Menteri Ketenagakerjaan RI, Yassierli, memberikan dorongan kepada delegasi Indonesia untuk tampil dengan penuh percaya diri di forum ketenagakerjaan tingkat dunia, yakni International Labour Conference (ILC) ke-113 yang berlangsung di Jenewa, Swiss. Langkah ini dipandang sebagai manifestasi jati diri bangsa yang perlu ditunjukkan.
Pernyataan ini disampaikan oleh Yassierli dalam Rapat Koordinasi Delegasi Tripartit Indonesia di Jakarta, pada hari Senin (26/5/2025). Rapat ini merupakan persiapan penting menjelang konferensi ILC yang dijadwalkan berlangsung dari tanggal 2 hingga 13 Juni 2025 di Kantor Pusat ILO dan Kantor PBB di Jenewa, Swiss.
Tema utama ILC tahun ini adalah 'Advancing Social Justice: Reshaping The Future of Work in a Polarized World'. Tema ini menggarisbawahi betapa krusialnya solidaritas global dalam menghadapi ketimpangan dan dinamika yang terus berubah di dunia kerja.
Menurut Yassierli, partisipasi aktif Indonesia dalam ILC merupakan kesempatan emas untuk membuktikan kepada dunia bahwa bangsa ini layak untuk meraih Indonesia Emas 2045. Beliau juga menekankan pentingnya delegasi Indonesia hadir sebagai representasi bangsa, mencerminkan karakter negara besar yang sedang berproses menuju status negara maju.
Yassierli menambahkan, dalam beberapa bulan terakhir, dunia internasional memberikan perhatian yang signifikan kepada Indonesia, terutama terkait dengan kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Banyak negara yang menunjukkan minat untuk berinteraksi langsung dengan Presiden guna menyaksikan kemajuan pembangunan nasional yang telah dicapai.
Beliau menegaskan bahwa meskipun delegasi terdiri dari unsur pemerintah, serikat pekerja, dan pengusaha, mereka semua membawa satu identitas, yaitu Indonesia. Oleh karena itu, setiap perwakilan memiliki tanggung jawab untuk menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Yassierli juga menyampaikan bahwa perbedaan pendapat dalam forum adalah hal yang lazim, namun harus tetap berlandaskan pada semangat kebangsaan yang mengedepankan musyawarah dan mufakat, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang menjadi fondasi negara.
"Dalam dinamika di ILC, perbedaan pandangan mungkin muncul sesuai dengan peran masing-masing, namun kita tetap berada dalam bingkai Indonesia. Kita akan menjalani diskusi, menyampaikan argumentasi, hingga proses voting dengan karakter khas kita sebagai bangsa yang besar," tegas Yassierli dalam keterangan resminya, Senin (26/5/2025).
Lebih lanjut, Yassierli menekankan bahwa relasi industrial yang kuat tidak hanya dibangun melalui teori atau regulasi semata, tetapi juga melalui semangat kebersamaan dan kepedulian yang tulus antar pihak yang terlibat.
"Saya selalu menyampaikan bahwa hubungan industrial tidak cukup dijawab dengan teori atau regulasi. Lebih dari itu, ini adalah tentang jati diri bangsa. Bagaimana kepedulian itu diwujudkan, bagaimana kita memiliki cita-cita bersama yang melampaui visi entitas perusahaan atau kepentingan kelompok tertentu. Kita harus maju bersama: buruh sejahtera, perusahaan berkembang, dan negara pun makmur," ujarnya.
Sementara itu, Dirjen PHI dan Jamsos Kemnaker, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Delegasi, Indah Anggoro Putri, melaporkan bahwa delegasi Indonesia terdiri dari 96 orang. Komposisinya adalah 37 orang dari unsur pemerintah, 43 orang dari serikat pekerja, dan 16 orang dari pengusaha. Indonesia menjadi salah satu dari 187 negara yang akan berpartisipasi aktif dalam forum penting tersebut.
Indah juga menjelaskan bahwa Indonesia akan membawa empat agenda prioritas dalam ILC ke-113. Pertama, agenda standard-setting yang meliputi penetapan norma ketenagakerjaan baru terkait pekerjaan layak dalam ekonomi platform dan perlindungan terhadap risiko bahaya biologis di lingkungan kerja.
Kedua, agenda diskusi umum yang membahas transisi pekerja dari sektor informal ke sektor formal. Ketiga, pembahasan mengenai amandemen terhadap Konvensi Maritim 2006 (MLC 2006). Keempat, penyampaian masukan strategis dari delegasi tripartit Indonesia untuk World Social Summit 2025.