Daniel (23), seorang mantan tenaga honorer di sebuah instansi Pemerintah Kabupaten di Maluku Utara, mengambil keputusan penting: menolak tawaran menjadi ASN dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) paruh waktu. Langkah berani ini membawanya merantau ke Jakarta, dengan harapan meraih peluang karier yang lebih menjanjikan.
Menurut penuturannya, Daniel adalah lulusan SI Teknik Sipil dari Universitas Pattimura, Ambon. Tak berselang lama setelah menyelesaikan studinya, kabar baik datang dari seorang kerabat. Dinas PUPR di salah satu instansi Pemkab Maluku Utara membuka lowongan pekerjaan.
Tanpa ragu, ia segera mengajukan lamaran sebagai tenaga honorer, meski saat itu pengalamannya masih minim. Untungnya, karena kurangnya pelamar dan kebutuhan mendesak, Daniel mendapatkan kesempatan emas untuk bekerja di instansi pemerintahan tersebut.
"Awalnya, prosesnya sama seperti pelamar lain, memasukkan CV dan mengikuti serangkaian pertanyaan dari bagian Kasubag Kepegawaian. Jujur saja, pengetahuan saya saat itu masih sangat terbatas. Namun, karena posisi tersebut sangat dibutuhkan dan masih kosong, saya diterima dengan perjanjian bahwa dalam satu atau tiga bulan, saya harus sudah bisa bekerja mandiri," ungkap Daniel kepada detikcom di Job Fair GOR Tanjung Duren, Selasa (3/6/2025).
Ternyata, Daniel mampu memenuhi ekspektasi yang diberikan. Ia berhasil bertahan sebagai tenaga honorer selama kurang lebih 1 tahun 10 bulan. Namun, perubahan kebijakan pemerintah menghapus status tenaga kerja honorer di semua instansi pemerintah mengubah segalanya.
"Saya bertugas di bidang Bina Marga, menangani jalan dan jembatan. Selain itu, saya juga merangkap sebagai staf Tata Ruang di bagian Pemetaan. Jadi, bisa dibilang saya memegang dua bidang sekaligus di sana," jelasnya.
Seperti halnya tenaga honorer lainnya, Daniel turut serta dalam seleksi PPPK dengan harapan dapat diangkat menjadi ASN. Sayangnya, keberuntungan belum berpihak padanya. Ia hanya memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai PPPK Paruh Waktu jika ingin terus bekerja di instansi pemerintahan.
Namun, Daniel enggan menyandang status PPPK paruh waktu. Dengan bekal pengalaman kerja yang cukup di pemerintahan, ia memutuskan untuk mencari tantangan baru di perusahaan swasta.
"Saya ikut seleksi PPPK, tapi memang belum rezekinya. Kalau menjadi PPPK, statusnya Paruh Waktu. Karena itu, saya memutuskan untuk berhenti dan mencari pengalaman di perusahaan. Sebenarnya, saya juga sudah cukup lama bekerja di instansi pemerintah," paparnya.
Demi memperluas wawasan dan pengalamannya, Daniel memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan tinggal bersama saudaranya di kawasan Cengkareng. Selama sebulan berada di ibu kota, ia mengaku telah mengirimkan lamaran ke ratusan perusahaan secara daring.
Selain itu, ia juga sempat mengunjungi Job Fair yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan pada Kamis-Jumat (22-23/5) lalu. Terakhir, pada hari ini, dengan menggunakan motor pinjaman dari saudaranya, Daniel mendatangi Job Fair di GOR Kebon Jeruk sekitar pukul 10.00 WIB pagi dan melanjutkan perburuannya ke Job Fair di GOR Tanjung Duren sekitar pukul 13.30 WIB.
"Saya hanya ingin mencoba dunia yang lebih luas. Di Kabupaten, apalagi di Maluku Utara, kondisinya masih sangat terpencil dan jauh dari pusat provinsi. Setelah dua tahun merasa cukup dengan pengalaman yang ada, saya memutuskan untuk hijrah ke Jakarta," pungkasnya.