Menoragia: Dampak & Cara Mengatasi Haid Berat Bagi Wanita

Admin

04/06/2025

3
Min Read

JAKARTA, MasterV – Menoragia, sebuah kondisi yang ditandai dengan menstruasi yang berlangsung lebih dari delapan hari dan volume darah yang keluar melebihi 80 mililiter (ml) per siklus, bukanlah persoalan sepele bagi kaum perempuan.

Dr. dr. Achmad Kemal Harzif, Sp.OG, Subsp.FER menjelaskan bahwa dampak dari kondisi yang juga dikenal sebagai perdarahan menstruasi berat (PMB) ini, sangatlah beragam.

“PMB dapat menimbulkan kecemasan, perasaan malu, serta ketidaknyamanan yang signifikan,” ujarnya dalam sebuah diskusi media bertajuk “#KnowYourFlow, Kenali Perdarahan Haid Berat dan LNG IUS untuk Terapi PBM” yang diadakan di Jakarta Selatan, pada Senin (26/5/2025).

Kemal memaparkan bahwa diperkirakan satu dari empat perempuan di usia produktif berpotensi mengalami menoragia.

Faktanya, sekitar 47 persen perempuan beranggapan bahwa menoragia merupakan bagian normal dari siklus menstruasi. Sementara itu, 39 persen perempuan tidak menyadari adanya opsi pengobatan yang efektif untuk mengatasi menoragia.

“Data global yang dikumpulkan pada tahun 2013 melibatkan partisipasi dari berbagai negara, termasuk Australia, Argentina, Brasil, Kanada, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris, serta beberapa negara Eropa lainnya. Jumlah total peserta studi mencapai sekitar 6.179 perempuan,” jelasnya.

Dampak Menoragia

1. Mengganggu Kualitas Hidup

Terdapat sebuah studi berskala internasional lainnya yang melibatkan 15.107 perempuan dari Kanada, Amerika Serikat, Brasil, Perancis, dan Rusia.

“Studi tersebut menemukan bahwa sebanyak 6.210 perempuan atau 41,1 persen mengalami PMB. Lebih lanjut, studi ini mengungkap dampak yang cukup signifikan terhadap kualitas hidup perempuan yang mengalami PMB,” ungkap Kemal.

Dari 6.210 perempuan tersebut, sekitar 80 persen merasa cemas terhadap kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan akibat perdarahan yang berlebihan. Kemudian, 70 persen perempuan cenderung menghindari interaksi sosial.

Selain itu, 64 persen perempuan mengalami kelelahan yang berlebihan, 42 persen merasakan sesak napas atau bahkan pingsan selama periode haid, dan 40 persen mengalami situasi memalukan yang berkaitan dengan perdarahan.

“Secara rata-rata, perempuan cenderung menahan gejala PMB selama 2,9 tahun sebelum akhirnya mencari pertolongan medis yang tepat,” imbuh Kemal.

Menoragia berpotensi mengganggu aktivitas sehari-hari, sebab pembalut seringkali bocor karena tidak mampu menampung volume darah yang keluar.

2. Mengganggu Kesehatan Fisik

Kamal menjelaskan lebih lanjut bahwa menoragia berpotensi menyebabkan anemia defisiensi besi, sehingga perempuan dapat merasakan kelelahan yang berlebihan dan tampak pucat.

Selain itu, perempuan juga berisiko mengalami sesak napas dan peningkatan risiko masalah penyakit jantung apabila mengalami anemia defisiensi besi yang parah.

“Jika sudah sampai mengalami sesak napas dan pingsan, itu menandakan kadar Hb (hemoglobin) sudah sangat rendah. Kondisi ini menyebabkan mudah lelah dan kekurangan energi,” jelas Kemal.

Terkait penyakit jantung, kurangnya asupan zat besi yang diperparah dengan kondisi menoragia dapat membebani kinerja jantung.

Pasalnya, jantung memiliki fungsi vital untuk menjaga aliran darah tetap lancar. Ketika jantung dipaksa bekerja secara berlebihan, organ ini berpotensi mengalami pembesaran atau menjadi lemah, bahkan dapat memicu terjadinya gagal jantung.

3. Mengganggu Kesehatan Mental dan Finansial

Menoragia juga berpotensi memicu masalah kesehatan mental pada perempuan, serta gangguan tidur akibat keharusan untuk terus menerus mengganti pembalut sepanjang malam.

“Pada akhirnya, kondisi ini dapat menimbulkan beban finansial karena produktivitas cenderung menurun akibat rasa lemas yang berlebihan,” terang Kemal.

Beban finansial juga meningkat karena perempuan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membeli pembalut.