Gag Nikel Bantah Tambang Cemari Geopark Raja Ampat

Admin

21/06/2025

3
Min Read

On This Post

PT Gag Nikel angkat bicara terkait operasional pertambangan yang mereka lakukan di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Plt Presiden Direktur, Arya Arditya, menegaskan bahwa area pertambangan nikel yang mereka kelola sama sekali tidak termasuk ke dalam batas resmi Geopark Raja Ampat.

Merujuk pada data resmi Geopark Raja Ampat, kawasan wisata tersebut meliputi empat pulau utama, yaitu Waigeo (termasuk Kepulauan Wayang di ujung utara), Batanta, Salawati, dan Misool. Mengingat Pulau Gag terletak cukup jauh dari keempat pulau tersebut, dapat dipastikan bahwa aktivitas pertambangan PT Gag Nikel tidak berada dalam zona Geopark Raja Ampat. "Kami sangat menyayangkan berita bohong yang beredar, yang menyebutkan bahwa PT Gag Nikel telah merusak Pulau Gag. Kami telah berupaya semaksimal mungkin dalam menjalankan operasional berkelanjutan agar tidak mencemari Pulau Gag," ujar Arya dalam keterangan tertulisnya, Senin (9/6/2025).

Mengenai pengelolaan limbah, Arya menjelaskan bahwa PT Gag Nikel telah menerapkan prosedur yang sesuai dengan standar pertambangan yang berlaku. Prosedur yang dijalankan mencakup pengoperasian sistem drainase, sump pit, serta kolam pengendapan untuk menampung air limpasan. "Proses pengolahan air limbah dilakukan melalui lima kompartemen sebagai filter dan penampungan sedimentasi. Seluruh air atau limpasan akibat hujan tersebut, sebelum masuk ke badan sungai, kami endapkan terlebih dahulu melalui lima kolam. Kami juga melakukan pengukuran Total Suspended Solids (TSS) setiap hari. Setelah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, barulah kami alirkan," tegas Arya.

Selain itu, PT GAG Nikel juga telah memperoleh persetujuan teknis Baku Mutu Air Limbah (BMAL) untuk pengelolaan air limpasan, serta secara aktif melaksanakan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan konservasi terumbu karang di wilayah sekitarnya. Setelah kolam penampungan sedimentasi mengering, residu limbah dipindahkan ke tempat penampungan khusus yang telah ditentukan. Arya juga menyampaikan bahwa penambangan nikel di Pulau Gag bahkan sudah berlangsung lebih lama dibandingkan dengan popularitas Raja Ampat sebagai sebuah destinasi wisata. Secara geologis, wilayah ini dipengaruhi oleh Sesar Sorong di utara yang merupakan kerak Samudra Pasifik, serta kerak Benua Australia di selatan. Hal ini menyebabkan mineral nikel terbentuk melalui proses lateritisasi pada singkapan kerak samudra.

Dia meyakinkan bahwa perusahaan akan terus bersikap kooperatif dan menjunjung tinggi prinsip Good Mining Practices dalam operasional pertambangan. Terlebih lagi, PT Gag Nikel merupakan representasi pemerintah, karena merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). "Kami juga siap mendukung langkah Menteri LH dalam melakukan pendalaman terhadap upaya pemulihan lingkungan yang selama ini telah diupayakan oleh Gag Nikel," tandas Arya.

Sejak memperoleh Izin Operasi Produksi pada tahun 2017 dari Kementerian ESDM dan mulai beroperasi pada tahun 2018, Gag Nikel telah menjalankan berbagai program keberlanjutan.

Pertama, reklamasi area tambang. Sejak tahun 2018 hingga Desember 2024, luas lahan reklamasi mencapai 131,42 hektare, dengan penanaman lebih dari 350.000 pohon, termasuk 70.000 pohon endemik dan lokal guna mempercepat pemulihan ekosistem. Kemajuan penilaian keberhasilan reklamasi dari kementerian ESDM tahun 2022 sebesar 56,19 Ha.

Kedua, PT Gag juga melaksanakan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS). Sejak tahun 2018 hingga Desember 2024, PT GAG telah merehabilitasi 666,6 hektare DAS, dengan 231,1 hektare tanaman berhasil tumbuh, serta 150 hektare lainnya dalam proses penilaian. Ketiga, pihak Arya juga melakukan konservasi terumbu karang. Program transplantasi terumbu karang seluas kurang lebih 1.000 m² dilaksanakan di kawasan pesisir Raja Ampat, dengan monitoring triwulanan oleh tim internal dan pengawasan tahunan bersama Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, sebagai wujud sinergi antara industri dan akademik. Terakhir, PT GAG juga secara rutin melakukan pemantauan Kualitas Lingkungan: Data tahun 2024 menunjukkan bahwa kadar SO₂, NO₂, PM₁₀, dan PM₂.₅ di titik dermaga, tambang, dan lokasi pit tetap berada jauh di bawah ambang batas. Air limbah tambang memiliki pH yang stabil (7-8), TSS hanya 5-27 mg/L (baku mutu: 200 mg/L), dan kadar Chromium VI tercatat 0,03-0,07 mg/L (batas: 0,1 mg/L). Tingkat kebisingan di seluruh titik pemantauan tidak melebihi 70 dBA.