Strategi Fintech: Akses Keuangan Lebih Luas di Indonesia

Admin

20/06/2025

4
Min Read

On This Post

Inklusi keuangan memegang peranan krusial dalam memastikan bahwa setiap lapisan masyarakat dapat menikmati akses terhadap layanan dan produk keuangan yang aman, mudah, serta responsif. Hal ini juga menjadi fokus utama bagi berbagai perusahaan jasa keuangan di Indonesia, terutama sektor *fintech*.

Menurut Direktur Utama Easycash, Bapak Nucky Poedjiardjo Djatmiko, perusahaan berupaya mendukung pemerintah dalam meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia melalui pemanfaatan teknologi canggih, seperti *big data*, *machine learning*, dan *artificial intelligence* (AI).

Dengan mengoptimalkan kecerdasan buatan, perusahaan *pindar* ini yakin dapat merangkul masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki akses finansial sama sekali.

“Keunggulan utama dari platform *pindar* kami terletak pada kemudahan akses bagi masyarakat dan proses *e-KYC* yang cepat berkat dukungan teknologi terkini. Hasilnya, pengguna dapat memperoleh informasi mengenai ketersediaan limit pinjaman dalam waktu singkat, rata-rata hanya lima menit,” jelasnya dalam keterangan resmi, seperti dikutip pada Minggu (8/6/2025).

“Jika pengajuan disetujui, penerima dana dapat mencairkan limit pinjaman dalam hitungan menit. Perubahan gaya hidup, khususnya di kalangan generasi Z dan Milenial yang semakin akrab dengan teknologi digital, turut mendorong peningkatan signifikan dalam penggunaan layanan *Pindar*,” imbuhnya.

Beliau juga menyoroti laporan Bank Dunia tahun 2021 yang menunjukkan bahwa terdapat sekitar 100 juta penduduk yang belum memiliki akses keuangan yang memadai. Akses ini tidak hanya terbatas pada kepemilikan rekening bank, tetapi juga mencakup layanan perbankan seperti pinjaman daring (*pindar*).

Saat ini, industri pinjaman daring (*pindar*) di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa *outstanding* pendanaan industri *pindar* per Februari 2025 mencapai Rp 80,07 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 31,06% secara tahunan (*year on year/YoY*).

Menurutnya, angka ini mencerminkan peningkatan kebutuhan masyarakat akan layanan keuangan digital yang cepat, aman, dan mudah diakses, terutama bagi kelompok masyarakat yang belum terjangkau oleh lembaga keuangan konvensional.

“Easycash berkomitmen untuk secara konsisten menyelenggarakan edukasi literasi keuangan, memperkuat manajemen risiko, menerapkan *good corporate governance*, serta terus menjalin kolaborasi dengan *stakeholder* di industri untuk membangun ekosistem keuangan yang inklusif dan berkelanjutan,” tegas Bapak Nucky.

Sejak didirikan pada tahun 2017 hingga April 2025, total pinjaman akumulatif yang telah disalurkan oleh Easycash mencapai angka Rp 70,64 triliun, dengan jumlah penerima dana sebanyak 7.809.382 orang. Pihaknya meyakini bahwa pertumbuhan harus sejalan dengan tanggung jawab.

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2024 yang diselenggarakan oleh OJK bersama BPS, tingkat inklusi keuangan di Indonesia saat ini tercatat sebesar 75,02%, sementara indeks literasi keuangan penduduk Indonesia mencapai 65,43%.

Hasil SNLIK 2024 mengindikasikan bahwa masih terdapat peluang besar untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

Sementara itu, riset EY MSME Market Study and Policy Advocacy mengungkapkan bahwa Indonesia menghadapi kesenjangan pendanaan (*credit gap*) yang diperkirakan mencapai Rp 2.400 triliun, di mana hanya sekitar 5% yang dapat dipenuhi oleh *pindar*. Angka ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang signifikan bagi industri *pindar* di masa depan.

Dalam kurun waktu tujuh hingga sepuluh tahun terakhir, kehadiran *pindar* telah mengubah lanskap pinjam-meminjam di masyarakat Indonesia, dari yang sebelumnya terbatas pada lingkungan keluarga, teman, dan lembaga keuangan konvensional, menjadi lebih beragam dan terintegrasi ke dalam ranah digital. Kini, masyarakat memiliki akses ke berbagai fasilitas keuangan alternatif, seperti layanan *Buy Now Pay Later* (BNPL), *pindar*, dan lain sebagainya.

Di tingkat global, industri *pindar* juga mengalami perkembangan pesat. Sebagai contoh, di Brasil, industri pinjaman digital berhasil mencatatkan pertumbuhan signifikan melalui pemain seperti Nubank. Fintopia, perusahaan induk Easycash, juga beroperasi di Filipina, China, Meksiko, dan Polandia.

“Meskipun regulasi bunga bervariasi di setiap negara, prinsip dasarnya tetap sama: manajemen risiko yang akurat menjadi penentu tingkat bunga,” jelas Bapak Nucky.

Seiring dengan pertumbuhan industri *pindar*, PT CRIF Lembaga Informasi Keuangan (CLIK), biro kredit swasta terkemuka yang berizin dan diawasi oleh OJK, menekankan pentingnya menjaga reputasi keuangan pribadi melalui riwayat kredit yang sehat.

“Saat ini, *credit scoring* tidak hanya diperlukan untuk mengakses pinjaman, tetapi juga mulai digunakan dalam proses seleksi kerja, kepemilikan aset seperti rumah atau kendaraan, bahkan dalam layanan digital lainnya. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk semakin peduli terhadap perilaku keuangan mereka sejak dini,” ujar Presiden Direktur CLIK, Leonardo Lapalorcia.

CLIK menghimbau masyarakat untuk mulai memahami fungsi data kredit dan bagaimana riwayat pembayaran yang tertib dapat membuka akses terhadap berbagai peluang di masa depan.

“Dengan sistem penilaian kredit yang akurat dan bertanggung jawab, kita dapat menciptakan ekosistem keuangan digital yang lebih sehat,” tambah Leonardo.