Cuaca Hari Ini Minggu 1 Juni 2025: Jakarta dan Sekitarnya Berawan Tebal
MasterV, Jakarta – Prakiraan cuaca untuk Jakarta pada pagi hari ini, Minggu (1/6/2025), menunjukkan bahwa seluruh wilayah akan diselimuti awan tebal. Inilah prediksi cuaca yang perlu Anda ketahui.
MasterV, Jakarta – Prakiraan cuaca untuk Jakarta pada pagi hari ini, Minggu (1/6/2025), menunjukkan bahwa seluruh wilayah akan diselimuti awan tebal. Inilah prediksi cuaca yang perlu Anda ketahui.
Berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi serupa diperkirakan akan berlanjut di seluruh wilayah Jakarta, baik pada siang maupun malam hari.
Tak hanya di ibu kota, kondisi serupa juga diprediksi akan terjadi di daerah-daerah penyangga. Contohnya, di Bekasi, Jawa Barat, cuaca diperkirakan akan terus berawan tebal dari pagi hingga malam.
Kondisi serupa juga diperkirakan meliputi wilayah Depok dan Kota Bogor, Jawa Barat, di mana langit akan didominasi oleh awan tebal sepanjang hari.
Sementara itu, untuk wilayah Tangerang, Banten, prakiraan cuaca menunjukkan bahwa langit akan berawan dari pagi hingga malam hari.
Berikut adalah informasi lengkap mengenai prakiraan cuaca untuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang Liputanku rangkum dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa Indonesia akan mengalami fenomena kemarau basah hingga akhir Agustus 2025. Kondisi ini berbeda dari kemarau normal yang umumnya bercirikan cuaca panas dan kering.
Kemarau basah ditandai dengan curah hujan yang relatif tinggi meskipun sudah memasuki musim kemarau. Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa fenomena ini adalah sebuah anomali cuaca.
"Fenomena ini lebih dikenal dengan istilah Kemarau Basah," ujar Guswanto, seperti yang dikutip pada Rabu (28/5/2025).
Beliau menambahkan, kemarau basah merupakan fenomena cuaca yang tidak biasa. Biasanya musim kemarau identik dengan kondisi kering dan panas, namun kali ini justru diwarnai hujan atau kelembaban yang cukup signifikan.
Lantas, apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemarau basah ini? Dan bagaimana dampaknya terhadap berbagai sektor di Indonesia? Berikut adalah ulasan lengkapnya.
BMKG memprediksi bahwa fenomena kemarau basah ini akan berlangsung hingga akhir Agustus 2025. Persentase wilayah yang terdampak diperkirakan akan terus mengalami peningkatan.
Pada bulan Juni 2025, wilayah yang terdampak mencapai 56,54%, kemudian meningkat menjadi 75,38% pada bulan Juli, dan mencapai puncaknya sebesar 84,94% pada bulan Agustus. Setelah bulan Agustus, Indonesia diperkirakan akan memasuki musim pancaroba (peralihan) hingga bulan November, sebelum akhirnya memasuki musim hujan pada bulan Desember 2025 hingga Februari 2026.
Fenomena kemarau basah ini disebabkan oleh beberapa faktor utama. Suhu permukaan laut di sekitar wilayah Indonesia yang tetap hangat menjadi salah satu pemicu utamanya. Kondisi ini mendorong proses pembentukan awan dan hujan meskipun sedang berlangsung musim kemarau. Selain itu, fenomena iklim global seperti La Niña dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif juga turut berperan dalam meningkatkan tingkat kelembapan udara di atmosfer.
Aktivitas gelombang atmosfer, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby, juga berkontribusi dalam meningkatkan intensitas pembentukan awan hujan. Kombinasi dari berbagai faktor inilah yang menyebabkan curah hujan tetap tinggi selama periode kemarau.
Kemarau basah berpotensi menimbulkan kerugian pada sektor pertanian, terutama karena curah hujan yang tidak dapat diprediksi. Meskipun hujan dapat membantu pertumbuhan tanaman musiman, intensitas hujan yang tinggi justru dapat merusak tanaman tersebut.
Para petani perlu mewaspadai potensi terjadinya gagal panen akibat cuaca ekstrem ini. Perubahan pola tanam dan pemilihan jenis tanaman yang lebih tahan terhadap curah hujan yang tinggi menjadi langkah adaptasi yang sangat penting.
Selain sektor pertanian, kemarau basah juga memberikan dampak pada sektor kesehatan. Peningkatan risiko penyakit infeksi saluran pernapasan dan demam berdarah menjadi perhatian utama.
Populasi nyamuk yang meningkat akibat genangan air menjadi faktor pemicu utama penyebaran penyakit demam berdarah.
Masyarakat diimbau untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan langkah-langkah pencegahan penyakit.
Aktivitas masyarakat juga berpotensi terganggu akibat cuaca yang tidak menentu. Perencanaan kegiatan di luar ruangan perlu mempertimbangkan potensi hujan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Oleh karena itu, informasi cuaca terkini dari BMKG menjadi panduan penting dalam melakukan aktivitas.
Guswanto juga menambahkan, penting untuk melakukan antisipasi serta pengelolaan yang tepat guna menghadapi potensi dampak iklim ini. Musim kemarau tahun 2025 diprediksi akan berlangsung lebih pendek karena adanya beberapa faktor, meskipun ENSO (El Nino-Southern Oscillation) berada dalam kondisi normal.
Awal tahun 2025 diperkirakan akan mengalami La Nina lemah, yang berpotensi meningkatkan curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia.
Peningkatan suhu laut dapat mempengaruhi pola curah hujan, namun dalam kasus ini, tidak menyebabkan kemarau panjang karena kondisi ENSO yang netral. Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan normal hingga di atas normal pada tahun 2025, sehingga musim kemarau diperkirakan tidak akan berlangsung terlalu lama.