Jemaah Haji Jalan Kaki Muzdalifah-Mina: Ini Kata Kemenag

Admin

18/06/2025

3
Min Read

On This Post

Sejumlah jemaah haji dari berbagai belahan dunia, termasuk dari Indonesia, memutuskan untuk berjalan kaki dari Muzdalifah menuju Mina, sebuah rute yang membentang sekitar 4 kilometer. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama (Kemenag), Hilman Latief, memberikan penjelasan mengenai kejadian ini.

"Kala itu, dari malam hingga menjelang subuh, kelancaran pergerakan jemaah sangat bergantung pada situasi lalu lintas yang sangat padat. Hal ini disebabkan oleh antrean ribuan bus yang menuju Mina, serta banyaknya jemaah yang memilih berjalan kaki. Akibatnya, pergerakan menjadi lebih lambat," jelas Hilman di Makkah, Sabtu (7/6/2025).

Sebagai informasi tambahan, jemaah haji Indonesia telah melaksanakan mabit di Muzdalifah sejak Kamis (5/6). Kedatangan jemaah haji di Muzdalifah dimulai setelah menunaikan ibadah salat magrib.

Namun, tidak semua jemaah haji Indonesia melaksanakan mabit di Muzdalifah. Sebagian jemaah, khususnya lansia, penyandang disabilitas, serta pendamping mereka, mengikuti skema murur. Skema ini memungkinkan mereka untuk mabit dengan hanya melintas di Muzdalifah tanpa turun ke area mabit. Jemaah yang mengikuti murur telah tiba lebih awal di Mina.

Proses penjemputan jemaah yang mabit di Muzdalifah dimulai sejak pukul 22.30 Waktu Arab Saudi. Pergerakan terus berlangsung hingga keesokan harinya.

Akan tetapi, perjalanan bus mengalami kendala pada Jumat (6/6) pagi. Terlihat antrean panjang bus di jalur yang mengarah ke Mina, yang menyebabkan terhambatnya proses penjemputan.

Pihak syarikah bersama Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) kemudian berupaya mengangkut jemaah, terutama lansia, menggunakan bus melalui jalur alternatif. Sementara itu, jemaah lain yang merasa lebih kuat memutuskan untuk berjalan kaki menuju Mina sebelum matahari bersinar terlalu terik.

Jemaah kemudian berjalan kaki sejauh kurang lebih 4 kilometer hingga mencapai perbatasan Mina. Petugas haji terlihat mendampingi jemaah selama perjalanan menuju Mina. Petugas juga memberikan arahan kepada jemaah yang berjalan kaki agar tidak tersesat dan dapat melewati jalur terdekat menuju Mina.

Kembali kepada Hilman, ia menyampaikan bahwa kepadatan lalu lintas selama puncak haji menyebabkan bus membutuhkan waktu lebih lama untuk tiba dan menjemput jemaah. Ia menambahkan bahwa petugas telah berupaya mengimbau jemaah untuk tetap menunggu bus menuju Mina.

"Pada waktu-waktu tertentu, terkonfirmasi bahwa setelah sebagian jemaah diangkut oleh bus ke Mina, proses kembali bus ke Muzdalifah untuk menjemput jemaah lain berjalan cukup lambat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan jemaah yang masih menunggu jemputan," jelasnya.

Akhirnya, jemaah berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina dengan didampingi oleh petugas haji agar jemaah RI tidak tersesat. Selain jemaah Indonesia, jemaah haji dari Tiongkok hingga beberapa negara di Afrika juga melakukan hal yang sama, berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina.

"Sesuai jadwal, proses evakuasi dari Muzdalifah menuju Mina seharusnya selesai pada pukul 9 pagi. Namun, karena kondisi di lapangan, proses baru selesai pada pukul 09.40, atau terlambat sekitar 40 menit. Alhamdulillah, setelah itu tidak ada lagi jemaah yang tertinggal di Muzdalifah," tuturnya.

Setelah seluruh jemaah tiba di Mina, Kemenag bersama syarikah fokus untuk menempatkan jemaah di tenda yang sesuai. Sementara itu, sebagian jemaah yang telah tiba lebih dulu di Mina melanjutkan proses ibadah dengan melaksanakan lempar jumrah.

Hilman menyampaikan rasa terima kasih kepada otoritas Arab Saudi yang telah memberikan pendampingan langsung dalam pelayanan jemaah. Beliau juga menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh para jemaah haji.

"Atas nama penanggung jawab Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia di Tanah Suci Makkah, kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh jemaah haji Indonesia selama proses pergerakan tersebut," pungkasnya.