Keputusan politik Presiden RI ke-7, Joko Widodo (Jokowi), yang tampaknya lebih memilih PSI, mengundang berbagai tanggapan. Sejumlah tokoh penting partai politik memberikan komentar terkait kemungkinan Jokowi menduduki posisi ketua umum di PSI.
Nama Jokowi santer dikaitkan sebagai kandidat kuat Ketua Umum PSI yang baru. Selain PSI, Jokowi juga disebut-sebut dalam bursa calon ketua umum PPP. Menanggapi isu tersebut, Jokowi menegaskan bahwa ia lebih memilih PSI.
Pernyataan Jokowi ini memicu berbagai komentar dari kalangan politisi. Beberapa menilai pilihan Jokowi sangat tepat, bahkan membandingkan sikap Jokowi dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setelah menyelesaikan masa jabatannya sebagai presiden.
PPP Hormati Pilihan Jokowi yang Lebih Memilih PSI
Jokowi menjatuhkan pilihan pada Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ketika ditanya tentang peluang bergabung dalam bursa calon ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ketua DPP PPP, Syaifullah Tamliha, menyatakan bahwa partainya tidak pernah secara formal melamar Jokowi untuk menjadi caketum.
"Itu sepenuhnya hak politik Pak Jokowi untuk menjadikan PSI sebagai kendaraan politiknya. PPP secara kelembagaan juga tidak pernah melamar Pak Jokowi untuk menjadi Caketum PPP," ujar Tamliha kepada awak media, Minggu (8/6/2026).
Tamliha menambahkan bahwa PPP memiliki sejumlah calon ketua umum dari internal partai. Ia juga menyebutkan bahwa PPP masih memiliki waktu yang cukup untuk menjaring calon-calon tersebut.
"Kami memiliki stok dan waktu yang memadai untuk mematangkan Caketum PPP yang, insyaallah, akan diselenggarakan dalam Muktamar bulan September mendatang," jelasnya.
Waketum PSI Antusias Menyambut Jokowi Sebagai Ketum
"Seluruh kader dan pengurus PSI siap sedia menyambut Pak Jokowi jika beliau bergabung dengan PSI," ungkap Andy saat dihubungi, Minggu (8/6/2025).
Andy menegaskan bahwa sejak awal PSI adalah rumah bagi Jokowi. Ia menjelaskan bahwa PSI didirikan dengan tujuan mendukung Jokowi.
"Bagaimanapun, sejak awal PSI adalah rumah bagi Pak Jokowi. Partai ini didirikan untuk mendukung Pak Jokowi dan akan terus memperjuangkan visi beliau tentang kemajuan Indonesia. Jadi, sekali lagi, kami sangat siap menyambut kedatangan Pak Jokowi," terangnya.
NasDem Menyarankan Jokowi Mengikuti Jejak SBY
"Beliau (Jokowi) bebas menentukan arah tujuannya," ucap Sahroni kepada wartawan, Senin (9/6/2025).
Meskipun demikian, Sahroni menyarankan agar Jokowi lebih memfokuskan diri untuk menikmati hidup setelah tidak lagi menjabat sebagai pemimpin negara. Menurutnya, Jokowi bisa mengambil contoh dari Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Namun, sebagai adik, saya menyarankan agar Pak Jokowi mencontoh Pak SBY, hidup tenang dan menikmati masa pensiun setelah tidak lagi menjadi presiden. Saya merasa bangga melihatnya," katanya.
Menurutnya, akan lebih baik jika Jokowi menyerahkan urusan perpolitikan kepada anak dan menantunya. Ia meyakini bahwa anak dan menantunya akan menjadi penerus Jokowi di masa depan.
"Ya, sebagai saran dan masukan, berikanlah urusan politik kepada anak dan menantu yang saat ini sedang bertugas," tuturnya.
"Sebagai seorang ayah, Pak Jokowi harus senantiasa mengawasi anak dan menantunya yang sedang bekerja untuk rakyat. Insya Allah, mereka akan menjadi penerus Pak Jokowi di masa depan," imbuh Sahroni.
Sementara itu, Ketua DPP PKB, Daniel Johan, menilai wajar jika Jokowi lebih cenderung ke PSI. Hal ini disebabkan karena adanya putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, di partai tersebut.
"Wajar jika lebih memilih PSI, karena ada Kaesang di sana. Mungkin budaya di PPP dirasa kurang sesuai," kata Daniel kepada wartawan, Senin (9/6/2025).
Namun, Daniel menegaskan bahwa Jokowi bebas memilih untuk bergabung dengan partai mana pun. Ia menambahkan bahwa hal tersebut bergantung pada kecocokan antara Jokowi dan partai yang bersangkutan.
"Pak Jokowi bebas menentukan pilihannya," ujarnya.
"Tergantung pada hati Pak Jokowi, mana yang lebih cocok," sambungnya.
PDIP Mengungkit Pernyataan Jokowi yang Ingin Menjadi Rakyat Biasa Setelah Purnatugas
Politikus PDIP, Guntur Romli, menyatakan bahwa Jokowi memiliki hak untuk menentukan langkah politiknya di masa depan. Akan tetapi, Guntur menyinggung pernyataan Jokowi yang sebelumnya ingin kembali menjadi warga Solo biasa setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden.
"Jokowi bebas menentukan pilihan politiknya. Kami tidak memiliki komentar," kata Guntur Romli kepada wartawan, Senin (9/6/2025).
"Namun, saya yakin publik masih ingat pernyataannya bahwa setelah tidak lagi menjadi presiden, beliau ingin pulang ke Solo dan menjadi rakyat biasa," sambungnya.
Menurutnya, pernyataan tersebut bertolak belakang dengan sikap politik Jokowi saat ini. Guntur Romli menilai bahwa Jokowi terlihat masih ingin ikut campur (cawe-cawe) dalam urusan partai politik.
"Ternyata masih ingin cawe-cawe di partai politik. Akhirnya, Jokowi terkesan tidak dapat dipercaya akan pernyataannya sendiri," ujarnya.
Guntur Romli mengatakan bahwa sejak awal Jokowi memang tidak dapat dipercaya. Ia menyerahkan kepada publik untuk menilai sikap politik tersebut.
"Makanya, Jokowi sendiri yang menciptakan 'trust issue' terkait isu tiga periode, mobil Esemka, intervensi dalam pilpres demi kepentingan anaknya, Gibran Rakabuming, ijazah palsu, dan lain-lain. Karena publik memiliki masalah kepercayaan pada Jokowi, dan sumbernya adalah Jokowi sendiri yang tidak bisa dipercaya," tuturnya.
Saksikan Live DetikPagi: