Meskipun menyatakan telah menuntaskan tugasnya di Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) AS, tampaknya Elon Musk memiliki strategi untuk tetap mempertahankan pengaruhnya. Berdasarkan laporan eksklusif Liputanku, CEO SpaceX ini disinyalir memberikan kemampuan akses data pemerintahan yang sensitif kepada Grok, chatbot AI buatannya.
Dilansir dari New Republic, seorang sumber yang mengetahui permasalahan ini mengungkapkan kepada Liputanku bahwa DOGE telah mulai mengimplementasikan versi khusus dari Grok. Perlu diketahui, Grok merupakan chatbot AI generatif yang dikembangkan oleh xAI, perusahaan yang dimiliki oleh salah satu individu terkaya di dunia.
“Mereka mengajukan berbagai pertanyaan, memanfaatkannya untuk menyusun laporan, serta menyediakan analisis data,” ungkap sumber tersebut kepada Liputanku.
Grok diklaim mampu menelusuri informasi dalam volume besar secara lebih efisien, khususnya dalam upaya organisasi untuk mengidentifikasi potensi pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan. Tidak berhenti di situ, dua sumber lainnya menginformasikan bahwa DOGE bahkan telah mendorong para pejabat di Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk menggunakan Grok, kendati Grok belum mendapatkan persetujuan resmi untuk digunakan di sana.
Pemanfaatan Grok di lingkungan pemerintah federal memunculkan kekhawatiran serius terkait potensi konflik kepentingan yang melibatkan Musk dalam berbagai proyek dan bisnisnya yang bersinggungan dengan urusan pemerintahan. Hal ini didasari oleh fakta bahwa pemerintah harus membayar biaya akses untuk menggunakan chatbot AI tersebut, demikian menurut sumber yang sama.
“Situasi ini menciptakan kesan bahwa DOGE menekan lembaga-lembaga untuk mengadopsi perangkat lunak yang justru menguntungkan Musk dan xAI, alih-alih memberikan manfaat bagi masyarakat Amerika,” tegas Richard Painter, mantan penasihat etika Presiden Republik George W. Bush yang juga merupakan seorang profesor di University of Minnesota. Sebagai informasi tambahan, Musk sebelumnya dituduh memanfaatkan Departemen Luar Negeri untuk mempromosikan Starlink di berbagai negara asing, serta Departemen Perdagangan untuk mendukung Tesla.
Sementara itu, seorang juru bicara Keamanan Dalam Negeri menyatakan bahwa DOGE tidak pernah menganjurkan karyawannya untuk menggunakan alat atau produk tertentu. Laporan mengenai penggunaan Grok di pemerintah federal juga menimbulkan kekhawatiran lain, khususnya terkait kepatuhan DOGE terhadap undang-undang privasi serta penanganan data sensitif. Lebih lanjut, situs web xAi menyatakan bahwa mereka berpotensi memantau pengguna Grok untuk ‘tujuan bisnis tertentu’.
Sebelumnya, tersiar kabar bahwa Elon Musk tidak lagi bekerja secara rutin di Gedung Putih. Tokoh penting di Tesla tersebut sempat memimpin DOGE di sebuah bangunan yang berlokasi tidak jauh dari Oval Office, kantor Presiden Donald Trump. Namun, saat ini, ia tidak lagi bekerja secara langsung atau secara fisik di sana.