Harga Emas Dunia Turun: Imbas Telepon Trump-Xi?

Admin

16/06/2025

3
Min Read

On This Post

NEW YORK, MasterV – Pada penghujung perdagangan hari Kamis (5/6/2025) waktu setempat, atau Jumat (6/6/2025) pagi hari Waktu Indonesia Barat, harga emas global terpantau mengalami penurunan. Sentimen positif dari meredanya tensi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menjadi faktor penekan harga.

Seperti yang dilansir dari Reuters, harga emas di pasar spot mengalami koreksi sebesar 0,7 persen, menyentuh level 3.351,69 dollar AS per ons. Sementara itu, harga emas berjangka di Comex New York Exchange juga mengalami penurunan serupa, yakni 0,7 persen, hingga mencapai level 3.375,10 dollar AS per ons.

Kesepakatan untuk melanjutkan perundingan lebih lanjut guna mencari solusi atas sengketa perdagangan telah dicapai oleh Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, setelah keduanya melakukan komunikasi melalui sambungan telepon.

Melalui unggahan di media sosial, Trump menyampaikan bahwa pembicaraan yang fokus pada isu perdagangan tersebut menghasilkan kesimpulan yang sangat menjanjikan.

Menurut rangkuman yang dirilis oleh pemerintah Tiongkok, Xi meminta Trump untuk menarik kembali kebijakan-kebijakan perdagangan yang telah diambil dan memperingatkan agar tidak memberikan ancaman terhadap Taiwan.

"Trump kemungkinan akan memberikan penilaian yang positif terhadap percakapan via telepon dengan Presiden Xi, sehingga mampu mengurangi risiko perseteruan antara Tiongkok dan AS. Sebelumnya, perseteruan ini menjadi salah satu faktor yang mendorong permintaan terhadap logam mulia," jelas Daniel Ghali, seorang Ahli Strategi Komoditas dari TD Securities.

Sepanjang tahun ini, emas, yang dikenal sebagai aset lindung nilai atau *safe haven*, telah menunjukkan penguatan sebesar 28 persen di tengah ketidakpastian kondisi politik dan ekonomi global.

Berdasarkan data dari Metals Focus, bank-bank sentral di berbagai belahan dunia diperkirakan akan melakukan pembelian emas sebanyak 1.000 metrik ton pada tahun 2025. Hal ini melanjutkan tren pembelian besar-besaran yang telah berlangsung selama empat tahun berturut-turut, sebagai upaya diversifikasi cadangan dari aset yang didominasi oleh dollar AS.

Di sisi lain, kinerja ekonomi AS juga menunjukkan adanya pelemahan. Data terbaru menunjukkan bahwa klaim pengangguran mingguan di Negeri Paman Sam tersebut mengalami peningkatan selama dua pekan berturut-turut.

Saat ini, para investor tengah menantikan rilis laporan penggajian nonpertanian yang dijadwalkan pada pekan ini. Data ekonomi AS ini akan menjadi acuan penting bagi investor untuk memprediksi arah kebijakan suku bunga bank sentral AS, yaitu Federal Reserve (The Fed), di masa mendatang.

Pada hari Rabu kemarin, Trump kembali menyampaikan seruannya kepada Ketua The Fed, Jerome Powell, untuk segera memangkas suku bunga acuan.

"Saya berpendapat bahwa pelemahan yang terjadi di pasar tenaga kerja AS akan meningkatkan ekspektasi terhadap sikap *dovish* dari The Fed, yang pada gilirannya akan memberikan dampak positif bagi harga emas," ungkap Ricardo Evangelista, seorang Analis Senior dari ActivTrades.

Kebijakan suku bunga yang diterapkan oleh The Fed memang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan harga emas.

Pada saat suku bunga mengalami kenaikan atau berada pada level yang tinggi, emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik bagi para investor, berbeda dengan obligasi dan saham yang secara inheren memberikan imbal hasil.

Sebaliknya, pada saat suku bunga mengalami penurunan atau berada pada level yang rendah, imbal hasil pada instrumen investasi lainnya juga ikut mengalami penurunan, sehingga emas menjadi opsi investasi yang lebih menarik bagi para investor.