Mobil Listrik Bekas: Minimnya Leasing, Kendala Utama?

Admin

22/06/2025

2
Min Read

On This Post

JAKARTA, Liputanku – Meskipun variasi mobil listrik baru di Indonesia semakin kaya, pasar mobil listrik bekas masih menunjukkan perkembangan yang cenderung lambat.

Para pelaku bisnis jual beli mobil bekas mengutarakan bahwa antusiasme terhadap mobil listrik bekas belum sebanding dengan mobil bermesin konvensional.

Rama, pemilik *showroom* Rama Dagang Mobil, mengungkapkan bahwa salah satu hambatan signifikan adalah kurangnya dukungan dari lembaga pembiayaan (*leasing*), yang menyebabkan konsumen merasa kurang yakin untuk melakukan pembelian.

"Pertama, pasarnya masih terbatas. Kedua, pihak *leasing* belum sepenuhnya bersedia. Di *showroom* saya, sekitar 70 persen transaksi mobil bekas masih melalui *leasing*, karena saat ini jarang sekali konsumen yang membeli secara tunai," jelas Rama kepada Liputanku, Senin (9/6/2025).

Liputanku/Gilang Neta V-II

Menurutnya, walaupun terdapat lembaga pembiayaan seperti CIMB Niaga Finance yang masih menerima pengajuan kredit untuk mobil listrik bekas, jumlahnya masih belum banyak dan jangkauan pasarnya pun terbatas. "*Leasing* seperti Niaga Finance masih mempertimbangkan (mobil listrik bekas). Namun, jumlahnya memang tidak besar, dan skala pasarnya juga belum luas," imbuh Rama.

Rama menjelaskan bahwa karakteristik konsumen mobil bekas berbeda dengan para pembeli mobil baru.

Pada umumnya, pembeli mobil bekas melakukan pembelian karena kebutuhan mendesak, bukan semata-mata karena keinginan untuk memiliki kendaraan listrik. "Biasanya, pembeli mobil bekas lebih memprioritaskan kebutuhan, bukan sekadar ‘yang penting punya mobil’, sehingga mereka cenderung tidak mencari mobil listrik," paparnya.

Liputanku/FATHAN Track Day Hyundai Ioniq 5 N di Sirkuit Mandalika

Sebaliknya, lanjut Rama, konsumen yang membeli mobil listrik umumnya sudah memiliki kendaraan utama dan membeli EV sebagai tambahan atau karena ketertarikan untuk mencoba teknologi baru. "Sementara itu, pembeli mobil listrik, pada awalnya, seringkali termotivasi oleh keinginan untuk mencoba. Setidaknya mereka sudah memiliki mobil pertama, dan kemudian tertarik memiliki mobil listrik karena berbagai pertimbangan perhitungan," terangnya.

Ia menambahkan bahwa merek tertentu, seperti Wuling, menunjukkan kesiapan yang lebih baik dalam membangun ekosistem mobil listrik, termasuk penyediaan program *buyback* untuk unit bekas.

Menurutnya, hal tersebut menjadikan mobil listrik Wuling relatif lebih diterima oleh pasar. "Wuling lebih unggul karena adanya program *buyback*. Mereka memiliki unit bekasnya sendiri, sehingga dapat melakukan *buyback*," tutup Rama.

Liputanku/Adit Wuling Binguo EV