Di setiap pertandingan tim nasional Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri, tribun selalu bergemuruh dengan nyanyian, koreografi yang memukau, dan energi yang membangkitkan semangat.
Kreativitas para suporter Merah Putih seringkali menjadi perhatian dunia internasional, termasuk saat Indonesia menjadi tuan rumah bagi Jepang pada November 2024 lalu.
Kala itu, bentangan koreografi “Gundala vs Godzilla” sukses menggemparkan berbagai platform media sosial.
Kejadian serupa terulang saat melawan Bahrain, ketika sesosok Garuda raksasa terbentang dengan megah di Stadion Utama Gelora Bung Karno, disertai dengan tulisan yang berbunyi "Show Your Dignity".
Suporter Indonesia tidak hanya memberikan dukungan, tetapi juga merayakan identitas serta kekayaan budaya bangsa dengan cara yang sangat membanggakan.
Namun demikian, semangat cinta yang begitu besar terkadang dapat berubah menjadi negatif jika tidak disalurkan secara bijaksana. Dalam pertandingan melawan Bahrain, sayangnya terjadi insiden yang sedikit mencoreng nilai-nilai sportivitas.
Seperti yang kita ketahui bersama, FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia berupa denda sekitar Rp 400 juta serta pengurangan kapasitas penonton sebanyak 15 persen untuk pertandingan melawan China pada bulan Juni ini.
Sanksi tersebut diberikan sebagai akibat dari tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh sebagian suporter dalam laga Timnas Indonesia melawan Bahrain.
Ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa fanatisme yang berlebihan justru dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi Timnas Indonesia.
Menjelang laga penting Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia melawan China, pada Kamis (5/6/2025) malam, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyampaikan harapan agar insiden serupa tidak terulang kembali.
"Saya rasa sangat penting bagi kita untuk menjadi tuan rumah yang baik. Jika sebelumnya kita mampu menyambut suporter dari Arab Saudi, Jepang, Australia, dan Bahrain dengan baik, maka dukungan dari China juga harus kita sambut dengan cara yang sama," ungkapnya melalui rilis yang diterima Liputanku.
Beliau juga mengingatkan bahwa sepak bola seharusnya menjadi wadah yang bebas dari segala bentuk diskriminasi.
Liputanku/ADIL NURSALAM Koreo yang ditampilkan oleh suporter Timnas Indonesia dalam pertandingan melawan Bahrain pada laga lanjutan ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Selasa (25/3/2025) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta.
"Kita juga berharap agar teguran dari FIFA terkait diskriminasi seperti rasisme atau xenophobia tidak terulang lagi."
"Sangat disayangkan jika hal tersebut terjadi karena menjadi sorotan. Saya berulang kali menekankan bahwa sepak bola tidak boleh mengandung diskriminasi, baik saat kita melawan tim luar negeri, tim nasional, maupun di antara kita sendiri," tegas Erick Thohir.
"Ya, di liga juga tidak boleh ada acara-acara yang justru menjatuhkan sesama anak bangsa," tambahnya.
Diperkirakan, sekitar 3.000 suporter dari China akan hadir langsung di Stadion GBK.
Oleh karena itu, pertandingan antara Timnas Indonesia dan China akan menjadi panggung besar bagi kita untuk menunjukkan identitas bangsa yang ramah dan menjunjung tinggi sportivitas.
Melalui semangat dan kreativitas para suporter di tribun, inilah saatnya bagi Indonesia untuk dikenal karena kedewasaan, keramahan, dan sikap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Karena pada hakikatnya, sepak bola bukan hanya tentang gol dan kemenangan semata, tetapi juga tentang menghormati lawan dan menyatukan perbedaan.