Kementerian Agama (Kemenag) telah menyiapkan tiga skema inovatif guna mengoptimalkan kelancaran pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Ketiga skema tersebut mencakup safari wukuf, murur, dan tanazul.
Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamaruddin Amin, menjelaskan secara rinci mengenai skema pergerakan murur di Muzdalifah serta tanazul di Mina. Skema ini dirancang khusus untuk memberikan kemudahan bagi jemaah haji lanjut usia, penyandang disabilitas, serta mereka yang berisiko tinggi.
"Penerapan skema ini akan dilakukan secara selektif, dengan prioritas utama diberikan kepada jemaah lansia, penyandang disabilitas, dan jemaah yang uzur. Pada tahun ini, diperkirakan sekitar 50 ribu jemaah akan memanfaatkan skema murur ini," ungkap Kamaruddin di Makkah, Minggu (1/6/2025).
Jemaah yang terdaftar dalam skema murur akan diberangkatkan dari Arafah menggunakan bus dan hanya melewati Muzdalifah. Artinya, jemaah yang mengikuti program murur tidak akan turun di Muzdalifah, melainkan langsung melanjutkan perjalanan menuju Mina.
Selanjutnya, terdapat skema tanazul yang baru pertama kali diimplementasikan pada tahun ini. Kemenag menargetkan sebanyak 30 ribu jemaah yang berasal dari hotel-hotel di wilayah Syisyah dan Raudhah akan berpartisipasi dalam skema tanazul.
"Tanazul merupakan proses pemulangan lebih awal ke hotel di Makkah setelah jemaah selesai melaksanakan lempar jumrah aqobah. Tujuan utama dari skema ini adalah untuk mengurangi kepadatan di kawasan Mina," jelasnya.
Jemaah yang mengikuti program tanazul tidak akan melakukan mabit di Mina setelah melaksanakan lempar jumrah pada tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah. Mereka akan segera kembali ke hotel masing-masing.
Kamaruddin kemudian memberikan penjelasan mengenai skema safari wukuf yang diperuntukkan bagi jemaah yang sakit dan tidak memungkinkan untuk mengikuti wukuf di dalam tenda. Beliau menegaskan bahwa jemaah tersebut tetap akan melaksanakan wukuf, yang merupakan salah satu rukun haji, dari dalam ambulans.
"Bagi jemaah yang berada dalam kondisi sakit dan tidak memungkinkan untuk melaksanakan wukuf secara reguler, kami telah menyiapkan layanan safari wukuf dengan menggunakan ambulans. Sementara itu, bagi jemaah yang meninggal dunia sebelum pelaksanaan wukuf, akan dibadal-hajikan oleh petugas resmi yang ditugaskan oleh pemerintah. Hak mereka untuk melaksanakan ibadah haji tetap terjamin secara syariat," tegasnya.
Beliau menyampaikan harapan agar ketiga skema tersebut dapat memberikan kemudahan dalam pelaksanaan ibadah haji bagi seluruh jemaah Indonesia. Kamaruddin mengajak seluruh jemaah haji untuk mempersiapkan diri dan menjaga kesehatan menjelang pelaksanaan wukuf.
"Kami mengimbau kepada seluruh jemaah untuk senantiasa menjaga kekompakan, mengikuti arahan dari petugas, serta memperbanyak doa. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan kepada kita semua dalam menunaikan ibadah haji secara sempurna, dan kembali ke Tanah Air sebagai haji yang mabrur," pungkasnya.