Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah resmi menjalin kerja sama, ditandai dengan penandatanganan *memorandum of understanding* (MoU), dengan First Institute of Ocenaography (FIO) dari Tiongkok. Tujuan utama kolaborasi ini adalah peningkatan kapasitas pendidikan sumber daya manusia (SDM) di sektor kelautan dan perikanan, termasuk fokus pada pendidikan vokasi bagi putra-putri nelayan.
Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDMKP), I Nyoman Radiarta, inisiatif kerja sama ini juga merupakan respons terhadap isu-isu kelautan yang selaras dengan program prioritas pemerintah berbasis ekonomi biru. Hal ini menggarisbawahi komitmen KKP terhadap pembangunan berkelanjutan.
"Tentu saja, ini akan mendukung ketahanan pangan nasional," tegas I Nyoman saat menyampaikan paparannya di Kantor KKP, Jakarta, pada hari Selasa, 3 Juni 2025. "Dalam MoU tersebut, terdapat beberapa poin krusial. Pertama, penguatan pendidikan melalui program akademik, memfasilitasi lokakarya, berbagi pengetahuan terkait berbagai aspek sains dan teknologi, serta manajemen kelautan."
Lebih lanjut, I Nyoman menjelaskan bahwa kerja sama ini juga mencakup bidang-bidang penting seperti pencegahan dan mitigasi bencana laut, serta konservasi keanekaragaman hayati laut. Beliau juga menambahkan bahwa pihaknya tengah berupaya menggabungkan satuan pendidikan kelautan dan perikanan yang mengelola 11 satuan pendidikan, menjadi sebuah *single institute* yang akan dinamakan Ocean Institute of Indonesia (OII).
"Melalui kolaborasi dengan FIO dari pemerintah Tiongkok, kami juga memperkuat kajian atau riset yang bersifat *policy strategis*, termasuk melalui pembentukan pusat pelatihan kelautan, pembangunan stasiun observasi laut dan cuaca, serta pengelolaan situs pusat data secara bersama," urai I Nyoman.
"Kemudian, terkait dengan penanganan sampah laut sebagai prioritas dalam kebijakan ekonomi biru, mengingat sampah plastik di laut merupakan inisiatif kelima dari lima program prioritas ekonomi biru. Ketiga, penguatan program *capacity building* untuk mendukung pembangunan perikanan inklusif yang berkelanjutan," jelasnya lebih lanjut.
Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Alan Frendy Koropitan, menyoroti keberadaan 487 dosen yang tersebar di berbagai politeknik di seluruh Indonesia. Beliau mengungkapkan harapannya agar ada sebuah universitas atau pendidikan tinggi vokasi yang secara khusus berfokus pada bidang kelautan dan perikanan.
"Dengan adanya kerja sama teknis dengan FIO di Tiongkok ini, konteksnya adalah kita akan melakukan pertukaran saintis, pertukaran dosen dalam rangka pengembangan sains dan teknologi di bidang kelautan," papar Alan.
"Landasannya jelas. Mengapa ada OII, mengapa kita punya afirmasi kuat untuk merekrut taruna-taruna atau mahasiswa-mahasiswa dari anak-anak pelaku utama (nelayan). Konteksnya jelas, ada undang-undangnya," pungkas Alan.