“`html
JAKARTA, MasterV – Memasuki bulan Juni 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menghadapi serangkaian sentimen positif. Sentimen-sentimen ini diyakini memiliki potensi untuk mendorong kinerja pasar saham agar semakin bersinar.
Menurut Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, setidaknya ada lima faktor yang akan memengaruhi pergerakan IHSG pada Juni 2025 mendatang.
Pertama, mulai tanggal 5 Juni 2025, pemerintah akan secara resmi meluncurkan enam kebijakan stimulus ekonomi. Kebijakan ini mencakup berbagai insentif, mulai dari diskon tarif listrik dan transportasi, hingga Bantuan Subsidi Upah (BSU) dan bantuan pangan.
"Momentum libur panjang sekolah, yang bertepatan dengan diskon tarif tol sebesar 20 persen, juga berpotensi signifikan dalam mendorong konsumsi rumah tangga, sektor transportasi, serta industri pariwisata," ujarnya dalam riset bulanan, seperti dikutip pada Kamis (29/5/2025).
Lebih lanjut, Liza menambahkan bahwa sentimen positif berikutnya dapat berasal dari kebijakan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang baru-baru ini memutuskan untuk memangkas suku bunga penjaminan simpanan dari 4,25 persen menjadi 4,00 persen.
Menurut Liza, sinyal ini merupakan indikasi positif bagi pelonggaran likuiditas, yang diharapkan dapat mendukung penyaluran kredit dan mendorong aktivitas investasi di sektor riil.
"Penurunan keuntungan pada instrumen deposito atau tabungan berpotensi mendorong para pelaku pasar untuk mencari peluang profit yang lebih tinggi di instrumen keuangan lainnya, seperti pasar saham dan reksa dana," jelasnya.
Selain itu, ia juga menjabarkan bahwa setelah adanya pemangkasan suku bunga acuan BI Rate menjadi 5,50 persen, para investor kini tengah mencermati dengan seksama kebijakan The Fed dalam pertemuan FOMC MEETING yang akan berlangsung pada bulan Juni–Juli.
Apabila The Fed menunjukkan sikap yang lebih dovish, atau bahkan menurunkan suku bunga acuan lebih cepat dari yang diperkirakan, maka pasar berpotensi mengalami peningkatan signifikan dalam arus masuk modal asing.
"Jika sentimen dovish dari The Fed turut hadir, maka peluang IHSG untuk menembus level 7.300 akan semakin terbuka lebar, didukung oleh potensi kembalinya arus dana asing secara deras," ungkapnya.
Liza melanjutkan, saat ini, masih terdapat risiko yang berasal dari negosiasi tarif antara AS–China–Uni Eropa, serta tensi geopolitik global yang masih berlangsung. Namun, apabila situasi tersebut tidak memburuk, sentimen pasar diharapkan dapat tetap stabil.
"Jangan lupakan pula bahwa tanggal 9 Juli merupakan batas akhir jeda waktu 90 hari tarif Liberation Day. Kami memperkirakan bahwa menjelang tanggal tersebut, perundingan negosiasi antara AS dan negara mitra dagangnya akan semakin memanas," terangnya.
Terakhir, menjelang publikasi laporan keuangan kuartal II-2025 dan semesteran, terdapat potensi akumulasi oleh para fund manager.
"Terutama pada sektor-sektor defensif dan perusahaan yang memiliki potensi earnings yang kuat," ucapnya.
Liza menyampaikan bahwa, berdasarkan data historis sejak tahun 2020, IHSG seringkali menunjukkan kinerja positif selama bulan Juni.
"Oleh karena itu, Kiwoom Research memproyeksikan bahwa tren positif ini masih berpotensi untuk berlanjut pada Juni 2025, dengan perkiraan IHSG akan bergerak sideways cenderung menguat dalam rentang 7.000–7.300," katanya.
Ia menambahkan, IHSG bahkan memiliki peluang untuk menembus level resistance 7.300 apabila terus didukung oleh aksi beli investor asing (net buy asing), stimulus domestik yang berkelanjutan, serta stabilitas nilai tukar Rupiah.
"Aktivitas window dressing di akhir semester dan positioning menjelang rilis laporan keuangan kuartal II dapat menjadi katalis tambahan yang positif," tutup Liza.
“`