MasterV, Jakarta – Idul Adha, sebuah perayaan agung bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia, selalu diwarnai dengan penyembelihan hewan kurban serta berbagai tradisi keagamaan yang khas. Pertanyaan yang mungkin muncul di benak Anda, apakah Anda sudah memahami makna dan ketentuan Hari Tasyrik yang mengiringi perayaan Idul Adha ini?
Sebagaimana diketahui, Hari Tasyrik adalah tiga hari yang berurutan setelah Hari Raya Idul Adha. Secara spesifik, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah menandai periode ini. Pada hari-hari yang istimewa ini, umat Islam masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Namun, perlu diperhatikan bahwa ada larangan khusus yang berlaku, yaitu larangan untuk berpuasa.
Berdasarkan perhitungan kalender dan hasil Sidang Isbat yang telah ditetapkan, Idul Adha 1446 H diperkirakan jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025. Konsekuensinya, Hari Tasyrik pada tahun tersebut akan berlangsung pada tanggal 7, 8, dan 9 Juni 2025. Pemahaman mengenai jadwal ini sangat krusial agar umat Muslim dapat menjalankan ibadah dengan tata cara yang benar.
Namun, apa sesungguhnya alasan yang mendasari larangan berpuasa pada Hari Tasyrik ini? Tujuan utama dari larangan ini adalah agar seluruh umat Islam dapat merasakan nikmat hidangan daging kurban sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya. Selain itu, hal ini juga mencerminkan kebersamaan dan upaya berbagi kebahagiaan dengan sesama.
Asal-usul istilah "Tasyrik" ternyata menyimpan cerita yang menarik. Kata ini berakar dari kata "syarraqa" yang bermakna "matahari terbit" atau juga bisa diartikan sebagai "menjemur sesuatu".
Pada masa lampau, masyarakat memiliki kebiasaan menjemur daging kurban di bawah sengatan matahari. Praktik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengawetkan daging tersebut, mengingat belum adanya teknologi pendingin yang modern seperti sekarang ini.
Terdapat interpretasi lain yang menghubungkan nama Tasyrik dengan pelaksanaan shalat Idul Adha yang dilakukan saat matahari mulai terbit. Selain itu, ada juga yang mengaitkannya dengan lantunan takbir yang berkumandang setelah shalat. Terlepas dari berbagai penafsiran, Hari Tasyrik tetap memiliki signifikansi yang mendalam dalam rangkaian perayaan Idul Adha.
Hari Tasyrik menjadi waktu yang tepat bagi umat Islam untuk merenungkan makna pengorbanan dan keikhlasan. Lebih dari itu, hari-hari ini juga memberikan kesempatan untuk mempererat jalinan silaturahmi dengan keluarga, sanak saudara, serta sesama muslim. Melalui berbagi kebahagiaan dan menikmati hidangan bersama, semangat persaudaraan akan semakin terasa.
Walaupun berpuasa tidak diperbolehkan, terdapat berbagai amalan lain yang sangat dianjurkan untuk dilakukan selama Hari Tasyrik. Salah satunya adalah menyembelih hewan kurban bagi mereka yang memiliki kemampuan. Ibadah kurban merupakan perwujudan rasa syukur atas nikmat Allah SWT dan sekaligus menjadi sarana untuk berbagi rezeki dengan orang lain.
Selain berkurban, umat Islam juga sangat disarankan untuk memperbanyak bacaan takbir, tahmid, dan tahlil. Mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah ini merupakan bentuk pengagungan terhadap Allah SWT. Takbir juga berfungsi sebagai pengingat akan kebesaran dan kekuasaan-Nya.
Memperbanyak doa dan melakukan amalan saleh lainnya juga sangat dianjurkan selama Hari Tasyrik. Inilah saat yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta memohon ampunan atas segala dosa yang pernah dilakukan. Dengan meningkatkan ibadah, diharapkan keberkahan dan rahmat Allah SWT senantiasa menyertai kita semua.
Larangan berpuasa pada Hari Tasyrik mengandung hikmah yang sangat dalam. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tujuan dari larangan ini adalah agar umat Islam dapat menikmati hidangan yang berasal dari daging kurban. Daging kurban merupakan rezeki yang sudah seharusnya disyukuri dan dinikmati bersama-sama.
Selain itu, larangan berpuasa juga menjadi simbol dari kegembiraan dan kebersamaan dalam merayakan Idul Adha. Hari raya ini adalah momentum untuk bersukacita dan berbagi kebahagiaan dengan keluarga, kerabat, dan seluruh umat muslim. Melalui kebersamaan dalam menikmati hidangan, jalinan persaudaraan akan semakin erat.
Dengan memahami makna dan hikmah yang terkandung di balik larangan berpuasa pada Hari Tasyrik, diharapkan umat Islam dapat merayakan Idul Adha dengan lebih bermakna. Perayaan ini bukan hanya sekadar seremonial belaka, melainkan juga menjadi momentum penting untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kepedulian sosial kita.