Haji Probolinggo Wafat di Pesawat, Anaknya Tetap Beribadah

Admin

31/05/2025

4
Min Read

On This Post

MasterV, Jeddah – Kabar duka kembali menyelimuti ibadah haji tahun ini. Seorang jemaah haji asal Indonesia, Sri Umami Kasih (62), menghembuskan napas terakhirnya dalam penerbangan menuju Tanah Suci. Insiden ini terjadi saat pesawat Saudia Airlines yang membawanya melintas di atas Yalamlam pada hari Selasa, 27 Mei 2025, sekitar pukul 06.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

Regita Triani Mardiyah (28), putri bungsu almarhumah, menjadi saksi pilu kepergian ibundanya. Jemaah haji asal Probolinggo, Jawa Timur ini, terbang bersama 380 jemaah lainnya yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) SUB 85.

Awal perjalanan tampak tanpa kendala. Regita menuturkan bahwa kesehatan ibunya baik-baik saja sejak awal penerbangan. Bahkan, menurutnya, Sri Umami tidak memiliki riwayat penyakit apapun, termasuk dari garis keluarga. “"Bahkan, beliau masih sering mengaji di dalam pesawat,"” ungkapnya kepada tim Liputanku yang tergabung dalam tim Media Center Haji 2025, kemarin.

Namun, menjelang pendaratan di Jeddah, Sri Umami mulai mengeluhkan rasa kesemutan pada kakinya. Regita berusaha menenangkan ibunya, menduga bahwa hal tersebut disebabkan oleh kurang lancarnya peredaran darah akibat terlalu lama duduk selama penerbangan lebih dari tujuh jam tersebut.

“"Akhirnya, saya lepas sandalnya dan membantu ibu menggerakkan kakinya. Tapi katanya, sakitnya masih terasa, sampai beliau memijat-mijat kakinya,"” jelas Regita, anak bungsu dari tiga bersaudara tersebut.

Regita kemudian menyarankan ibunya untuk berdiri, berharap dapat memberikan kenyamanan. Setelah berdiri beberapa saat, Sri Umami kembali duduk. Tidak lama kemudian, tubuhnya tiba-tiba tersungkur.

Saat itu, Regita tidak menaruh curiga. “"Saya pikir ada barang yang jatuh dan hendak diambil,"” ujarnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, kecurigaan mulai muncul karena posisi ibunya tidak berubah. Ia sempat mendengar ibunya mendengkur. Panik, Regita mengangkat tubuh ibunya dan segera memanggil dokter kloter untuk meminta pertolongan.

“"Sebenarnya, ibu masih sempat sadar saat pertama kali ditangani oleh dokter. Sempat dibaringkan, kemudian dokter berencana memindahkannya ke kursi di depan agar lebih mudah memantau kondisinya,"” terangnya.

Regita menambahkan bahwa ibunya sempat berjalan sendiri menuju kursi depan. “"Tapi belum sampai, beliau pingsan dan di situ, kondisi saturasi dan denyut nadinya naik turun,"” imbuhnya.

Tim medis berusaha keras untuk menstabilkan kondisi Sri Umami, namun sayangnya, upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Ibunda Regita akhirnya wafat, meninggalkan dirinya seorang diri untuk melanjutkan perjalanan ke Tanah Suci.

“"Saya hanya bisa menangis dan berdoa, semoga ibu saya wafat dan dimakamkan di tempat yang terbaik,"” tutur Regita dengan nada pilu.

Jenazah Sri Umami kemudian disemayamkan di Rumah Sakit King Fahd, Jeddah. Kepala Daerah Kerja (Daker) Bandara, Abdul Basir, mengonfirmasi kabar duka ini. Berdasarkan informasi dari pihak syarikah yang mengurus pemakaman, jenazah Sri Umami dimakamkan di pemakaman Dzahban, Jeddah.

“"Dimakamkan kemarin, 29 Dzulqaidah, di pemakaman Dzahban Jeddah,"” ujarnya melalui pesan singkat, Rabu (28/5/2025).

Dengan kepergian ibundanya, kini Regita menjadi seorang yatim piatu. Ayahnya, Syafiudin, telah lebih dulu berpulang pada tahun 2022. Keberangkatannya ke Makkah sebenarnya bertujuan untuk mendampingi ibunya, yang telah mendaftar haji sejak tahun 2012 setelah ditinggal oleh sang suami.

“"Rupanya, takdir berkata lain. Ibu saya menyusul ayah, meskipun wafat di tanah suci. Saya sangat sedih, namun juga bahagia karena ibu bisa dimakamkan di sini (Saudi Arabia),"” ungkapnya dengan perasaan campur aduk.

Meskipun diliputi kesedihan mendalam, Regita tetap tegar. “"Saya tetap melanjutkan ibadah haji ini, sambil saya *ba’dalkan* umroh untuk almarhum ayah dan almarhumah ibu,"” tambahnya.

Kepada keluarga dan kerabatnya di manapun berada, Regita menyampaikan pesan, “"Tolong sampaikan permohonan maaf dari ibu saya kepada semua kerabat yang mengenalnya. Dan mohon doanya juga agar ibu ditempatkan di sisi Allah yang terbaik."”

Kematian Sri Umami menjadi kasus keempat jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia di pesawat atau kawasan bandara selama musim haji 2025. Sementara itu, data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) per 28 Mei 2025, pukul 15.30 WAS, mencatat jumlah jemaah haji yang wafat sebanyak 77 orang, meskipun nama Sri Umami belum tercantum dalam daftar tersebut.

Sebelumnya, Abdul Basir menjelaskan bahwa setiap jemaah haji dan umrah asing, termasuk dari Indonesia, akan dimakamkan di Arab Saudi. Keluarga tidak diperkenankan untuk meminta jenazah dipulangkan ke negara asal.

“"Pemakaman di Jeddah akan ditentukan oleh otoritas Kota Jeddah. Mereka yang akan memutuskan di mana jenazah jemaah haji akan dimakamkan. Tidak harus di satu tempat,"” jelas Abdul Basir.

Biasanya, lanjutnya, jemaah haji yang meninggal dunia akan dimakamkan di rumah sakit terdekat tempat mereka dirawat saat sakit atau meninggal dunia. Setiap jemaah haji yang wafat dipastikan akan memperoleh hak-haknya.

“"Untuk klaim asuransi jiwa akan diproses oleh Kementerian Agama setelah proses hajinya selesai. Semua jemaah yang meninggal dunia akan mendapatkan hak-haknya, baik itu berupa bantuan dari petugas haji maupun asuransi,"” pungkasnya.