Pulau Kucing Jakarta: Pro Kontra Warga + Solusi?

Admin

08/06/2025

3
Min Read

On This Post

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggulirkan wacana pembangunan Pulau Kucing di Kepulauan Seribu, Jakarta, sebagai sebuah upaya menampung populasi kucing-kucing liar. Inisiatif ini segera memicu beragam tanggapan dari segenap lapisan masyarakat.

Bagi sebagian kalangan, kehadiran Pulau Kucing berpotensi menjadi destinasi wisata alternatif yang sungguh menarik. Pendapat ini selaras dengan pandangan Lifia (28), seorang warga Jakarta Timur. Ia menyatakan dukungannya terhadap rencana tersebut, meyakini bahwa langkah ini akan menyediakan lingkungan yang lebih layak bagi kucing-kucing jalanan.

"Saya setuju, karena selain menjadi daya tarik wisata baru, keberadaan pulau ini diharapkan dapat mengurangi jumlah kucing liar yang terlantar. Terus terang, saya merasa iba melihat mereka hidup di jalanan, tidak semua orang menyukai kucing, bahkan ada yang tega menendang. Pemandangan seperti itu sangat menyedihkan," ungkap Lifia saat dijumpai di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, pada hari Sabtu (31/5/2025).

"Jadi, idealnya di sana nanti hanya akan dikunjungi oleh orang-orang yang memang memiliki kecintaan terhadap kucing," sambungnya.

Lifia optimis bahwa rencana ini akan mampu menarik perhatian banyak pengunjung, terutama para pencinta kucing, yang berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan hewan-hewan menggemaskan tersebut.

"Berkaca pada kesuksesan kafe kucing di PIK atau Serpong, saya yakin Pulau Kucing akan menjadi magnet bagi para pencinta kucing," ujarnya dengan antusias.

Lifia juga menyampaikan harapan agar pemerintah dapat menjalankan pengelolaan Pulau Kucing dengan sungguh-sungguh. Menurutnya, saat ini banyak kucing yang membutuhkan perawatan yang memadai.

"Saya berharap, kucing-kucing yang menghuni pulau tersebut mendapatkan perawatan yang baik, mulai dari pemenuhan kebutuhan makanan, kebersihan lingkungan, hingga perawatan kesehatan," tegasnya.

Lebih jauh, ia melihat adanya potensi terciptanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, misalnya sebagai petugas penjaga pulau atau bahkan staf yang secara khusus bertugas merawat kucing-kucing tersebut.

"Inisiatif ini berpotensi membuka peluang kerja baru, yang pada gilirannya akan menopang perekonomian lokal," tambahnya dengan penuh harap.

Namun, pandangan yang berbeda diutarakan oleh Ivani (26). Ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap wacana Pulau Kucing. Menurutnya, pemerintah sebaiknya lebih memfokuskan diri pada upaya pencegahan kelahiran kucing liar dan program sterilisasi.

"Ketimbang membangun Pulau Kucing, akan lebih bijak jika pemerintah mengalokasikan anggaran untuk program sterilisasi hewan guna menekan angka kelahiran kucing," kata Ivani dengan nada prihatin.

Selanjutnya, ia mempertanyakan kesiapan pengelolaan Pulau Kucing, mengungkapkan kekhawatirannya terkait hal tersebut.

"Apakah dari aspek sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas yang tersedia sudah benar-benar siap? Saya khawatir program ini hanya bersifat sementara, tanpa adanya keberlanjutan yang jelas," tuturnya dengan nada skeptis.

Lebih lanjut, Ivani menyarankan agar pemerintah lebih memprioritaskan penanganan masalah-masalah yang lebih mendesak di Jakarta. Misalnya, masalah banjir yang hingga saat ini belum berhasil diatasi secara optimal.

"Daripada memfokuskan anggaran pada isu kesejahteraan hewan, lebih baik anggaran untuk Pulau Kucing dialihkan untuk membenahi tata kota Jakarta yang belum optimal. Contohnya, penanganan banjir. Saat ini, persoalan banjir masih belum optimal dalam hal penyaluran air dan penerapan teknologi canggih yang mampu mengatasi banjir," pungkasnya dengan nada kritis.

Sebelumnya, Pramono menekankan bahwa jika Pulau Kucing di Kepulauan Seribu benar-benar direalisasikan, maka pengelolaannya tidak hanya berfokus pada kesejahteraan hewan-hewan tersebut, tetapi juga harus mampu menarik minat wisatawan.

"Jika kita memutuskan untuk memiliki Pulau Kucing seperti yang ada di Jepang, maka pulau tersebut harus mampu mendatangkan wisatawan. Dan yang terpenting, harus memberikan kesejahteraan yang optimal bagi kucing-kucing yang menghuninya," tegas Pramono saat dijumpai di Jakarta Pusat, pada hari Jumat (9/5).

Pramono menambahkan bahwa laporan terbanyak yang diterima melalui aplikasi JAKI adalah terkait permasalahan kucing. Salah satunya, banyak masyarakat yang mengajukan permohonan sterilisasi kucing.