MasterV, Jakarta – Wakil Menteri Sosial, Bapak Agus Jabo Priyono, dengan tegas menyatakan bahwa Pancasila, sebagai panduan cita-cita dan tujuan luhur bangsa, mengamanatkan tercapainya kemakmuran yang merata, keadilan yang sejati, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Beliau menekankan, tidak boleh ada satu pun elemen bangsa yang terpinggirkan dalam gerak pembangunan yang berkelanjutan.
MasterV, Jakarta – Wakil Menteri Sosial, Bapak Agus Jabo Priyono, menegaskan kembali bahwa Pancasila, sebagai visi dan misi bangsa, mengamanatkan pencapaian kemakmuran, keadilan sosial, dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Beliau menekankan, tidak seorang pun warga negara boleh tertinggal dalam proses pembangunan.
“Kita memiliki tanggung jawab yang besar, yaitu menurunkan angka kemiskinan, mengatasi ketimpangan sosial, dan menyediakan jaring pengaman sosial yang kokoh serta memberikan manfaat nyata,” ungkap beliau dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila yang diselenggarakan di kantor Kementerian Sosial, Jakarta, pada hari Senin, 2 Mei 2025.
Agus Jabo mengutarakan bahwa amanah tersebut harus ditunaikan melalui tindakan nyata dan kerja keras, bukan sekadar retorika. Menurut pandangannya, pencapaian tujuan mulia ini hanya mungkin terwujud melalui kolaborasi erat dan keberpihakan yang tulus, melampaui sekadar koordinasi administratif dan regulasi formal.
“Mari kita jadikan momentum peringatan Hari Lahir Pancasila ini sebagai pemicu untuk tidak hanya mengenang, tetapi juga untuk bergerak lebih cepat dan menjangkau lebih luas,” seru beliau dengan penuh semangat.
Agus Jabo juga menyampaikan bahwa Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945, tumbuh dari rahim perdebatan konstruktif, pengalaman penderitaan, dan kecintaan mendalam kepada tanah air Indonesia. Beliau berpendapat, Pancasila hadir di saat mayoritas rakyat masih berjuang dalam keterbatasan dan kemiskinan menjadi bagian dari sistem yang menindas.
“Pancasila hadir sebagai solusi yang arif dan bijaksana,” imbuhnya.
Agus Jabo menjelaskan lebih lanjut bahwa Pancasila tidak hanya berfungsi mempersatukan perbedaan yang ada, tetapi juga menjanjikan terwujudnya keadilan sosial yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun demikian, ironisnya, kemiskinan masih menjadi tantangan nyata bahkan setelah 79 tahun kemerdekaan.
“Keterbatasan masih menjadi realita yang dihadapi sebagian saudara kita; di sinilah peran Kemensos menjadi sangat krusial,” jelasnya.
Agus Jabo menekankan bahwa Kemensos bukan sekadar pelengkap dalam sistem administrasi pemerintahan, melainkan garda terdepan dalam perjuangan kemanusiaan. Ia juga menyampaikan bahwa melalui pemanfaatan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), penyaluran bantuan sosial akan menjadi lebih tepat sasaran dan berkeadilan.
“Program prioritas Sekolah Rakyat juga akan berperan penting dalam memutus rantai kemiskinan antargenerasi,” tegasnya.
“Kemensos hadir melalui sekolah-sekolah yang memberikan secercah harapan baru bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem yang selama ini hanya bisa memandang sekolah dari kejauhan,” terang Agus Jabo.
Beliau menambahkan bahwa anak-anak dari keluarga kurang mampu kini memiliki kesempatan untuk tinggal di asrama dan mendapatkan pendidikan yang layak di Sekolah Rakyat, sehingga mereka dapat meraih cita-cita masa depan.
“Kami ingin menyampaikan apresiasi dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada seluruh ASN dan pegawai Kemensos yang bekerja tanpa pamrih, namun memberikan kontribusi yang sangat berarti,” ucap Agus Jabo dengan tulus.
Beliau memberikan penghargaan khusus kepada para pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) yang rela menempuh perjalanan berat melalui jalan berlumpur dan jembatan gantung demi memastikan tidak ada keluarga yang terjerumus lebih dalam ke jurang kemiskinan.
Selain itu, Agus Jabo juga memberikan apresiasi kepada Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Karang Taruna, Pelopor Perdamaian (Pordam), dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang dinilai telah memberikan harapan dan rasa diperhatikan kepada masyarakat.
“Mereka semua adalah manifestasi nyata dari nilai-nilai Pancasila, yang bekerja, bergerak, dan memberikan dampak positif secara langsung bagi kehidupan rakyat,” tuturnya.
Dalam momentum peringatan Hari Lahir Pancasila tersebut, Wamensos Agus Jabo juga membacakan sebuah puisi dengan penuh penghayatan dan emosi.
Berikut adalah bait-bait puisi yang dibacakan oleh Agus Jabo:
Pancasila di Tangan yang Bekerja
Pancasila bukan hanya sekadar rangkaian sila, melainkan suara hati dan jiwa yang terpancar dari Sentra Darussa’adah Aceh hingga Balai Kemensos di Papua; ia hidup dalam tekad kebersamaan.
Pancasila bersemayam dalam peluh keringat para petani, nelayan, pemulung, tukang tambal ban, serta calon-calon siswa Sekolah Rakyat.
Kita saksikan Pancasila dalam sentuhan tangan para pendamping sosial yang penuh perhatian.
Kita lihat Pancasila hadir di dapur-dapur Tagana yang memasak harapan dari setiap bantuan yang tiba.
Kita rasakan Pancasila dalam langkah lelah pendamping PKH yang tak pernah menyerah.
Kita juga melihat Pancasila terpancar dari mata seorang ibu yang dengan lirih berucap: “Terima kasih negara telah peduli pada kami.”
Pancasila bukan hanya sekadar lima sila yang tertulis di atas kertas kerja.
Namun, Pancasila adalah lima cahaya yang mampu menembus kegelapan luka.
Ia tumbuh subur dalam rintik hujan Sekolah Rakyat yang tak pernah gentar mengajak anak-anak bangsa menatap masa depan yang lebih gemilang.
Pancasila bukan sekadar simbol semata; ia adalah tangan yang mengusap air mata, jembatan yang menghubungkan luka dengan cita-cita.
Pancasila adalah kita, yang senantiasa menjaga dan menyayangi sesama.
Memastikan tidak ada seorang pun warga negara yang tertinggal, tidak ada kemiskinan yang dibiarkan abadi.