Diskon Listrik Tak Cukup? Rakyat Pilih Diskon Sembako!

Admin

06/06/2025

3
Min Read

On This Post

Ketika Diskon Listrik Dianggap Belum Memadai untuk Hidup Sehari-hari

JAKARTA, MasterV – Pemerintah secara resmi mengumumkan inisiatif diskon tarif listrik sebesar 50 persen, yang direncanakan akan dimulai pada 5 Juni dan berlangsung hingga 31 Juli 2025.

Program ini diluncurkan dengan tujuan utama untuk meringankan beban finansial masyarakat, khususnya bagi rumah tangga dengan kapasitas daya listrik hingga 1.300 VA.

Namun demikian, respons terhadap kebijakan ini tidak sepenuhnya positif di kalangan masyarakat.

Sejumlah warga berpendapat bahwa kebutuhan mendasar sehari-hari jauh lebih urgen untuk dipenuhi dibandingkan dengan potensi penghematan dari tagihan listrik bulanan.

Seorang ibu rumah tangga dari Jakarta, Dini (43), mengungkapkan kekhawatiran pribadinya. Menurutnya, diskon untuk kebutuhan bahan pangan akan memberikan dampak yang jauh lebih signifikan dibandingkan diskon listrik.

“Kalau menurut saya, terus terang, diskon bahan pokok itu jauh lebih penting daripada diskon listrik. Karena kebutuhan makan itu sesuatu yang tidak bisa ditunda. Kita setiap hari belanja, beras, minyak, telur, sayur, itu sudah pasti jadi prioritas utama di dapur,” jelasnya kepada MasterV, Kamis (29/5/2025).

Menurut pandangan Dini, meskipun listrik memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, pembayaran tagihannya hanya dilakukan sekali dalam sebulan.

Sementara itu, kebutuhan dapur, yang menyerap sebagian besar pendapatan keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, harus dipenuhi setiap hari.

“Pengeluaran untuk makan itu bisa mencapai 50–60 persen dari total pendapatan, terutama bagi keluarga menengah ke bawah. Jadi, dampaknya akan jauh lebih terasa jika bantuan diberikan dalam bentuk subsidi bahan pokok,” terangnya.

Dini juga berbagi pengalamannya terkait program diskon listrik sebelumnya yang tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Setelah menikmati diskon pada bulan Januari dan Februari 2025, tarif listrik di kediamannya justru mengalami peningkatan tajam pada bulan April 2025.

“Rasanya seperti diberi harapan palsu. Jangan sampai kejadian seperti itu terulang lagi. Kita sebagai rakyat kecil tidak mau lagi ‘di-prank’,” tegas Dini.

Dini menekankan bahwa intervensi pemerintah seharusnya difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.

“Jika pemerintah benar-benar ingin membantu rakyat, sebaiknya fokus pada aspek yang paling fundamental, yaitu bahan pokok. Karena kebutuhan perut itu tidak bisa ditunda. Anak-anak juga butuh makan setiap hari, bukan setiap bulan,” imbuh Dini.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, sebelumnya menjelaskan bahwa program diskon listrik ini merupakan bagian integral dari stimulus ekonomi kuartal II 2025 yang telah dibahas secara mendalam dalam Rapat Koordinasi Terbatas tingkat menteri pada tanggal 23 Mei 2025.

“Stimulus ekonomi kuartal II 2025 tersebut telah dibahas secara komprehensif dalam Rakortas tingkat menteri pada 23 Mei, dan disepakati untuk mulai diberlakukan pada 5 Juni 2025,” kata Susiwijono, Selasa (27/5/2025).

Program ini menargetkan sekitar 79,3 juta pelanggan rumah tangga di seluruh Indonesia, dengan harapan dapat mempertahankan daya beli masyarakat selama periode libur sekolah dan memacu pertumbuhan konsumsi domestik.

Meskipun demikian, aspirasi yang disuarakan oleh masyarakat seperti Dini, menjadi pengingat penting bahwa pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari tetap menjadi prioritas utama bagi banyak keluarga, terutama bagi mereka yang berada dalam kategori ekonomi menengah ke bawah.

(Reporter: Ruby Rachmadina | Editor: Abdul Haris Maulana)