nasional. Untuk pertama kalinya sejak Perum Bulog didirikan pada tahun 1969, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) menembus angka fantastis, mencapai 4 juta ton.
Berdasarkan laporan *real-time* per Kamis, 29 Mei 2025 pukul 21.41 WIB, penyerapan setara beras oleh Bulog telah mencapai 2.407.257 ton, dan total stok beras nasional secara resmi tercatat sebesar 4.001.059 ton.