Haji dari Masa ke Masa: Jejak Teknologi dalam Ibadah

Admin

17/06/2025

5
Min Read

Ibadah haji tahun ini diperkirakan akan diramaikan oleh sekitar 2 juta jemaah. Seperti halnya generasi sebelumnya, kunjungan mereka kini semakin terbantu, bahkan pengalamannya ditingkatkan, berkat hadirnya teknologi modern.

Andrea Stanton, seorang Associate Professor Studi Islam dan Afiliasi Fakultas Pusat Studi Timur Tengah di University of Denver, Colorado, Amerika Serikat, mengamati bahwa dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah mengembangkan berbagai aplikasi smartphone yang bertujuan untuk mempermudah pengaturan kelompok jemaah haji dalam beribadah.

Para peziarah memanfaatkan aplikasi-aplikasi tersebut dengan panduan yang membantu mereka menemukan dan beribadah di lokasi-lokasi suci tertentu. Pemerintah Arab Saudi juga meluncurkan kartu pintar bagi jemaah untuk mengakses layanan dan informasi haji, serta melakukan pembayaran non-tunai.

“Seiring dengan perubahan tersebut, Liputanku tentang haji sering menyoroti teknologi yang terlibat, menggambarkannya sebagai fenomena baru yang ‘mengubah’ ibadah haji,” ungkap Stanton dalam tulisannya di The Conversation yang dikutip detikINET.

“Padahal, sebagai sejarawan Timur Tengah dan pakar Islam kontemporer, saya tahu bahwa teknologi telah menjadi bagian penting dari pelaksanaan haji sejak pertengahan 1800-an. Teknologi transportasi dan komunikasi telah lama menjadi fondasi pengelolaan ibadah ziarah ke Tanah Suci oleh pemerintah dan pengalaman spiritual para peziarah,” lanjutnya.

Teknologi perjalanan

Dalam konteks teknologi yang menunjang perjalanan haji, ada masanya ketika kapal uap menjadi andalan dan sangat dipuja. Sejak era 1850-an, teknologi kapal uap memungkinkan lebih banyak umat Muslim untuk melaksanakan ibadah haji, meskipun mereka tinggal jauh dari Makkah.

Menurut Eric Schewe, seorang pakar sejarah Islam dan Timur Tengah, layanan transportasi Eropa memanfaatkan para penumpang jemaah haji untuk menambah pendapatan di luar pengiriman kargo komersial melalui Terusan Suez. Dengan mengangkut dan menurunkan jemaah haji di pelabuhan-pelabuhan Arab di sepanjang rute yang sudah dilalui kapal mereka, para pedagang dapat memperoleh pendapatan tambahan selama musim haji.

“Para peziarah sangat menghargai keamanan, kecepatan, keandalan, dan biaya perjalanan kapal uap yang lebih terjangkau. Hasilnya, mereka dapat melakukan perjalanan ibadah haji lebih cepat dan dengan biaya yang lebih terjangkau dibandingkan periode sebelumnya dalam sejarah. Dari tahun 1880-an hingga 1930-an, jumlah jemaah haji setiap tahun meningkat empat kali lipat,” jelas Stanton.

Jika kapal uap membantu mereka yang bepergian melalui jalur laut, kereta api menunjang jemaah yang datang melalui jalur darat, terutama mereka yang berasal dari Rusia, yang perjalanannya kerap kali mencakup perjalanan dengan kereta api ke Odessa, di Ukraina saat ini, atau pelabuhan Laut Hitam, tempat mereka kemudian menyeberang ke Istanbul dengan kapal uap, selanjutnya ke Makkah.

Teknologi komunikasi

Sebelum kehadiran internet di smartphone, telegraf memainkan peranan penting dalam ibadah haji. Pemerintah Ottoman menggunakan jaringan telegrafnya yang luas untuk memerintah dan sebagai simbol kemerdekaan dari dominasi Eropa. Jaringan telegraf ini mencakup ibu kota di Istanbul, Damaskus, Suriah, hingga ke Makkah. Pada masa itu, para pejabat konsuler Eropa, perusahaan kereta api dan kapal uap, serta bahkan jemaah haji menggunakan sistem telegraf untuk komunikasi terkait haji.

Di sisi lain, kecepatan perjalanan kereta api dan uap memunculkan kekhawatiran bahwa para peziarah membawa pulang penyakit menular, seperti yang terjadi dengan wabah kolera yang sering merebak setiap musim haji di tahun 1800-an.

Pergerakan jemaah haji dari Makkah kembali ke negara asalnya juga menjadi perhatian kekuatan kolonial pada masa itu, yang khawatir bahwa berkumpulnya massa umat Islam bisa memunculkan kekuatan politik baru, bahkan kerusuhan politik.

Sejumlah negara pun menerapkan peraturan yang memungkinkan pelacakan dengan mengandalkan teknologi cetak. Belanda pada tahun 1825 mulai mewajibkan para peziarah memiliki paspor, sementara Prancis pada tahun 1892 mulai mewajibkan peziarah Aljazair memiliki izin perjalanan. Inggris, pada tahun 1886, memberikan kontrak eksklusif kepada agen perjalanan Thomas Cook untuk perjalanan haji dari India, yang mengharuskan jemaah membeli tiket terlebih dahulu untuk setiap tahap perjalanan.

“Peraturan-peraturan ini membantu jemaah menjalankan ibadah haji dengan aman. Namun, mereka juga berupaya meminimalkan potensi risiko politik dan kesehatan publik bagi kekuatan kolonial yang menguasai sebagian besar populasi dunia,” terang Stanton.

Era modern

Penyebaran perjalanan udara komersial mulai tahun 1940-an mengubah dinamika haji lebih jauh lagi. Jalur udara memungkinkan perjalanan yang lebih cepat, lebih terjangkau, dan lebih aman dibandingkan perjalanan menggunakan kapal uap.

Perjalanan menggunakan pesawat memungkinkan lebih banyak umat Muslim untuk berpartisipasi dalam ibadah haji, sekaligus menciptakan tantangan logistik, politik, dan ekonomi yang besar karena jumlah jemaah meningkat enam hingga tujuh kali lipat antara tahun 1950-1980.

Selain itu, kehadiran teknologi komunikasi modern semakin mempopulerkan haji. Misalnya, stasiun radio meliput haji, dan mulai tahun 1940-an Liputanku haji disiarkan ke para pendengar radio di rumah. Kemudian, televisi sejak tahun 1960-an menayangkan cuplikan para peziarah yang mengelilingi atau berjalan di sekitar Ka’bah. Tayangan ini menginspirasi dan memotivasi pemirsa televisi untuk juga pergi haji.

Sementara itu, tingkat melek huruf yang meningkat pun memungkinkan umat Islam membaca lebih banyak panduan haji tertulis yang membantu mereka menavigasi penginapan, makan, dan ibadah.

Meskipun teknologi semakin memudahkan perjalanan ibadah haji, kebanyakan Muslim, bahkan saat ini, tidak serta merta bisa pergi berhaji kapan saja. Kebanyakan yang melakukan ibadah haji hanya bisa pergi satu kali seumur hidup mereka.

Dengan kemudahan perjalanan dan komunikasi, kemampuan Kerajaan Arab Saudi menangani kunjungan para peziarah menjadi tantangan utama. Mereka diharapkan dapat menjamu, memberikan pengalaman yang aman, sehat, dan bermakna secara spiritual bagi semua jamaah

Video: Ini Tanda-tanda Jemaah Haji Alami Gangguan Mental di Tanah Suci

Video: Ini Tanda-tanda Jemaah Haji Alami Gangguan Mental di Tanah Suci