Undur-undur, makhluk unik yang dikenal dengan sarang berbentuk kerucut pasir terbalik, ternyata memiliki potensi untuk dibudidayakan sebagai sumber obat karena khasiat kesehatannya.
1. Mengenal Spesies Undur-undur Lebih Dekat
Secara ilmiah, undur-undur dikenal dengan nama latin Myermeleon sp. Secara etimologis, nama ini berasal dari bahasa Latin, yaitu myrmex (semut) dan leon (singa). Inilah alasan mengapa dalam bahasa Inggris, ia disebut sebagai antlion.
Penting untuk dipahami bahwa undur-undur yang sering kita lihat bukanlah serangga dewasa. Ia sebenarnya adalah larva dari serangga yang termasuk dalam ordo Neuroptera, famili Myrmeleontidae. Setelah melewati fase pupa, undur-undur akan mengalami metamorfosis menjadi imago, yaitu fase dewasa atau fase perkembangbiakan dari serangga bersayap jala ini.
Menurut informasi dari Missouri Department of Conservation, undur-undur dalam fase larva memiliki ciri-ciri tubuh oval, gemuk, pipih, dan lunak, dengan perut yang terbagi menjadi beberapa segmen, serta dilengkapi dengan 6 buah kaki. Umumnya, undur-undur memiliki bintik-bintik dan berwarna seperti tanah.
Ciri khas lain dari undur-undur adalah kepalanya yang dilengkapi dengan capit besar. Capit ini menjadikannya predator yang sangat efektif dalam memangsa semut dan serangga kecil lainnya yang tanpa sengaja terperangkap dalam jebakan kerucut pasir yang dibuatnya. Serangga malang yang terjebak akan menjadi santapan undur-undur yang menunggu di dasar kerucut.
Ketika mencapai fase dewasa, undur-undur akan menjadi serangga bersayap yang sekilas mirip dengan capung, meskipun sebenarnya berbeda. Serangga dewasa ini memakan serbuk sari bunga dan memiliki siklus hidup yang relatif singkat, hanya sekitar 1 bulan. Dalam rentang waktu yang singkat ini, ia harus mampu kawin dan bertelur di tanah berpasir.
Berdasarkan keterangan dari Urban Ecology Center, terdapat lebih dari 2.000 spesies larva antlion yang tersebar di seluruh dunia. Mereka dapat ditemukan di berbagai jenis habitat, mulai dari pantai, hutan berpasir, lahan pertanian, hingga area sekitar rumah penduduk yang memiliki tanah berpasir.
2. Panduan Praktis Budidaya Undur-undur
Dalam publikasi Digitani Institut Pertanian Bogor (IPB Digitani), disebutkan bahwa undur-undur memiliki potensi manfaat kesehatan sebagai obat tradisional, seperti yang telah lama dipraktikkan oleh etnik Lom di Pulau Bangka. Berikut adalah langkah-langkah sederhana dalam membudidayakan undur-undur.
Langkah pertama adalah memilih lokasi yang sesuai dengan habitat aslinya. Idealnya, lokasi tersebut memiliki tanah berpasir dan kering, serta tidak terpapar sinar matahari langsung atau hujan. Selanjutnya, siapkan media budidaya dengan menggunakan campuran tanah berpasir dan sedikit tanah liat, pastikan drainasenya baik untuk mencegah terjadinya genangan air.
Proses pengumpulan dapat dilakukan dengan mengambil undur-undur dari habitat aslinya dan memindahkannya ke tempat budidaya. Untuk kandangnya, Anda dapat menyiapkan kotak kayu atau plastik dengan ukuran yang cukup besar untuk menampung media budidaya dan undur-undur. Jangan lupa untuk memberikan ventilasi yang baik untuk memastikan sirkulasi udara yang optimal.
Setelah kandang siap, masukkan undur-undur ke dalamnya, atur jarak antar individu agar mereka memiliki cukup ruang untuk membuat lubang. Berikan pakan berupa serangga kecil seperti semut dan kutu daun. Jaga kebersihan kandang secara rutin dan pastikan media budidaya tetap dalam kondisi kering. Pantau perkembangan undur-undur secara berkala. Jika ada undur-undur yang sakit atau mati, segera pisahkan dari kelompok yang sehat. Undur-undur dapat dipanen setelah mencapai ukuran yang cukup besar dan jumlahnya sudah mencukupi. Pemanenan dilakukan dengan menggali media budidaya secara perlahan dan hati-hati.
Setelah dipanen, undur-undur dapat langsung digunakan atau dikeringkan agar dapat disimpan lebih lama. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan menjemurnya di bawah sinar matahari atau menggunakan oven dengan suhu rendah.
3. Ragam Manfaat Undur-undur untuk Kesehatan
Dalam Journal of Halal Product and Research berjudul ‘Ethnozoologi Masyarakat Suku Jerieng dalam Memanfaatkan Hewan Sebagai Obat Tradisional yang Halal’ karya Yola Nazelia Nukraheni dkk, disebutkan bahwa undur-undur berpotensi menjadi obat untuk penyakit kuning maupun maag. Namun demikian, perlu dipertimbangkan aspek halal haram dalam mengonsumsi undur-undur.
Selain itu, dalam artikel ilmiah dari Repository Universitas Jember berjudul ‘Undur-Undur Darat (Myrmeleon sp.) Sebagai Obat Alternatif Diabetes Melitus’ oleh Mia Roosmalisa Dewi, ditemukan bahwa undur-undur darat mengandung zat bernama sulfonylurea. Zat ini berperan penting dalam melancarkan kinerja pankreas dalam memproduksi insulin.
Insulin sendiri berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah. Oleh karena itu, mengonsumsi undur-undur berpotensi menjadi solusi alternatif bagi penderita diabetes. Hal ini dikarenakan baik obat diabetes melitus maupun undur-undur, sama-sama mengandung sulfonylurea yang dibutuhkan oleh tubuh.
Undur-undur dapat dikonsumsi dalam bentuk kapsul yang sudah jadi, atau dapat juga dimakan langsung sebanyak 3 ekor sekaligus. Jika kadar gula darah menurun, dosis asupan dapat dikurangi menjadi 3 ekor per hari. Undur-undur juga dapat dikonsumsi 3 ekor dalam kondisi hidup pada pagi dan sore hari. Praktik ini sebaiknya dibarengi dengan konsumsi bawang putih tunggal sebanyak 2 siung pada pagi, siang, dan sore hari.
Namun demikian, efek kesehatan dari konsumsi undur-undur belum dapat dipastikan sepenuhnya. Oleh karena itu, disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter jika Anda tertarik untuk mengonsumsinya.