Jemaah Haji Jalan Kaki: DPR Soroti Lemahnya Perencanaan!

Admin

21/06/2025

4
Min Read

On This Post

JAKARTA, MasterV – Dini Rahmania, Anggota Komisi VIII DPR RI, menyayangkan insiden keterlambatan armada bus yang seharusnya mengangkut jemaah haji Indonesia dari Muzdalifah menuju Mina.

Akibatnya, sejumlah jemaah terlantar dan terpaksa menempuh perjalanan dengan berjalan kaki demi melanjutkan rangkaian ibadah haji mereka.

Saat dihubungi oleh MasterV pada Senin (9/6/2025), Dini menyatakan, “Keterlambatan armada bus dari Muzdalifah ke Mina, yang menyebabkan jemaah harus berjalan kaki dalam keadaan lelah dan kondisi yang padat, merupakan indikasi kegagalan dalam perencanaan operasional.”

Menurut pandangan Dini, berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina membawa risiko yang signifikan bagi kesehatan serta keselamatan para jemaah haji.

Apalagi, setibanya di Mina, jemaah masih dihadapkan pada rangkaian kegiatan lontar jumrah.

Dini menambahkan, “Padahal, ini merupakan rukun haji yang sangat krusial, dan risiko keselamatan akan sangat besar jika transportasi tidak tersedia tepat waktu.”

Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, pemberangkatan jemaah haji Indonesia dari Muzdalifah ke Mina mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditentukan.

Dilaporkan bahwa banyak jemaah asal Indonesia yang mengalami keterlantaran tanpa adanya kejelasan mengenai transportasi dan terpaksa berjalan kaki hingga beberapa kilometer dalam kondisi fisik yang tidak prima.

Menurut Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, pemberangkatan awal jemaah haji dari Muzdalifah ke Mina telah sesuai dengan kebijakan Pemerintah Arab Saudi, yaitu dimulai pada pukul 23.35 WAS, 10 Zulhijjah 1446 H.

Dalam rilis yang diterima Liputanku, Hilman Latief menjelaskan di Makkah pada hari Sabtu (7/6/2025), “Realisasi di lapangan menunjukkan bahwa pemberangkatan jemaah haji dari Muzdalifah ke Mina secara umum dimulai tepat waktu. Namun, secara keseluruhan, proses evakuasi berhasil diselesaikan, dan Muzdalifah dinyatakan kosong dari jemaah haji Indonesia pada pukul 09.40 WAS, terlambat 40 menit dari target yang telah ditetapkan.”

Hilman Latief juga menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan evakuasi jemaah dari Muzdalifah ke Mina.

Faktor pertama adalah ketidakkonsistenan jadwal bus akibat beroperasinya ribuan bus dan antrean yang mengular.

Setelah pukul 00.00 WAS, jadwal keberangkatan bus yang telah direncanakan mengalami hambatan di lapangan.

“Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan jemaah,” ungkap Hilman.

Faktor kedua adalah keterlambatan perputaran bus dari Mina ke Muzdalifah selama beberapa jam pada waktu-waktu tertentu akibat padatnya lalu lintas.

Situasi ini sempat menyebabkan ketidaknyamanan bagi jemaah yang kelelahan menunggu jemputan.

Akibatnya, banyak jemaah yang kemudian memilih untuk keluar dari pintu Muzdalifah.

Hilman menjelaskan, “Karena bus yang terlambat datang, sebagian jemaah memutuskan untuk membuka pintu keluar di Muzdalifah dan berjalan kaki menuju Mina. Hal ini memicu pergerakan spontan yang tidak terkendali.”

Faktor ketiga adalah banyaknya jemaah yang berjalan kaki.

Pada Jumat (6/6/2025) pagi, jemaah dari berbagai maktab memutuskan untuk berjalan kaki karena khawatir tidak terjemput hingga siang hari.

Dalam situasi psikologis seperti ini, PPIH Arab Saudi akhirnya mengizinkan sebagian jemaah untuk berjalan kaki, namun tetap mengingatkan agar jemaah lansia dan yang berisiko tinggi tetap menunggu di Muzdalifah.

Hilman menambahkan, “Pergerakan jemaah pejalan kaki berdampak pada kemacetan di jalur utama shuttle bus. PPIH menerima permintaan dari Kemenhaj dan syarikah untuk menenangkan jemaah dan menghentikan arus pejalan kaki, namun upaya tersebut sudah tidak dapat dikendalikan.”

Untuk mengatasi masalah ini, Hilman menyampaikan beberapa langkah yang telah diambil oleh PPIH Arab Saudi.

Pertama, PPIH menjalin koordinasi darurat dengan Kemenhaj Saudi.

Pada pukul 03.12 WAS, PPIH Arab Saudi mengirimkan permintaan resmi melalui pesan WhatsApp kepada Kementerian Haji dan Umrah untuk segera melakukan intervensi dan mempercepat pengiriman bus ke Muzdalifah.

Kedua, PPIH juga meminta bantuan logistik dan perlindungan jemaah kepada otoritas dan mitra Arab Saudi.

Hilman juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Arab Saudi atas dukungan yang telah diberikan, serta permohonan maaf kepada para jemaah.

Hilman menuturkan, “Kami menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Saudi yang sangat responsif dalam memberikan dukungan untuk mengatasi situasi dan dinamika di lapangan.”

"Sebagai penanggung jawab Petugas Penyelenggara Ibadah Haji, kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan oleh para jemaah,” jelasnya.