“`html
Kejaksaan Agung tengah menyelidiki dugaan praktik korupsi dalam pengadaan laptop di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada kurun waktu 2019-2022. Proyek pengadaan ini menggunakan alokasi dana negara sebesar Rp 9,9 triliun, dengan Chromebook sebagai jenis laptop yang didistribusikan. Lantas, apa sebenarnya Chromebook itu?
Menurut Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Harli Siregar, pada tahun 2020 Kemendikbudristek menyusun rencana pengadaan peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk satuan pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah atas. Ironisnya, rencana ini dianggap tidak sejalan dengan kebutuhan riil siswa pada saat itu, dan bahkan pernah diimplementasikan pada 2018-2019 namun terbukti kurang efektif.
"Sebab, kalau saya tidak salah ingat, pada tahun 2019 telah dilakukan uji coba penerapan Chromebook sebanyak 1.000 unit, dan hasilnya menunjukkan bahwa Chromebook tersebut tidak efektif," ungkap Harli kepada awak media di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, pada Senin (26/5) lalu.
Lebih lanjut, Harli menjelaskan bahwa efektivitas penggunaan Chromebook sangat bergantung pada ketersediaan akses internet. Padahal, faktanya, penetrasi internet di berbagai wilayah belum merata. Kondisi ini menyebabkan penggunaan Chromebook dinilai tidak optimal.
Apa itu Chromebook?
Chromebook merupakan sebuah jenis laptop yang menggunakan sistem operasi (OS) Google Chrome. Perangkat ini dirancang secara khusus untuk menjalankan aplikasi web dan memanfaatkan penyimpanan berbasis cloud. Dengan demikian, sebagian besar dokumen disimpan secara daring, bukan secara lokal pada perangkat itu sendiri.
Berbeda dengan laptop konvensional, Chromebook sangat bergantung pada koneksi internet dan layanan cloud. Umumnya, Chromebook hadir dengan spesifikasi hardware yang lebih rendah, sehingga harganya lebih terjangkau dan bobotnya lebih ringan dibandingkan laptop tradisional.
Salah satu keunggulan utama Chromebook adalah kemampuannya untuk melakukan booting dengan cepat berkat Chrome OS yang ringan. Selain itu, Chromebook juga secara otomatis menerima pembaruan dari Google, termasuk patch keamanan dan fitur-fitur terbaru.
Sebagaimana dilansir detikINET dari situs Lenovo pada Selasa (10/6/2025), biaya yang lebih rendah dan daya tahan baterai yang lebih lama menjadikan Chromebook sebagai opsi menarik bagi pelajar dan individu yang membutuhkan perangkat portabel untuk tugas komputasi dasar.
Tersedia Chrome Web Store yang menawarkan beragam aplikasi dan ekstensi, termasuk alat produktivitas seperti Google Docs untuk membuat dokumen, spreadsheet, dan presentasi. Selain itu, terdapat aplikasi komunikasi seperti Gmail dan Hangouts, serta aplikasi hiburan seperti Netflix, Spotify, dan berbagai game.
Chromebook juga dikenal karena fitur keamanannya yang mumpuni. Chrome OS mengimplementasikan beberapa lapisan keamanan, termasuk sandboxing, boot terverifikasi, dan pembaruan otomatis, untuk melindungi perangkat dari malware dan ancaman lainnya. Selain itu, data secara otomatis dienkripsi dan disimpan di cloud saat menggunakan Chromebook.
Chromebook pertama kali dipasarkan oleh Acer dan Samsung, dan diumumkan pada Google I/O pada 11 Mei 2011, serta mulai dikirimkan pada Juni 2011. Produsen lain seperti Lenovo, Hewlett-Packard, dan Google sendiri memasuki pasar ini pada awal tahun 2013.
Hingga saat ini, sektor pendidikan menjadi pasar yang paling sukses bagi Chromebook, terutama karena faktor harga, software, dan biaya perawatan yang relatif rendah. Kesederhanaan Chromebook juga dinilai menguntungkan karena dapat mengurangi biaya pelatihan dan perawatan.
Chromebook berhasil menguasai hampir 60% pasar komputer yang digunakan di sekolah-sekolah Amerika Serikat pada Maret 2018. Penulis CNET, Alfred Ng, menyebutkan bahwa keamanan yang unggul menjadi alasan utama tingginya tingkat adopsi di pasar ini.
Berdasarkan data dari firma riset Gartner dan Canalys, lebih dari 30 juta unit Chromebook dikirimkan pada tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pembelian Chromebook oleh sekolah dan orang tua untuk mendukung kegiatan pembelajaran jarak jauh selama pandemi COVID-19.
Menanggapi isu ini, eks Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, menjelaskan, "Jadi, Kemendikbudristek telah melakukan kajian yang komprehensif, namun targetnya bukanlah daerah 3T. Dalam petunjuk teknisnya pun sangat jelas, Chromebook hanya boleh diberikan kepada sekolah yang memiliki akses internet."
Nadiem menegaskan bahwa kebijakan pengadaan besar ini telah dikaji secara mendalam dan hati-hati. Menurutnya, timnya di Kemendikbudristek pada saat itu telah melakukan perbandingan antara Chromebook dan sistem operasi komputer lainnya. Catatan pentingnya adalah harga Chromebook yang lebih terjangkau dibandingkan laptop lainnya.
"Satu hal yang sangat jelas pada saat saya mempelajari laporan ini adalah, dari sisi harga, Chromebook itu, jika spesifikasinya sama, selalu 10-30% lebih murah," jelasnya pada Selasa (10/6).
Sistem operasi Chrome OS dinilai lebih ekonomis karena tidak berbayar, berbeda dengan sistem operasi lain yang memerlukan biaya tambahan sekitar Rp 1,5-2,5 juta. Dari sudut pandang pendidikan, sistem operasi ini juga dianggap lebih aman untuk digunakan oleh siswa dan guru.
"Hal terpenting dari kajian tersebut adalah kontrol terhadap aplikasi yang dapat diakses di dalam Chromebook. Kontrol ini bertujuan untuk melindungi murid-murid dan guru-guru kita dari konten pornografi, judi online, dan penggunaan untuk bermain game serta aktivitas negatif lainnya," papar Nadiem. Chromebook juga dapat digunakan secara offline, meskipun dengan fitur yang terbatas.
Saksikan Live DetikSore:
Video: 28 Saksi Diperiksa di Kasus Korupsi Kemendikbudristek, Ada Stafsus Nadiem
Video: 28 Saksi Diperiksa di Kasus Korupsi Kemendikbudristek, Ada Stafsus Nadiem
“`