Masuk Sekolah 06.30: Orang Tua Resah, Repotkan Keluarga!

Admin

21/06/2025

3
Min Read

On This Post

DEPOK, MasterV – Wacana mengenai kebijakan baru yang menetapkan jam masuk sekolah pukul 06.30 WIB memicu keresahan di kalangan orang tua.

Kebijakan ini, selain berpotensi mempengaruhi kondisi fisik siswa, juga diperkirakan akan mengubah secara signifikan ritme kehidupan keluarga.

Sejumlah orang tua menyampaikan kekhawatiran bahwa jam masuk sekolah yang terlalu awal akan berdampak pada kelelahan fisik serta mental anak-anak mereka.

Nuraini (37), seorang ibu rumah tangga yang berdomisili di Citayam, mengungkapkan bahwa putrinya yang masih duduk di kelas 4 SD mengalami kesulitan untuk bangun pagi.

Menurut pandangannya, kebijakan ini kurang sesuai dengan realitas anak-anak seusia anaknya. Jika jam masuk sekolah dipercepat, maka waktu keberangkatan pun harus dimajukan agar anak memiliki waktu yang cukup untuk bersiap-siap.

“Ya Allah, terasa berat sekali. Anak saya kelas 4 SD, biasanya berangkat pukul 06.15. Jika jam masuknya dimajukan menjadi pukul 06.30, berarti harus berangkat sekitar pukul 05.00,” tutur Nuraini kepada MasterV, Senin (9/6/2025).

“Karena kan butuh waktu untuk bersiap-siap. Kasihan, anak saya saja masih sulit bangun setiap pagi,” imbuhnya.

Meskipun ada kebijakan libur di hari Sabtu yang memberikan kesempatan istirahat lebih panjang, Nuraini tetap merasa bahwa hari-hari sekolah akan terasa semakin berat.

“Untungnya kalau Sabtu libur, jadi bisa lumayan istirahat. Hanya saja, jam segitu masih pagi sekali. Apalagi jika hujan, kondisinya gelap, saya jadi khawatir kalau anak berangkat sendiri,” ungkapnya.

Selaras dengan pendapat Nuraini, Dedi (42), seorang ayah yang setiap hari mengantar putranya ke sekolah, menyampaikan kekhawatiran mengenai perubahan rutinitas keluarga jika kebijakan ini benar-benar diterapkan.

Dedi menjelaskan, jika jam masuk sekolah dimajukan menjadi pukul 06.30, maka mereka harus memulai aktivitas jauh lebih pagi, bahkan sebelum waktu subuh tiba.

“Anak saya kelas 2 SMP, setiap hari saya yang mengantar. Kalau masuk jam 06.30 WIB, berarti dia harus bangun pukul 04.30 WIB atau 05.00 WIB. Saya juga harus berangkat dari rumah lebih awal. Ini akan merepotkan seluruh anggota keluarga,” ujar Dedi.

Walaupun libur di hari Sabtu memberikan waktu istirahat tambahan bagi anak dan keluarga, Dedi merasa bahwa rutinitas yang dijalani dari Senin hingga Jumat akan menjadi semakin membebani.

Ia juga mengungkapkan bahwa sebagai seorang pekerja yang sering pulang larut malam, dirinya terkadang merasa sangat lelah untuk mengantar anak di pagi hari.

“Ya, enaknya cuma di hari Sabtu saja, bisa beristirahat. Tapi kalau hari kerja malah semakin capek. Saya juga bekerja sampai malam, jadi terkadang mengantuk juga saat mengantar anak di pagi hari,” keluh Dedi.

Dedi juga menyuarakan kekhawatiran mengenai dampak kebijakan ini terhadap kondisi anak-anak, khususnya terkait dengan kualitas tidur mereka.

Menurutnya, anak-anak akan kekurangan waktu tidur yang memadai jika kegiatan belajar-mengajar dimulai terlalu pagi.

“Sudah pasti anak akan merasa kelelahan. Belum sempat sarapan, matahari pun belum terbit, mereka sudah harus berangkat ke sekolah. Ini tidak manusiawi,” tegas Dedi.