Heat Stroke Mengintai Jemaah Haji Saat Armuzna, Simak Pertolongan Pertama yang Tepat
MasterV, Jakarta – Otoritas Arab Saudi mengingatkan akan potensi cuaca ekstrem saat puncak ibadah haji di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna). Diperkirakan, suhu saat wukuf di Arafah dapat mencapai 50 derajat Celcius, meskipun Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi memperkirakan suhu di Makkah lebih rendah, yakni 40 derajat Celcius, pada hari Kamis, 5 Juni 2025.
Kondisi suhu ekstrem ini dapat memengaruhi kondisi fisik jemaah haji, terutama bagi jemaah lanjut usia, mereka yang memiliki penyakit kronis, serta mereka yang melakukan aktivitas fisik berat selama beribadah. Kondisi yang perlu diwaspadai adalah heat stroke.
"Heat stroke merupakan kondisi medis yang serius dan dapat berakibat fatal jika penanganan tidak segera dilakukan," ungkap Taruna Ikrar, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan yang juga merupakan anggota tim Amirul Hajj pada musim haji 2025, dalam keterangan yang diterima Liputanku.
Ahli neurologi tersebut memberikan sejumlah tips untuk mencegah jemaah haji terkena heat stroke. Beberapa di antaranya adalah:
– Pastikan asupan cairan terpenuhi setiap hari.
– Hindari aktivitas berat di bawah terik matahari, terutama antara pukul 10.00 hingga 15.00 Waktu Arab Saudi (WAS).
– Kenali gejala awal heat stroke, seperti sakit kepala, mual, kulit memerah, detak jantung meningkat, dan kebingungan.
Lantas, apa yang harus dilakukan jika kita menemukan jemaah haji yang mengalami heat stroke?
Pemberian pertolongan pertama yang tepat akan mencegah kondisi pasien menjadi lebih parah. Mengutip dari laman emc.id, dr. Lucrezia Renata, Sp.PD, FINASIM, menjelaskan cara memberikan pertolongan pertama bagi pasien heat stroke, yaitu:
1. Pindahkan penderita ke tempat yang lebih rindang, misalnya di bawah pohon, untuk mengurangi paparan langsung sinar matahari.
2. Berikan kompres atau air dingin ke seluruh tubuh penderita, terutama pada bagian leher, ketiak, serta selangkangan, untuk membantu menurunkan suhu tubuh.
3. Kipas seluruh tubuh penderita.
4. Basahi selimut atau seprai dengan air dingin, lalu gunakan untuk menutupi tubuh penderita.
5. Berikan air putih sebanyak-banyaknya untuk dikonsumsi penderita jika ia sadar, guna menghindari dehidrasi dan kekurangan cairan.
Tim kesehatan haji Indonesia bersama petugas PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) disiagakan di berbagai titik pelayanan untuk memberikan penanganan cepat terhadap kasus heat stroke dan masalah kesehatan lainnya selama musim haji. Taruna menekankan pentingnya sinergi antar petugas dan edukasi berkelanjutan kepada jemaah agar dapat menjalankan ibadah dengan aman dan optimal.
Sebelumnya, Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Muchlis M Hanafi menyampaikan sembilan imbauan penting dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi kepada seluruh petugas dan jemaah haji Indonesia menjelang puncak ibadah haji di Armuzna. Salah satunya adalah larangan keluar tenda bagi jemaah haji selama melaksanakan wukuf di Arafah maupun mabit di Mina.
Larangan tersebut berlaku mulai pukul 10.00 hingga pukul 16.00 WAS karena suhu diperkirakan mencapai 50 derajat Celcius. "Jadi, imbauan ini dikeluarkan demi menjaga keselamatan dan kesehatan seluruh jemaah," ujarnya dalam jumpa pers di Makkah, Rabu, 28 Mei 2025.
Otoritas Arab Saudi juga menghimbau jemaah haji Indonesia untuk mengikuti jadwal pergerakan resmi yang telah ditentukan oleh syarikahnya masing-masing. "Jadi, tidak diperkenankan untuk bergerak sendiri-sendiri yang tidak sesuai dengan penempatannya," tambahnya.
Pengaturan yang ketat juga berlaku saat melontar jumrah. Pelaksanaannya, menurut Muchlis, harus sesuai dengan jadwal resmi yang ditetapkan oleh syarikah dan markaz yang diketahui oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi. "Jadi, dilarang melakukan pelontaran jumrah secara bebas dan individual," tegasnya.
Sementara itu, wukuf di Arafah merupakan rukun ibadah haji yang menentukan sah atau tidaknya ibadah haji seseorang. Bahkan, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa haji itu adalah wukuf. Namun, pelaksanaannya di lapangan memerlukan ilmu yang memadai agar tidak ada rukun dan kewajiban yang dilanggar.
Salah satunya adalah mengenai buang hajat. Terkait hal ini, musytasyar dinny dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Nyai Badriyah Fayumi menyarankan agar setiap jemaah perempuan menggunakan popok atau pembalut selama pelaksanaan wukuf nanti, begitu pula saat mabit di Mina, meskipun sedang tidak haid.
"Guna menjaga kesucian pakaian kita. Jika sewaktu-waktu kita kebelet, antrean panjang, atau jalanan macet, atau bahkan kita tidak bisa turun. Kita pernah mengalami peristiwa Muzdalifah yang seperti itu," jelas Badriyah dalam tayangan YouTube Kementerian Agama, Sabtu, 24 Mei 2025.
"Dengan menggunakan popok atau pembalut, Insya Allah ini akan sedikit membantu," imbuhnya.
Saran mengenakan popok juga didasari oleh jumlah kamar mandi yang tersedia di Arafah dan Mina. Sementara laki-laki bisa buang air kecil di urinoir, perempuan tidak dapat melakukan hal yang sama.