MasterV, Jakarta – Ibadah haji, sebuah perjalanan suci bagi umat Islam di seluruh dunia, memiliki puncak yang sangat istimewa: wukuf di Arafah. Inilah saatnya para jemaah berdiam diri, larut dalam doa, dan bermunajat kepada Allah SWT.
Di tengah lautan manusia yang berkumpul di Padang Arafah, sebuah kisah pertemuan keluarga yang mengharukan menyentuh hati banyak orang.
Alfina Hanim, seorang jemaah haji yang berasal dari Medan, merasakan kebahagiaan luar biasa ketika takdir mempertemukannya dengan adik-adik iparnya di Arafah. Momen ini terasa begitu berharga, mengingat betapa jarangnya mereka memiliki kesempatan untuk berkumpul bersama di tanah air.
“Alhamdulillah, kini kami bisa berkumpul di Arafah,” ungkap Alfina, seperti yang dilansir dari laman Kemenag.go.id, Jumat (6/6/2025).
Pertemuan ini menjadi bukti nyata bahwa Arafah bukan sekadar tempat beribadah, melainkan juga ruang di mana tali silaturahmi terjalin erat dan hubungan keluarga semakin diperkuat. Kehadiran orang-orang terkasih menjadikan momen wukuf semakin bermakna, menciptakan pengalaman spiritual yang tak terlupakan.
Kisah Alfina dan keluarganya hanyalah salah satu dari sekian banyak cerita indah yang mewarnai perjalanan ibadah haji. Di balik setiap ritual dan doa, tersembunyi harapan, impian, dan kerinduan yang mendalam.
Alfina menunaikan ibadah haji bersama putranya, Abdul Malik. Keduanya tergabung dalam kloter 10 Embarkasi Medan (KNO). Malik dengan setia mendampingi ibunya, menggantikan peran sang ayah yang telah lama berpulang.
Sementara itu, Salmani adalah adik dari mendiang suami Alfina, dan Jusnawati merupakan istri dari Salmani. Pasangan suami istri ini berasal dari Padang Pariaman, Sumatra Barat, dan tergabung dalam kloter 11 Embarkasi Padang (PDG 11).
Saudara iparnya yang lain, Salmatun, adalah jemaah haji dari kloter 34 Embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG 34).
Kelima saudara ini tinggal terpisah di Makkah, menghuni hotel yang berbeda. Alfina dan putranya menginap di hotel 708 wilayah Jarwal, Salmatun dan Jusnawati berada di Hotel 309 wilayah Syisyah, sementara Salmani tinggal di hotel 1018 Misfalah.
Mereka tak pernah menyangka akan berangkat haji bersamaan tahun ini, apalagi pendaftaran dilakukan tanpa perencanaan yang matang. “Kami sangat bersyukur, Allah SWT begitu baik, dengan takdir-Nya kami bisa berangkat haji bersama. Padahal, pendaftarannya pun tidak disengaja,” tutur Alfina.
Selama berada di Makkah, kelima saudara ini belum sempat bertemu satu sama lain. “Karena jadwal kami berbeda-beda, kami belum pernah merencanakan pertemuan,” jelas Alfina.
Namun, ketika tiba di Arafah, mereka saling bertukar kabar dan berjanji untuk bertemu. Kelima saudara ini seolah ingin melepaskan kerinduan yang selama ini terpendam, dengan berbincang, bercanda, dan bercengkerama bersama.
“Tadi kami saling menelepon. Kebetulan sebelum wukuf ada waktu luang, jadi kami berjanji untuk bertemu. Jadi, saudara bertemu di Arafah. Luar biasa, bukan?” kata Alfina dengan nada bahagia.
Kelima saudara ini merasakan anugerah yang sangat indah dari Allah SWT karena dapat bersilaturahmi dengan keluarga sendiri. “Alhamdulillah. Kami bisa bertemu di sini, jauh di luar negeri, bahkan di Arafah. Padahal, di Padang sendiri kami jarang bisa bertemu,” ucapnya dengan haru.
Di Arafah yang penuh berkah ini, mereka memanjatkan doa agar seluruh saudara diberikan rezeki untuk menunaikan ibadah haji. “Saya doakan semoga semua saudara bisa datang ke sini. Rasanya sangat nikmat,” pungkasnya.
Wukuf di Arafah merupakan inti dari seluruh rangkaian ibadah haji. Ritual ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, di mana jutaan jemaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk berdiam diri, berdoa, dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Wukuf menjadi momen yang sangat krusial karena menjadi penentu sah atau tidaknya ibadah haji seseorang.
Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Medan 1446 H/2025, Ahmad Qosbi, menegaskan bahwa wukuf di Padang Arafah merupakan faktor utama yang menentukan kesempurnaan ibadah haji.
Menurutnya, “Wukuf di Arafah adalah bagian integral dari ibadah haji dan menjadi penentu kesempurnaan ibadah haji.” Proses wukuf dimulai setelah matahari tergelincir pada waktu Zuhur dan berakhir saat fajar menyingsing pada 10 Dzulhijjah, atau hari raya Idul Adha.
Selama wukuf, para jemaah sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sunnah, seperti shalat taubat, zikir, dan istighfar. Momen ini menjadi kesempatan berharga bagi para jemaah untuk membersihkan diri dari segala dosa dan memulai lembaran baru dalam hidup yang lebih baik.
Wukuf di Arafah bukan sekadar ritual semata, tetapi juga mengandung makna yang sangat mendalam. Di tempat yang suci ini, para jemaah haji merasakan kedekatan yang luar biasa dengan Allah SWT. Mereka menyadari betapa kecil dan lemahnya diri mereka di hadapan Sang Pencipta. Kesadaran ini mendorong mereka untuk menjadi lebih rendah hati, bersyukur, dan meningkatkan kualitas ibadah mereka.
Arafah juga menjadi saksi bisu peristiwa penting dalam sejarah agama Islam. Di tempat inilah, Nabi Adam dan Siti Hawa dipertemukan kembali setelah berpisah selama ratusan tahun. Kisah ini menjadi pengingat akan kasih sayang Allah SWT yang tak terbatas, yang selalu memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
Selain itu, Arafah juga dikenal sebagai tempat di mana doa-doa dikabulkan. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa doa yang paling baik adalah doa yang dipanjatkan di Arafah. Oleh karena itu, para jemaah haji memanfaatkan momen wukuf ini untuk memohon segala kebaikan, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun seluruh umat Islam.