Pemerintah berencana mempersiapkan sekitar 100 Koperasi Desa/Kelurahan (Kopdeskel) Merah Putih sebagai representasi model ideal. Langkah ini diinisiasi untuk mematangkan konsep Kopdeskel Merah Putih sebelum secara resmi beroperasi pada bulan Oktober mendatang.
Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono mengungkapkan bahwa proyek percontohan ini direncanakan dapat dimulai pada akhir bulan Juli. Selanjutnya, selama tiga bulan, pihak berwenang akan memfokuskan diri pada penyempurnaan konsep, meliputi pelatihan, pendampingan, dan pengembangan model bisnis yang sesuai.
"Target kami adalah agar _mock-up_ ini benar-benar dapat diimplementasikan pada akhir Juli ini, sehingga kita bisa memulai tindakan nyata," ujar Ferry setelah menghadiri rapat koordinasi terbatas di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta Pusat, pada hari Rabu (4/6/2025).
Ferry menjelaskan bahwa kriteria utama untuk proyek percontohan adalah koperasi yang sudah beroperasi serta lokasinya yang strategis. Ia menekankan bahwa Kopdeskel Merah Putih percontohan ini akan mengembangkan beragam model bisnis, mencakup sektor pertanian hingga perikanan. Dari 100 lokasi yang telah diidentifikasi, seleksi lebih lanjut akan dilakukan untuk memastikan kualitas dan potensi yang optimal.
"Lokasinya tersebar di berbagai wilayah. Sebagian berada di Jawa. Saat ini, sudah terkumpul 100 _mock-up_ lokasi. Namun, kami akan melakukan seleksi lanjutan untuk menentukan yang terbaik," jelas Ferry.
Sementara itu, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menambahkan bahwa prioritas akan diberikan kepada koperasi yang sudah berjalan untuk dijadikan percontohan. Model bisnis mereka akan ditingkatkan, misalnya menjadi pengecer pupuk, pangkalan LPG, mitra pembelian gabah Bulog, agen BRILink, hingga agen PT Pos.
"Dengan demikian, ekosistem perdagangan dan distribusi barang di desa dapat dikelola secara efektif oleh Koperasi Desa Merah Putih ini, termasuk perdagangan sembako. Kami berharap bahwa melalui percontohan ini, yang melibatkan sekitar 100 unit, kita dapat mengamati bagaimana ekosistem ini dapat terbangun dan memberikan manfaat," papar pria yang dikenal dengan sapaan Tiko.
Di sisi lain, proyek percontohan ini juga akan menjadi acuan dalam menentukan besaran kebutuhan kredit pinjaman yang akan disalurkan oleh Himbara untuk setiap Kopdeskel Merah Putih. Direncanakan, Himbara akan mengalokasikan plafon pinjaman sekitar Rp 1-3 miliar. Dengan demikian, Tiko berharap bahwa implementasi di lapangan akan sesuai dengan skala bisnis yang ada, sehingga kesinambungan dapat terjamin.
"Harapannya adalah kesinambungan, sehingga benar-benar sesuai dengan skala bisnis yang ada. Aktivitas perdagangan barang-barang dalam ekosistem desa ini diharapkan dapat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat," pungkas Tiko.