Haji 2025: Jemaah Indonesia Serentak ke Arafah 4 Juni

Admin

07/06/2025

4
Min Read

On This Post

MasterV, Jeddah – Persiapan intensif terus dilakukan menjelang pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) telah menyusun jadwal keberangkatan seluruh jemaah haji Indonesia menuju Arafah secara serentak pada 8 Dzulhijjah 1446 H, bertepatan dengan hari Rabu, 4 Juni 2025.

Menurut Kepala Satuan Operasi (Kasatops) Armuzna, Harun Arrasyid, pergerakan jemaah tidak akan dilakukan secara bersamaan, melainkan secara bertahap. Jadwal keberangkatan akan dibagi menjadi tiga termin yang berbeda.

"Pergerakan seluruh jemaah akan dikoordinasikan berdasarkan syarikah masing-masing. Keberangkatan dari Makkah menuju Arafah akan dibagi menjadi tiga gelombang, dimulai dari pukul 06.00 hingga 11.00, kemudian dilanjutkan pukul 11.00 hingga 16.00, dan termin terakhir pukul 16.00 hingga pukul 23.00 WAS," jelas Harun dalam program Liputan6 Update, pada hari Rabu, 28 Mei 2025.

Mengingat pergerakan jemaah didasarkan pada syarikah, jemaah haji yang sebelumnya berpindah hotel tanpa koordinasi dengan petugas haji diimbau untuk segera kembali ke hotel asal. Surat edaran Nomor 101/PPIH-AS/5/2025 mengenai Persiapan Pelaksanaan Puncak Ibadah Haji Armuzna, yang diterbitkan pada tanggal 26 Mei 2025, menetapkan batas waktu kembali ke hotel asal adalah hari Sabtu, 31 Mei 2025, pukul 18.00 WAS.

Jemaah haji yang tidak mematuhi aturan ini akan menghadapi konsekuensi yang tidak diinginkan. "Ada risiko pergerakan menuju Armuzna tidak dapat dilayani karena data tidak sesuai dengan data syarikah dan markaz," demikian bunyi pengumuman resmi tersebut.

Pada tahun ini, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan delapan syarikah untuk memberikan pelayanan kepada jemaah haji selama berada di Armuzna, yang juga dikenal sebagai layanan Masyair dan termasuk dalam komponen biaya haji. Setiap syarikah dan markaz akan melayani setiap jemaah haji berdasarkan data yang mereka miliki.

Kedelapan syarikah tersebut adalah Al-Bait Guest yang melayani 35.977 jemaah, Rakeen Mashariq (35.090), Sana Mashariq (32.570), Rehlat & Manafea (34.802), Alrifadah (20.317), Rawaf Mina (17.636), MCDC (15.645), dan Rifad (11.283). Dengan keterlibatan delapan syarikah, pengelolaan pergerakan jemaah haji tahun ini menjadi tantangan tersendiri.

Salah satu tantangannya adalah posisi tenda markaz yang tidak berurutan. Harun menjelaskan bahwa perbedaan ini dapat menyebabkan jarak antar tenda menjadi tidak berdekatan.

"Kami dari satuan operasi telah melakukan mitigasi dengan membentuk sektor-sektor adhoc untuk memudahkan pemantauan jemaah di tenda-tenda tersebut. Inilah yang sedang kami rencanakan bersama satuan operasi di sini," tambahnya.

Selain masalah posisi tenda yang berjauhan, durasi mabit di Mina juga cukup lama, yaitu tiga hari empat malam. Oleh karena itu, PPIH telah menyiapkan pos-pos pantau untuk memantau jemaah yang melaksanakan jamarat di lantai 3 dan jalur kembali ke tenda.

"Kami akan mendirikan pos-pos, baik di sekitar wilayah Mina, maupun di sekitar area Jamarat lantai atas," lanjutnya.

Sebelumnya, Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Muchlis M Hanafi, menyampaikan sembilan imbauan penting dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi kepada seluruh petugas dan jemaah haji Indonesia menjelang puncak ibadah haji di Armuzna. Salah satu imbauan tersebut adalah larangan bagi jemaah haji untuk keluar dari tenda selama melaksanakan wukuf di Arafah maupun mabit di Mina.

Larangan tersebut berlaku mulai pukul 10.00 hingga pukul 16.00 WAS, mengingat suhu udara diperkirakan dapat mencapai 50 derajat Celcius. "Imbauan ini dikeluarkan demi menjaga keselamatan dan kesehatan seluruh jemaah haji," ujarnya dalam konferensi pers di Makkah, pada hari Rabu, 28 Mei 2025.

Pihak berwenang Arab Saudi juga mengimbau agar jemaah haji Indonesia mengikuti jadwal pergerakan resmi yang telah ditetapkan oleh syarikah masing-masing. "Oleh karena itu, dilarang melakukan pergerakan sendiri-sendiri yang tidak sesuai dengan penempatan yang telah diatur," tambahnya.

Pengaturan yang ketat juga diberlakukan saat pelaksanaan lontar jumrah. Pelaksanaannya, menurut Muchlis, harus sesuai dengan jadwal resmi yang ditetapkan oleh syarikah dan markaz, serta diketahui oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. "Jadi, dilarang keras melakukan pelontaran jumrah secara bebas dan individual," tegasnya.

Pihak berwenang Arab Saudi mengingatkan akan potensi suhu ekstrem selama pelaksanaan puncak haji, yang diperkirakan dapat mencapai 50 derajat Celcius. Kondisi suhu ekstrem ini dapat berdampak negatif pada kondisi fisik jemaah haji, terutama bagi jemaah lansia, penderita penyakit kronis, serta mereka yang melakukan aktivitas fisik berat selama menjalankan ibadah. Heat stroke menjadi ancaman yang patut diwaspadai.

"Heat stroke adalah kondisi medis serius yang dapat berakibat fatal jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat," jelas Taruna Ikrar, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang juga merupakan salah satu anggota tim Amirul Hajj pada musim haji 2025, dalam rilis yang diterima Liputanku.

Ditemui usai rapat koordinasi Amirul Hajj di Jeddah, pada hari Jumat (30/5/2025), beliau membagikan beberapa tips untuk mengatasi heat stroke, salah satunya adalah dengan memperbanyak minum air putih, air mineral, atau air zam zam. "Dengan banyak minum, pelebaran pembuluh darah akan diikuti dengan peningkatan volume darah. Penambahan volume air ini akan menciptakan keseimbangan dalam tubuh, sehingga dapat mencegah terjadinya heat stroke," ungkapnya.

Selain itu, jika merasa pusing, jemaah haji disarankan untuk beristirahat di tempat teduh, seperti di bawah pohon atau di dalam gedung, guna mengurangi paparan panas. Bagi jemaah yang memiliki riwayat heat stroke, sebaiknya melaksanakan umrah atau aktivitas lainnya pada malam hari, karena suhu udara cenderung lebih rendah.