Pemanfaatan teknologi omnichannel membuka peluang signifikan untuk transformasi wajah pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Lantas, apa saja keunggulan yang ditawarkan teknologi ini?
Teknologi omnichannel dari OCA Indonesia (OCA), sebagai salah satu produk andalan Telkom, memberikan kemampuan bagi civitas kampus untuk mengelola seluruh saluran komunikasi dalam satu dasbor terpusat. Saluran-saluran tersebut meliputi WhatsApp, berbagai platform media sosial, hingga email. Lebih jauh lagi, OCA menyediakan chatbot yang dirancang khusus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umum secara otomatis.
Keuntungan lainnya adalah kemudahan akses informasi. Berbagai informasi penting, seperti jadwal perkuliahan, urusan administrasi, hingga informasi akademik lainnya, dapat dijawab dalam hitungan detik. Hal ini menghilangkan kebutuhan untuk menunggu respons manual dari staf administrasi.
Teknologi OCA yang diimplementasikan ini diklaim memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dan personalisasi. Solusi ini tidak hanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik institusi pendidikan, tetapi juga menawarkan skalabilitas tinggi yang memungkinkan penerapan di berbagai sektor, termasuk dunia bisnis dan pemerintahan.
“Komunikasi yang efektif bukan sekadar tentang penyampaian pesan, melainkan tentang membangun koneksi yang bermakna. Melalui transformasi digital ini, ribuan civitas akademika kini dapat terhubung dengan lebih cepat, efisien, dan terarah, sehingga setiap informasi dapat tersampaikan dengan tepat sasaran. Inilah semangat yang terus kami usung di OCA Indonesia dalam menghadirkan solusi komunikasi yang relevan dan berdampak positif,” ungkap Komang Budi Aryasa, EVP Digital Business and Technology Telkom.
Transformasi digital di perguruan tinggi hanyalah salah satu contoh bagaimana teknologi dapat menjadi motor penggerak modernisasi komunikasi di dunia pendidikan. Seiring dengan perkembangan teknologi yang berkelanjutan, masa depan komunikasi di Indonesia diyakini akan semakin cerah, membuka jalan bagi berbagai organisasi untuk menjadi lebih adaptif, responsif, dan relevan.
Syahputra, Direktur Marketing Bandung Techno Park, berpendapat bahwa omnichannel OCA adalah wujud adopsi digital yang kekinian di ranah pendidikan tinggi.
“Dengan jumlah civitas yang tidak sedikit, yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan tenaga pendidik, menurut saya saluran komunikasi harus terus diperkuat dan ditingkatkan,” ujarnya.
Menurutnya, satu jenis layanan saja, apalagi yang gratis seperti pesan instan, belum tentu dapat diandalkan dan mampu menjangkau seluruh civitas. Oleh karena itu, layanan omnichannel seperti OCA menjadi kebutuhan yang mendesak bagi sektor pendidikan.
“Apalagi sektor-sektor lain sudah lebih dulu mengadopsinya. Dalam dunia yang hyperconnected ini, omnichannel adalah pilihan yang sudah menjadi kebutuhan, bukan lagi sekadar tren sesaat,” imbuh Dosen Administrasi Bisnis Tel-U tersebut.
Moses Dimas Ahimsa, CEO of Wordwise by Lunar Interactive, menekankan betapa pentingnya omnichannel dalam pengembangan edutech miliknya, khususnya dalam menyediakan sumber daya yang sebelumnya belum dimiliki, terutama dalam layanan purna jual jasa pendidikan.
“Ketika permintaan meningkat secara signifikan, sementara SDM startup tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan tersebut, maka OCA dapat membantu, misalnya dalam membalas pertanyaan-pertanyaan. Selain itu, dokumentasi juga dapat dibuat sehingga membantu tim dalam menindaklanjuti masalah yang berkelanjutan,” sambungnya.