Elon Musk, sosok yang dikenal luas, telah lama menyuarakan kekhawatiran mengenai potensi bahaya Kecerdasan Buatan (AI), bahkan jauh sebelum ia meluncurkan Grok, produk AI miliknya. Ia pernah menyampaikan pandangan bahwa AI berpotensi menggoyahkan fondasi internet.
Beberapa tahun silam, dunia maya sempat mengalami gangguan signifikan akibat serangan siber yang menyasar Dyn, perusahaan yang bertugas memantau lalu lintas bagi sejumlah situs web utama. Kala itu, Musk berpendapat bahwa AI dapat menyebabkan kerusakan serupa, bahkan lebih parah, jika tidak ada langkah antisipasi yang memadai.
"Hanya soal waktu sebelum AI tingkat lanjut dimanfaatkan untuk tujuan tersebut. Struktur internet sangat rentan terhadap algoritma semacam ini," demikian ungkapnya.
Dalam kesempatan terpisah, tokoh berpengaruh ini berulang kali menegaskan bahaya AI bagi kelangsungan hidup manusia. Saat berbicara di forum World Government Summit di Dubai, Musk dimintai pendapatnya mengenai perkembangan teknologi AI dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
Ia menyatakan bahwa AI adalah teknologi yang menjanjikan, namun sekaligus menyimpan potensi bahaya yang besar. "Salah satu ancaman terbesar bagi masa depan peradaban kita adalah AI," tegasnya.
"(Teknologi) ini memiliki sisi positif dan negatif, sangat menjanjikan dan memiliki kemampuan luar biasa," lanjutnya. Namun, ia menekankan bahwa di balik potensi tersebut, terdapat risiko yang tidak boleh diabaikan.
Pada tahun 2021, Musk kembali menyampaikan peringatan terkait AI. "Saya sangat dekat dengan teknologi AI canggih, dan hal itu membuat saya merasa khawatir. Kemampuannya jauh melampaui apa yang disadari oleh banyak orang, dan perkembangannya sangat pesat," ujarnya, seperti yang dikutip Liputanku dari NBC.
"Kita sedang menuju ke arah di mana AI akan jauh lebih cerdas daripada manusia, dan menurut saya, jangka waktunya kurang dari lima tahun dari sekarang. Namun, bukan berarti kiamat akan datang dalam lima tahun ke depan. Prediksi ini hanya menunjukkan bahwa segala sesuatunya bisa menjadi buruk, tidak stabil, atau aneh," tambahnya.
Oleh karena itu, ia mendesak adanya pengawasan ketat dalam pengembangan AI. Menurutnya, kemajuan AI berpotensi melampaui kemampuan manusia untuk mengelolanya dengan aman.