Iman Surahman Hadi dikenal sebagai seorang pendongeng senior yang sangat berpengalaman. Selama belasan tahun, Iman berkeliling ke berbagai pelosok negeri, Indonesia, dengan tujuan menghibur hati anak-anak melalui cerita-ceritanya yang menarik. Namun, anak-anak yang menjadi pendengarnya bukanlah anak-anak biasa. Di antara mereka, ada yang telah kehilangan orang tua akibat bencana alam yang dahsyat, bahkan ada pula yang sejak awal kehidupannya belum pernah merasakan sentuhan kasih sayang dari sebuah keluarga.
Pengalaman yang mendalam ini membawa sebuah kegelisahan tersendiri bagi diri Iman. Ia merasa tidak mampu untuk hanya berdiam diri menyaksikan anak-anak tumbuh tanpa kehadiran sosok orang tua yang seharusnya mendampingi. Akhirnya, Iman mengambil sebuah keputusan yang bulat, yaitu ia ingin menjadi seorang 'ayah' bagi anak-anak yang sangat membutuhkan kehadiran figur seorang ayah.
"Menurut saya, anak-anak yatim itu, kebutuhan utama mereka bukanlah sekadar asrama, bukan hanya panti asuhan, ataupun rumah singgah sementara. Hal yang paling mendasar yang telah diambil oleh Allah adalah kasih sayang sebuah keluarga, rumah yang hangat, dan lingkungan yang membuat mereka merasa nyaman dalam dekapan. Oleh karena itu, saya berusaha sekuat tenaga untuk mengisi kekosongan yang telah diambil oleh Allah tersebut," jelas Iman dalam program Sosok detikcom.
Pada tahun 2008, Iman berada di Bengkulu setelah gempa bumi yang mengguncang wilayah tersebut. Kedatangannya adalah untuk membawakan dongeng. Akan tetapi, bukan hanya sekadar cerita yang ia berikan, ia juga dengan cermat mengamati dan menilai, anak-anak mana yang tampak mengalami kehilangan yang lebih besar dari yang lain, anak-anak mana yang membutuhkan lebih dari sekadar hiburan sore yang singkat.
Beberapa anak yang beruntung akhirnya diajak oleh Iman untuk pulang ke rumahnya yang terletak di Jatiasih, Bekasi. Mereka tinggal bersama keluarga Iman dan dibesarkan layaknya anak sendiri, dengan penuh kasih sayang.
Sejak saat itulah, tercetuslah ide untuk mendirikan Rumah Ceria, sebuah tempat di mana anak-anak dapat tumbuh berkembang bukan sekadar sebagai 'anak panti biasa, melainkan sebagai anak-anak yang dicintai dan dihargai. Enam tahun kemudian, Iman memiliki niat tulus untuk membangun sebuah tempat tinggal yang lebih ramah anak di daerah Setu, Bekasi. Saat ini, rumah tersebut telah dipenuhi dengan canda tawa dari lebih dari 65 anak yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Iman dan istrinya menerapkan sistem pengasuhan yang berbasis keluarga untuk anak-anak asuh yang berada di Rumah Ceria. Bagi Iman, menjadi figur orang tua yang aktif dan terlibat langsung dalam kehidupan anak-anak adalah pilar utama dalam metode pengasuhannya.
Iman juga selalu menekankan betapa pentingnya bagi anak-anak untuk memiliki cita-cita yang tinggi dan rasa percaya diri yang kuat. Oleh karena itu, Iman seringkali menggunakan dongeng sebagai sarana untuk menumbuhkan imajinasi yang kreatif pada anak-anak asuhnya.
"Bercerita itu adalah fondasi dari imajinasi. Dan imajinasi ini adalah sumber dari cita-cita. Jadi, bagaimana mungkin seorang anak bisa bercita-cita jika dia tidak memiliki imajinasi? Begitu kan? Maka dari itu, kami menyodorkan mereka dengan cerita-cerita yang menarik. Inilah prinsip yang saya pegang teguh. Karena bagi saya, setiap anak adalah gambaran dari masa depan," ungkap Iman dengan penuh semangat.
Lebih jauh lagi, anak-anak di Rumah Ceria didorong untuk lebih mengenal diri mereka sendiri, menggali minat dan bakat yang terpendam, dan kemudian dilatih untuk menjadi pribadi yang mandiri. Kandang ternak dan berbagai jenis hewan peliharaan, kolam ikan yang luas, dapur mie sehat, hingga pabrik tempe pun dibangun di lingkungan Rumah Ceria sebagai sarana untuk menyalurkan hobi dan belajar berwirausaha bagi anak-anaknya.
Pendidikan juga menjadi salah satu prioritas utama. Anak-anak mengikuti program *homeschooling*, dengan guru-guru yang didatangkan secara khusus ke Rumah Ceria. Meskipun tidak mengikuti pendidikan formal di sekolah, Iman memastikan bahwa mereka tetap mendapatkan ijazah yang sah dari setiap jenjang pendidikan yang mereka tempuh.
Pola pengasuhan yang diterapkan oleh Iman dan istrinya dapat dikatakan berhasil dengan baik. Khiswa, salah seorang anak asuh Iman, adalah bukti nyata dari keberhasilan tersebut. Gadis yang berasal dari Tangerang ini mengaku sangat senang dan bersyukur bisa bertemu dengan 'Abah'-nya. Sebab, sejak tinggal di Rumah Ceria, ia jadi memiliki cita-cita baru yang lebih tinggi.
"Abah selalu mengingatkan, bahwa di usia seperti kita ini, kita tidak boleh malas-malasan. Karena saya suka membuat mie, jadi saya berpikir, wah, boleh juga nih kalau usaha kecil-kecilan dulu. Saya ingin punya, misalnya, kantin sehat atau restoran sehat. Saya tidak akan pernah terpikir sampai sejauh itu jika masih tinggal di rumah dulu, tidak akan pernah. Pikiran itu hanya muncul di sini," tutur Khiswa dengan antusias.
Tentu saja, perjalanan yang ditempuh oleh Iman tidak selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Di awal berdirinya Rumah Ceria, sebagian warga sekitar sempat mencibir dan memberikan komentar negatif. Mereka menilai Iman 'sombong' karena menolak undangan untuk menghadiri acara santunan yatim. Akan tetapi, penolakan tersebut bukan didasari oleh kesombongan. Iman hanya ingin anak-anaknya tumbuh sebagai individu yang mandiri, bukan sebagai objek belas kasihan.
Ia juga pernah merasa kewalahan saat mengasuh seorang anak dengan kondisi kejiwaan yang kurang stabil. Namun, sekali lagi, Iman tidak menyerah dan terus berusaha memberikan yang terbaik.
"Saya merasa tidak ada tantangan yang berarti. Karena bagi seorang pejuang, tantangan adalah sesuatu yang selalu dinantikan. Bagi saya, tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi, karena masalah adalah sebuah pembelajaran yang berharga. Sehingga saya akan mendapatkan ilmu dan pengalaman baru dari setiap masalah yang diberikan Tuhan kepada saya," ujar Iman dengan bijak.
Setelah tujuh belas tahun mengabdikan diri untuk mengasuh anak-anak dari berbagai pelosok nusantara, Iman kini sedang mempersiapkan generasi penerusnya. Ia berharap mereka tidak hanya menjadi penerus di Rumah Ceria yang telah ia bangun dengan susah payah, tetapi juga mampu membangun Rumah Ceria versi mereka sendiri di tempat-tempat lain yang membutuhkan.