Wukuf di Tenda Cadangan: Ini Kata Kemenag Soal Jemaah RI

Admin

20/06/2025

4
Min Read

On This Post

Sejumlah jemaah haji Indonesia mengalami kendala dalam memasuki tenda yang telah ditentukan, sehingga mereka melaksanakan wukuf di tenda misi haji dan tenda cadangan yang disediakan oleh Kerajaan Arab Saudi. Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) memberikan penjelasan terkait permasalahan ini.

Ketua PPIH, Muchlis M Hanafi, mengungkapkan bahwa permasalahan penempatan jemaah di Arafah disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kendala teknis hingga perbedaan kultural. Beliau menyampaikan permohonan maaf atas gangguan yang terjadi pada Kamis, 5 Juni lalu.

“Atas nama Ketua PPIH Arab Saudi, saya menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan oleh sebagian jemaah haji Indonesia,” ujar Mukhlis M Hanafi di Makkah, Minggu (8/6/2025).

Mukhlis menjelaskan bahwa sebenarnya masih terdapat ruang kosong di beberapa tenda. Akan tetapi, distribusi jemaah tidak berjalan optimal karena berbagai kendala.

“Sebagai contoh, tenda yang berkapasitas 350 orang, sebenarnya hanya diisi oleh 325 jemaah dari satu kelompok. Namun, tenda tersebut tidak dapat diakses oleh jemaah lain, meskipun berasal dari markaz yang sama,” jelas Mukhlis.

Lebih lanjut, Mukhlis menuturkan bahwa perpindahan jemaah secara mandiri dari hotel ke hotel juga menghambat proses penempatan di Arafah. Ia mengatakan bahwa jemaah memiliki berbagai alasan untuk berpindah hotel secara mandiri.

“Karena sistem keberangkatan dari Makkah ke Arafah menggunakan pendekatan berbasis hotel, bukan berdasarkan markaz atau syarikah, maka tenda-tenda tertentu terisi penuh lebih awal, bahkan sebelum jemaah yang seharusnya menempati tenda tersebut tiba di lokasi,” papar Mukhlis.

Selain itu, Mukhlis juga menyoroti jumlah petugas di Arafah yang tidak sebanding dengan jumlah jemaah. Ia mengatakan bahwa pelayanan di Arafah dilaksanakan oleh petugas dari daerah kerja bandara.

“Dengan jumlah petugas yang terbatas, mereka harus berjuang melayani lebih dari 203 ribu jemaah yang tersebar di 60 markaz di Arafah. Hal ini menyulitkan mereka dalam membantu petugas markaz mengatur penempatan secara disiplin. Bahkan, banyak petugas yang mengalami kelelahan,” ungkapnya.

Mukhlis juga menambahkan bahwa ada jemaah yang secara sepihak berpindah tenda untuk berkumpul dengan kerabat atau kelompok bimbingan dari daerah asal saat berada di Arafah. Tindakan ini justru menyebabkan jemaah yang seharusnya berada di tenda tersebut tidak dapat masuk.

“Perpindahan ini memperburuk distribusi beban tenda dan menyulitkan pengawasan layanan secara keseluruhan,” tegasnya.

Kondisi tersebut berdampak pada terganggunya distribusi konsumsi jemaah. Selama berada di Arafah, jemaah haji Indonesia mendapatkan lima kali makan pada tanggal 8-9 Zulhijah 1446 H.

Penempatan jemaah yang tidak sesuai rencana menyulitkan pihak syarikah dalam mendistribusikan makanan. Akibatnya, sebagian jemaah tidak mendapatkan jatah makan tepat waktu.

“Sebagian jemaah tidak mendapatkan jatah makan tepat waktu karena data distribusi di Markaz/Syarikah tidak sesuai dengan kondisi riil di lapangan,” jelas Mukhlis.

Muchlis kemudian menguraikan solusi yang telah dilakukan oleh PPIH untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya adalah dengan menempatkan jemaah ke tenda yang masih kosong, menggunakan tenda cadangan, tenda misi haji, hingga tenda kerajaan untuk menampung jemaah.

“Pemetaan ulang menunjukkan bahwa beberapa tenda masih memiliki kapasitas tambahan. Tiga tenda petugas di wilayah Markaz 105 (Syarikah Rifadah) dialihfungsikan dan digunakan untuk menampung jemaah yang belum mendapatkan tempat,” paparnya.

Upaya lainnya adalah dengan melobi pihak syarikah untuk menyediakan tambahan tenda. Selanjutnya, tenda utama Misi Haji Indonesia juga dimanfaatkan sebagai lokasi wukuf jemaah.

“Tenda utama Misi Haji Indonesia pada akhirnya juga digunakan untuk menampung jemaah yang terdampak overkapasitas,” imbuh Mukhlis.

Beberapa petugas bahkan terlihat melaksanakan wukuf di luar tenda sambil memegang payung demi memberikan ruang bagi jemaah di dalam tenda. Mukhlis juga menyebutkan bahwa Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, melakukan lobi kepada pihak Arab Saudi hingga akhirnya sekitar 2.000 jemaah ditempatkan di tenda-tenda cadangan resmi Saudi.

“Melalui berbagai upaya tersebut, kepadatan mulai terurai dan saat puncak wukuf, seluruh jemaah sudah berada di tenda untuk melaksanakan ibadah dengan tenang dan khusyuk,” pungkasnya.

Layanan di Mina hingga 13 Zulhijah

Muchlis juga memberikan penjelasan mengenai layanan yang diberikan di Mina. Ia mengatakan bahwa PPIH akan memberikan layanan kepada jemaah di Mina hingga tanggal 13 Zulhijah atau Senin (9/6).

“Kami siapkan layanan bagi jemaah nafar awal maupun nafar tsani. Layanan baik tenda maupun konsumsi di Mina akan tetap diberikan hingga seluruh jemaah kembali ke hotel di Makkah,” jelas Muchlis.

Ia menambahkan bahwa PPIH memberikan kebebasan kepada jemaah untuk memilih nafar awal atau nafar tsani. PPIH terus melakukan pendataan terhadap usulan penjemputan jemaah.

“Pada tahun-tahun sebelumnya, biasanya sekitar 60% mengambil nafar awal, sedangkan 40% mengambil nafar tsani. Data tahun ini masih dalam proses rekonsiliasi. Apapun pilihan jemaah, kami tetap memberikan pelayanan sampai fase akhir mabit di Mina pada 13 Zulhijah 1446 H,” tutupnya.