Hari Tasyrik: Larangan, Keutamaan, & Amalan Penting

Admin

20/06/2025

3
Min Read

On This Post

MasterV, Jakarta – Hari Tasyrik, yang jatuh pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, merupakan tiga hari istimewa setelah Hari Raya Idul Adha dalam kalender Hijriah.

MasterV, Jakarta – Hari Tasyrik, sebagai kelanjutan dari Idul Adha, menempati posisi penting dalam penanggalan Islam. Lebih tepatnya, hari-hari Tasyrik tersebut adalah tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

Terdapat aturan serta keutamaan khusus yang melekat pada hari Tasyrik. Salah satu aturan yang paling menonjol adalah larangan berpuasa bagi umat Muslim, dan larangan ini memiliki dasar yang kuat dalam ajaran agama Islam.

Hari Tasyrik adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak zikir, menikmati hidangan lezat dari daging kurban, serta mempererat tali persaudaraan. Semangat ini sejalan dengan esensi syukur dan berbagi yang menjadi inti perayaan Idul Adha. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri menyebut hari Tasyrik sebagai hari untuk makan dan minum bagi umat Islam.

Dengan memahami sepenuhnya makna dan aturan yang berkaitan dengan hari Tasyrik, setiap Muslim dapat merayakannya dengan lebih bermakna dan sesuai tuntunan agama. Inilah kesempatan emas untuk meningkatkan ketakwaan, memperkokoh persaudaraan, dan mensyukuri segala nikmat yang telah dilimpahkan Allah SWT.

Larangan berpuasa menjadi fokus utama di hari Tasyrik. Hal ini selaras dengan hadis Rasulullah SAW yang menganjurkan umat Islam untuk menikmati makanan, minuman, dan memperbanyak zikir pada hari-hari tersebut.

Tujuan dari larangan ini adalah agar umat Islam dapat merasakan kenikmatan hidangan dari daging kurban serta mensyukuri limpahan nikmat yang telah Allah SWT berikan.

Hari Tasyrik adalah bagian tak terpisahkan dari hari raya, dan berpuasa pada hari raya dilarang dalam agama Islam. Pengecualian hanya berlaku bagi mereka yang tidak memperoleh hewan kurban saat menunaikan ibadah haji. Mereka diperkenankan berpuasa di hari Tasyrik sebagai pengganti.

Seperti yang ditegaskan Rasulullah SAW dalam sabdanya: 'Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita umat Islam, hari-hari untuk makan dan minum.' (HR. An-Nasa'i no.2954).

Selain larangan berpuasa, tidak ada larangan khusus lain yang secara eksplisit disebutkan dalam sumber-sumber Islam terkait hari Tasyrik. Akan tetapi, esensi utama dari hari Tasyrik adalah rasa syukur, berbagi kebahagiaan, dan memperkuat silaturahmi di antara sesama Muslim.

Oleh karena itu, segala tindakan yang bertentangan dengan semangat tersebut, seperti perilaku boros, berlebihan, atau bahkan menyakiti perasaan orang lain, sebaiknya dijauhi. Umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amalan positif, seperti bersedekah, menjalin silaturahmi dengan keluarga dan kerabat, serta melaksanakan kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Dengan demikian, hari Tasyrik menjadi momentum berharga untuk meningkatkan kualitas diri sebagai seorang Muslim sejati, baik dalam hubungan dengan Allah SWT maupun dalam interaksi dengan sesama. Mari jadikan hari-hari yang penuh berkah ini sebagai peluang untuk meraih ridha-Nya.