Bukti Epigenetik: Bukan Mengubah DNA, Melainkan Mengatur "Saklar" Gen
Riset yang dipimpin oleh para ahli dari University of Southampton dan University of Bergen ini bukan sekadar pengamatan sosial belaka. Mereka menemukan bukti epigenetik—perubahan kimiawi yang memengaruhi cara gen diekspresikan tanpa mengubah urutan DNA itu sendiri. Mekanisme ini dikenal sebagai DNA methylation, semacam "saklar" yang berfungsi mengaktifkan atau menonaktifkan gen tertentu.
Ketika remaja laki-laki mengalami kelebihan berat badan saat pubertas, riset ini memperlihatkan adanya 2.005 perubahan epigenetik pada 1.962 gen dalam DNA anak-anak mereka di masa depan. Gen-gen ini memiliki kaitan erat dengan obesitas, peradangan, insulin, bahkan gangguan pernapasan seperti asma.
Dalam studi ini, para peneliti menganalisis 339 pasangan ayah-anak dari enam negara berbeda. Para ayah diminta mengingat bentuk tubuh mereka pada usia 8 tahun, saat suara mulai berubah (sebagai penanda pubertas), dan pada usia 30 tahun, dengan menggunakan skala siluet tubuh yang telah divalidasi. Data ini digunakan sebagai proksi komposisi tubuh mereka. Temuan yang paling mencolok adalah kenaikan berat badan pada masa pubertas.
“Kelebihan berat badan pada calon ayah saat masa pubertas berhubungan dengan sinyal kuat dalam DNA anak mereka yang juga terkait dengan kemungkinan anak menjadi kelebihan berat badan,” ungkap Dr. Negusse Tadesse Kitaba, peneliti utama dari University of Southampton.
Dengan kata lain, masa pubertas adalah periode sensitif saat sel sperma mulai berkembang—dan pada saat itulah pengaruh gaya hidup dapat meninggalkan "jejak biologis" yang akan diwariskan.
Gen yang Terdampak: Mulai dari Insulin hingga Perkembangan Otak
Beberapa gen penting yang terpengaruh memiliki peran dalam pelepasan insulin, pertumbuhan sel lemak, penuaan, dan pengaturan kadar glukosa—yang mana semuanya merupakan komponen utama dalam metabolisme dan risiko obesitas.
Hal yang menarik adalah, terdapat perbedaan efek berdasarkan jenis kelamin anak. Salah satu gen yang dipengaruhi pada anak perempuan adalah HIF3A, yang sebelumnya telah dikaitkan dengan massa tubuh dan penyimpanan lemak. Sejumlah gen mengatur hormon pada anak perempuan, sementara gen lainnya memengaruhi metabolisme lemak pada kedua jenis kelamin.
Lebih dari Sekadar Lemak: Dampak pada Fungsi Paru dan Risiko Asma
Dampak epigenetik ini tidak terbatas pada metabolisme semata. Hampir 1.000 perubahan epigenetik yang ditemukan juga berkaitan dengan performa paru-paru. Ini berarti, berat badan berlebih pada remaja laki-laki tidak hanya meningkatkan risiko obesitas pada anak-anak mereka, namun juga dapat memengaruhi kesehatan pernapasan generasi berikutnya.
Profesor Cecilie Svanes dari University of Bergen menekankan urgensinya: “Temuan ini berimplikasi besar bagi kesehatan masyarakat dan bisa menjadi titik balik dalam strategi intervensi publik.”
Beliau memperingatkan bahwa apabila masalah obesitas remaja tidak segera ditangani, kita mungkin sedang menciptakan ketimpangan kesehatan yang berkelanjutan antargenerasi.
Penelitian ini juga mengidentifikasi 24 gen *imprinted*—gen yang diwariskan secara spesifik dari salah satu orang tua dan sangat sensitif terhadap lingkungan masa hidup orang tua. Gen-gen ini dapat "mengingat" paparan lingkungan yang dialami sang ayah di masa remaja, sehingga menciptakan semacam memori biologis yang diwariskan.
Ini adalah pengingat bahwa warisan biologis tidak hanya berasal dari DNA yang kita terima—tetapi juga dari bagaimana gen itu "dinyalakan" atau "dimatikan", bergantung pada pengalaman hidup orang tua.
Efek Jangka Panjang: Ketika Obesitas Berlanjut hingga Dewasa
Dampak ini tidak hanya terjadi saat pubertas. Ketika berat badan berlebih berlanjut hingga dewasa, anak-anak mereka menunjukkan lebih banyak lagi perubahan epigenetik, terutama terkait dengan asma dan penurunan fungsi paru-paru. Hal ini menunjukkan bahwa efek biologis ini bersifat kumulatif dan tidak dapat dihapus begitu saja. Masalah kesehatan yang bermula sejak remaja dapat meninggalkan jejak mendalam pada kesehatan generasi selanjutnya.
Dalam konteks global di mana angka obesitas remaja terus meningkat, hasil studi ini mengubah cara pandang kita. Tidak cukup hanya memikirkan dampak jangka pendek. Kita perlu mulai bertanya: bagaimana pilihan gaya hidup anak-anak hari ini akan memengaruhi cucu-cucu mereka kelak?
Profesor John Holloway dari University of Southampton menegaskan: “Obesitas masa kanak-kanak meningkat secara global. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ini bukan hanya masalah untuk kesehatan saat ini, tetapi juga berdampak pada generasi yang akan datang.”