Harga Mobil Listrik Bekas Anjlok: Kenapa Bisa Terjadi?

Admin

16/06/2025

3
Min Read

Duh! Harga Mobil Listrik Bekas Anjlok

Harga mobil listrik bekas sedang mengalami penurunan yang signifikan di pasar. Fenomena ini mengindikasikan bahwa mobil-mobil ramah lingkungan tersebut memiliki nilai jual kembali yang kurang menguntungkan dibandingkan mobil konvensional atau ICE (internal combustion engine). Hal ini tentu menjadi perhatian bagi calon pembeli.

Sebagai gambaran, di platform jual beli mobil bekas, OLX, sebuah Hyundai Ioniq 5 keluaran 2023 tipe Signature Long Range ditawarkan dengan harga awal Rp 460 juta. Padahal, harga Ioniq 5 dengan tipe yang serupa dalam kondisi baru mencapai Rp 844,6 juta. Ini berarti, dalam kurun waktu 2,5 tahun penggunaan, harga mobil ini telah mengalami depresiasi hingga 55%. Sungguh penurunan yang cukup besar!

Masih dari situs yang sama, terdapat penawaran untuk mobil listrik Kia EV6 GT Line lansiran 2023 dengan harga pembuka Rp 775 juta. Perlu diketahui, harga baru mobil listrik asal Korea Selatan ini mencapai Rp 1,349 miliar. Dengan demikian, dalam dua setengah tahun, harga mobil tersebut merosot hingga 57,5%. Angka ini menunjukkan betapa cepatnya nilai mobil listrik dapat berkurang.

Contoh lainnya adalah mobil listrik Wuling Air ev tahun 2023 varian Long Range yang ditawarkan oleh penjual dengan harga pembuka Rp 155 juta. Padahal, saat pertama kali diperkenalkan pada tahun 2023, versi ini dijual seharga Rp 299,5 juta. Artinya, dalam waktu dua tahun lebih, terjadi depresiasi harga hingga 51,75%. Penurunan yang cukup mencolok bukan?

Jika dibandingkan dengan mobil konvensional, penurunan harga mobil listrik bekas ini terbilang cukup drastis. Mobil berbahan bakar bensin atau diesel umumnya mengalami depresiasi harga antara 15-25% pada tahun pertama. Kemudian, di tahun-tahun berikutnya, penurunannya berkisar antara 10-15%. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, faktor apa yang menyebabkan harga mobil listrik bekas ini anjlok?

Pakar Otomotif dan Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, berpendapat bahwa penyebab utama dan paling mendasar dari anjloknya nilai jual kembali mobil listrik adalah risiko yang melekat pada baterai dan perkembangan teknologi baterai yang sangat pesat.

“Baterai merupakan komponen termahal, menyumbang 30-40% dari total harga kendaraan baru, dan sekaligus menjadi sumber kekhawatiran terbesar bagi calon pembeli mobil bekas,” ujar Yannes kepada detikOto, Jumat (6/6/2025). Pernyataan ini menggarisbawahi betapa pentingnya kondisi baterai dalam menentukan nilai mobil listrik bekas.

Yannes melanjutkan penjelasannya bahwa kekhawatiran ini berakar pada degradasi kapasitas baterai yang tidak dapat dihindari seiring dengan waktu pemakaian. Menurut Yannes, setelah sekitar 3.000 kali siklus pengisian daya atau mendekati 7-8 tahun, baterai akan kehilangan garansi pabrik. Degradasi ini tentu mempengaruhi performa dan nilai jual mobil.

“Kemudian, risiko biaya penggantian baterai sangat tinggi, bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah, yang seringkali melebihi nilai mobil bekas itu sendiri,” ungkap Yannes. Faktor inilah yang menyebabkan harga mobil listrik bekas terjun bebas. Biaya penggantian baterai yang mahal menjadi momok bagi calon pembeli.

Video: Mobil Listrik Polytron G3 dan G3+ Resmi Diluncurkan, Begini Tampangnya

Video: Mobil Listrik Polytron G3 dan G3+ Resmi Diluncurkan, Begini Tampangnya