Trauma Lift Macet di Thamrin 99: “Ini Soal Nyawa!”

Admin

23/06/2025

3
Min Read

On This Post

JAKARTA, Liputanku – Sebuah insiden lift yang mengalami gangguan di lantai 99 sebuah gedung pencakar langit di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, pada hari Sabtu (7/6/2025), meninggalkan kesan mendalam bagi sejumlah individu yang terperangkap di dalamnya.

Salah seorang korban yang terjebak di dalam lift tersebut, Renti Amel, menekankan bahwa kejadian ini tidak sepatutnya dianggap enteng, mengingat dampaknya terhadap keselamatan jiwa.

“Ini adalah masalah nyawa manusia,” ungkap Renti kepada Liputanku saat dihubungi pada hari Selasa (10/6/2025).

Renti menjelaskan, kehadirannya di sana adalah sebagai tamu undangan bersama empat orang rekannya dalam sebuah acara promosi gedung pencakar langit yang digadang-gadang akan menjadi ikon wisata baru di Jakarta.

Acara tersebut diadakan secara terbatas menjelang soft opening yang direncanakan pada tanggal 8 Juni 2025.

Menurut penuturan Renti, lift yang mereka gunakan tiba-tiba berhenti di lantai 99. Pintu lift sempat terbuka sedikit sebelum kemudian tertutup kembali, dan lift tersebut tidak bergerak lagi.

Di dalam lift tersebut terdapat 15 orang, termasuk dua orang staf pengelola gedung. Mereka terperangkap selama kurang lebih 42 menit tanpa ventilasi yang memadai.

“Seluruh badan kami gemetar, namun kami berusaha untuk tetap tenang. Kami khawatir jika panik, kondisi lift akan semakin memburuk,” tuturnya.

Setelah berhasil keluar dari lift, Renti mengaku merasa kecewa dengan respons dari pihak pengelola gedung.

“Saat kami keluar, kami hanya diberikan air minum dan oksigen. Tidak ada komunikasi lebih lanjut, tidak ada permintaan maaf secara resmi. Bahkan, lift lainnya tetap beroperasi seperti biasa,” ujarnya dengan nada kecewa.

Informasi yang diperoleh dari seorang petugas keamanan yang turut berada di dalam lift mengungkapkan bahwa insiden serupa bukan kali pertama terjadi.

“Kami membagikan kejadian ini karena kami mengalaminya sendiri. Jika tidak, mungkin kejadian ini akan ditutup-tutupi lagi,” tegas Renti.

Sementara itu, Ryan Goutama, seorang influencer yang juga menjadi korban dalam insiden tersebut, mengaku awalnya ia hadir untuk turut mempromosikan gedung pencakar langit tersebut.

“Kami datang karena ingin membantu meningkatkan publisitas. Ada observatorium di lantai 100, yang katanya akan menjadi daya tarik wisata yang signifikan,” ujar Ryan.

Namun, pengalaman tersebut berubah menjadi mimpi buruk ketika lift mengalami masalah tepat di lantai 99.

Ryan menceritakan bahwa kondisi di dalam lift semakin memburuk seiring dengan matinya AC dan tidak adanya ventilasi.

“Beberapa dari kami mulai mengalami sesak napas. Saya dan teman saya yang memiliki asma benar-benar merasa kesulitan,” ungkapnya dengan nada prihatin.

Ryan menyoroti sikap pengelola gedung yang menurutnya kurang menunjukkan empati terhadap para korban.

“Kami masih duduk dengan wajah pucat di lorong setelah berhasil keluar, namun staf tetap tersenyum menyambut pengunjung lain. Hal itulah yang membuat kami merasa kecewa,” ucap Ryan.

Ia juga menyayangkan pernyataan dari pihak manajemen yang menyebutkan bahwa acara tersebut hanya ditujukan bagi keluarga dan relasi internal.

“Lantas, apakah itu berarti nyawa kami tidak lebih penting dari mereka?” tanyanya retoris.

Ryan menegaskan bahwa unggahannya di media sosial bukanlah bertujuan untuk mencari sensasi, melainkan sebagai bentuk tanggung jawab moral.

“Saya tidak meminta kompensasi apapun. Saya hanya ingin mereka memperbaiki sistem keamanannya. Jangan menunggu sampai ada korban jiwa baru bertindak,” tegasnya dengan nada serius.

Hingga berita ini diturunkan, Liputanku masih berupaya menghubungi pihak manajemen Thamrin Nine, namun belum mendapatkan pernyataan resmi terkait insiden tersebut.