Semangat Haji Sumenep: Jalan Kaki Muzdalifah-Masjidil Haram

Admin

20/06/2025

3
Min Read

On This Post

Sejumlah jemaah haji dari Jawa Timur, dengan penuh semangat, memilih menempuh perjalanan kaki dari Muzdalifah menuju Masjidil Haram, yang jaraknya mencapai kurang lebih 16 kilometer, tepat pada puncak ibadah haji. Alasan mereka? Sebuah niat tulus untuk mengenang kembali perjalanan haji di era Nabi Muhammad SAW.

Masudi (34), salah seorang jemaah yang turut berjalan kaki dari Muzdalifah ke Masjidil Haram, mengungkapkan bahwa dirinya tidak sendiri. Ia bersama tujuh jemaah lainnya yang berasal dari Sumenep. Meskipun petugas haji telah menawarkan fasilitas bus, mereka dengan mantap memilih berjalan kaki dari Muzdalifah sejak Jumat (6/6) pukul 03.00 waktu Arab Saudi.

“Alhamdulillah, semua telah terlaksana dengan baik. Waktu wukuf berjalan lancar. Kami diantar bus ke Muzdalifah. Dari Muzdalifah, saya terus berjalan kaki menuju Jamarat dan kemudian ke Haram untuk melaksanakan tawaf ifadah serta sai,” tutur Masudi di Makkah, Minggu (8/6/2025), dengan nada syukur.

Setelah menyelesaikan rangkaian ibadah tersebut, Masudi dan rombongannya kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak. Setelah dirasa cukup, mereka melanjutkan perjalanan dengan taksi menuju terowongan yang mengarah ke kawasan Mina.

Di sana, Masudi kembali harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 4,5 kilometer dari terowongan menuju tenda mabit. Tidak ada taksi yang diizinkan memasuki area Mina selama puncak haji, sehingga berjalan kaki menjadi satu-satunya pilihan.

Sungguh luar biasa, tidak ada satupun dari mereka yang mengeluhkan rasa lelah selama perjalanan tersebut. Masudi menegaskan bahwa niat untuk berjalan kaki dari Muzdalifah ke Masjidil Haram sudah tertanam kuat sejak mereka masih berada di Sumenep.

“Alhamdulillah, kami masih diberikan kesehatan dan kesegaran,” ujarnya dengan penuh rasa syukur.

Masudi meyakini bahwa kekuatan untuk berjalan kaki ini datang dari pertolongan Allah SWT. Bahkan, salah seorang anggota rombongannya sempat mengalami sakit menjelang keberangkatan ke Arab Saudi. Namun, sungguh ajaib, anggota tersebut justru merasa segar dan kuat untuk berjalan jauh selama puncak haji.

“Sungguh luar biasa, saya merasa kagum. Saya yang masih muda saja merasakan ini. Saya awalnya khawatir karena rekan saya ini (menunjuk rekannya) sakit sebelum berangkat. Sampai di sini, sekitar 5 hari kondisinya kurang sehat. Tapi, saat pelaksanaan ibadah haji, dia justru sangat sehat,” ungkapnya dengan nada takjub.

Nafi (43), jemaah asal Sumenep lainnya yang turut berjalan kaki, menambahkan bahwa rekan mereka yang sempat sakit tersebut sebenarnya telah disarankan untuk naik bus. Namun, dengan tekad yang kuat, ia tetap memilih untuk ikut berjalan kaki.

“Kami bertanya, ‘Mau jalan kaki atau menunggu bus?’ Dia menjawab, ‘Saya ikut jalan kaki saja dari Muzdalifah,'” kenang Nafi.

Nafi menuturkan bahwa pengalaman tersebut menjadikan perjalanan hajinya terasa begitu istimewa. Menurutnya, berjalan kaki dari Muzdalifah ke Masjidil Haram juga membangkitkan bayangan tentang perjalanan haji di era Nabi Muhammad SAW ribuan tahun silam.

“Dahulu, Rasulullah tidak seperti sekarang, kan? Sekarang jalan sudah bagus dan lurus. Rasulullah dahulu harus naik gunung, turun gunung. Beliau tidak merasa lelah. Ya, sudah, saya ikut saja. Alhamdulillah, semuanya semangat dan sehat,” paparnya.

Sebagai tambahan informasi, Muzdalifah dan Mina merupakan wilayah gurun pasir yang dikelilingi oleh sejumlah gunung dan bukit berbatu. Saat ini, jemaah haji tidak perlu lagi mendaki gunung karena pemerintah Arab Saudi telah membangun terowongan besar sebagai akses menuju kota Makkah, tempat Masjidil Haram berada.

Nafi juga menyampaikan apresiasinya kepada petugas haji yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah. Ia mengungkapkan bahwa seluruh layanan, mulai dari saat tiba di Madinah, Makkah, hingga puncak haji, diberikan dengan sangat baik.

“Hotel, makanan, alhamdulillah semua baik. Pelayanannya juga baik. Alhamdulillah semuanya sabar dan semuanya pengertian,” pungkasnya.